46. Jebakan dan Penyesalan

5.9K 245 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adien pulang ke rumah kembali karena takut akan ancaman yang Shayra katakan lewat telepon, takut isteri dan anaknya yang belum lahir itu kenapa-napa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adien pulang ke rumah kembali karena takut akan ancaman yang Shayra katakan lewat telepon, takut isteri dan anaknya yang belum lahir itu kenapa-napa. Pria itu terburu-buru mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh dan ketika sudah sampai langsung saja menuju kamar mereka untuk mencari Shayra.

Akan tetapi ia tidak menemukan Shayra di sana dan hal itu membuat Adien bertambah khawatir sehingga tidak memperhatikan jalan. Ketika berjalan menuju kamar mandi untuk memastikan keberadaan istrinya di sana, karena terburu-buru Adien yang tidak hati-hati tanpa sengaja tergelincir. Tidak sampai terjatuh, tapi hal itu berhasil membuat pelipisnya terbentur dinding sehingga mengakibatkan luka memar di sana.

Mendengar keributan dari arah kamar mandi Shayra yang baru saja datang entah dari mana menghampirinya dan langsung merasa bersalah saat melihat pelipis Adien memar meski tidak berdarah.

"Pelipis kamu kenapa?" Tanya Shayra lirih dan berkaca-kaca. Entah kenapa hal itu membuatnya merasa sakit.

Melihat Shayra demikian Adien mengerutkan dahi sebelum kemudian menyadari bahwa yang Shayra alami mungkin adalah bawaan bayi.

Adien menggelengkan kepalanya ringan sambil bertanya-tanya dalam benaknya. 'Apa memang separah itu ulah yang diakibatkan oleh hormon kehamilan?'

"Aku tidak apa-apa dan ini hanya luka kecil, jadi jangan bersikap seperti wanita-wanita dalam film yang selalu kamu tonton itu, jangan berlebihan sampai kamu menangis hanya karena melihatku terluka. Walaupun Aku tahu, hal itu terjadi karena kamu bukan hanya suka kepadaku, tapi juga mencintaiku!" Seru Adien di akhir kalimatnya dengan percaya diri.

Membuat Shayra cemberut dan sayangnya ia tetap lanjut menangis seperti ucapan Adien, dengan mulai meluncurkan tiap tetesan air matanya.

"Jangan menangis, Shayra ...."

"Si-siapa yang mau menangis? Aku tidak menangis, hanya saja aa-aku sangat sedih sekarang ...." Shayra terdengar terbata menahan isakannya mengelak dari perkataan Adien. "Aku juga tidak suka apalagi mencintaimu, ja-jadi ... berhentilah mengataiku menyukai dan mencintaimu, hhuuuaaaa, hikss-hikss ... aku ti-tidak begitu," elaknya sambil terisak melanjutkan perkataannya.

Bagaimana Mungkin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang