"Kamu kapan akan melamarku, Sayang?" tanya seseorang beegelayut manja pada lengan kekar kekasihnya.
Pria yang bersama menoleh datar dan dingin. "Tidak pernah, jadi jangan berharap!" Serunya menciptakan keheningan diantara mereka yang tiba-tiba diam dalam sekejap dan hal itu tidak berlangsung lama karena setelah sebuah tawa memecahkan keheningan yang ada.
"Hahaha, Sayang. Bercandaan kamu lucu sekali. Kita sudah berpacaran cukup lama lima tahun lebih, jadi aku yakin kamu mana mungkin kamu tidak akan menikahiku."
Pria itu menepis tangan wanita yang memeluknya lantas memberi jarak diantara mereka.
"Dari awal kita menjalin hubungan hanya sebuah formalitas saja, Aurin. Kita melakukan hal ini hanya agar perusahaanku dan milik keluargamu saling mendapatkan keuntungan. Aturannya kamu boleh bersama pria mana saja, begitu juga aku boleh dengan wanita mana saja. Dan harusnya hubungan ini sudah berakhir sejak tiga tahun lalu."
"Adien!" Kesal Aurin setengah membentak. Ya, pria yang merupakan kekasihnya itu adalah Adien.
"Kita bukan sepasang kekasih lagi, Aurin. Sadarlah!!" Atau lebih tepatnya mereka adalah mantan kekasih. "Dan kita tidak pernah menjalin hubungan kekasih, karena kita tahu apa yang terjadi lima tahun lalu diantara kita hanyalah kesepakatan, lebih tepatnya kita hanya mantan sepasang relasi bisnis," lanjut Adien dengan tenangnya membuat Aurin memucat dan mengeram kecewa.
Adien memutar tubuhnya dan berbalik dengan acuh meninggalkan Aurin tanpa perduli.
"Tapi aku mulai mencintaimu, Adien!!" Tegas Aurin dengan penuh harap.
Adien berbalik dan menatap Aurin sambil mengerutkan dahinya. "Oh, ya??" Tanya Adien sambil tersenyum devil dan Aurin mengangguk yakin. "Tapi aku kok malah mulai membencimu?!!" Jawab Adien sinis dengan berengseknya membuat Aurin memberenggut marah tak terima.
****
"Jangan biarkan satupun wanita masuk ke ruang kerjaku, terkecuali Shayra isteriku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin? [END]
General FictionShayra Anindya terpaksa harus menikah dengan Adien Raffasyah Aldebaran, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan almarhum ayahnya yang hampir bangkrut. "Bagaimana mungkin, Mama melamar seorang pria untukku, untuk anak gadismu sendiri, Ma? Dimana-ma...