19. Antara Marah dan Khawatir

10.7K 405 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong. Wanita itu terdiam sambil duduk di tempat tidur menyandar pada kepala ranjang.

Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak hidup atau sekarang ingin mati saja.

Beruntungnya akal sehat masih menguasainya, Shayra tidak menjadi gila setelah hal terburuk yang ia hindarkan kini kejadian dan sedang menimpanya.

Beberapa saat kemudian Shayra mulai berpikir dan merutuk dalam hatinya. Ribuan umpatan yang tersimpan erat siap meledak untuk mencaci maki pria yang berbaring pulas jug nyenyak yang berada disampingnya.

Ya pria itu adalah Adien Raffasyah Aldebaran memangnya siapa lagi?

Beberapa saat lalu pria itu dengan tanpa perasaan merubah status Shayra dari gadis menjadi wanita. Shayra terluka, Shayra kecewa dan Shayra amat teramat terluka. Tapi memangnya mau bagaimana lagi, mau berteriakpun apa yang direnggut takkan bisa kembali terkecuali operasi.

"Kamu menyesal?"

Setelah sekian lama saling mendiamkan, saling diam dan dalam pikiran masing-masing. Kata itulah yang terlontar dari bibir Adien yang telah membuktikan kebrengs*kannya bukanlaah omongan belakang selama ini, tapi nyata dan kini sudah kejadian.

"Menyesal?" Ulang Shyara dingin berbalik menatap Adien dengan tajam.

"Kelihatannya tidak. Setelah apa yang kita lakukan kamu hanya diam dan tidak histeris berbeda dari dugaanku." Adien mengangkat bahunya santai tanpa merasa berdosa sambil tersenyum tipis.

Plak!! Shayra mendaratkan pukulan telapak tangannya keras sampai ia merasakan panas saat telapak tangannya mendarat dipipinya Adien.

Jangan salahkan Shayra, sebab dia tidak memerintah tangannya melakukan hal itu. Tamparannya repleks dan spontan begitu saja.

"Apakah sakit?" Tanyanya pada Adien yang masih kaget dengan pukulan Shayra, tetapi ia tidak menyimpan kemarahan.

Bagaimana Mungkin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang