30. Menjadi Istri Musuh

6.1K 286 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah aksi kaburnya dipergoki oleh Adien, Shayra belum menyerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah aksi kaburnya dipergoki oleh Adien, Shayra belum menyerah. Jika tidak bisa keluar kamar untuk kabur maka baiklah, Shayra tidak akan keluar dan mengunci diri di dalam kamar agar pernikahannya batal.

Knop pintu pun diputar sampai pintu menutup dan Shayra menguncinya lalu mencabut kuncinya dari lubang kunci.

Seulas senyuman terbit membentuk lekukan indah pada bibir Shayra.

"Ch, dia pikir dia siapa? Beraninya ngajak nikah. Sudah begitu enggak tahu malu, ditolak mentah-mentah tetap aja ngeyel mau nikahin aku. Gila ... gila ...." Shayra menggelengkan kepalanya tak habis pikir pada Adien. "Nantinya aku mau jadi apa? DDijadikan istri atau malah dijadikan babu. Ihh, ngeri juga ...."

Shayra menghela nafas pusing dengan pikirannya sendiri. Dari pada terus melakukan hal itu terus-menerus, Shayra malah beralih menggeser lemarinya dengan susah payah kemudian disusul dengan sebuah meja yang keduanya digunakannya untuk menahan pintu.

Selesai dengan hal itu Shayra merasa lelah dan nafasnya terasa berat. Hal itu mengakibatkan Shayra segera menuju tempat tidur dan segera berbaring untuk beristirahat. Ia memejamkan mata sesaat.

Sampai kemudian sesuatu yang lembut dan kenyal juga lembab menyentuh kedua belah pipi dan bibirnya. Dengan sekejap Shayra membuka dan membulatkan matanya kaget, lebih kaget lagi saat dirinya menemukan dua bola mata Adien tepat di depan matanya dengan jarak hanya beberapa inci.

Shayra terengah dalam kerkejutannya dan belum juga dirinya pulih dari hal tersebut, tubuhnya terasa melayang di udara oleh perbuatan Adien yang mengangkatnya lalu membawanya keluar kamar.

Shayra menoleh pada pintu kamarnya yang telah terbuka lebar, bahkan lemari juga meja sudah tidak berada di sana untuk mengganjal pintu.

"Aku ini jodohmu dan seharusnya kamu sadar akan hal itu dan segala sesuatu usahamu dalam membatalkan pernikahan kita hanyalah bersifat sia-sia. Percuma saja, sayang. Sebab kamu sudah ditakdirkan menjadi milikku!"

Shayra yang berada di dalam gendongan Adien menghela nafasnya kasar. Ah, mungkinkah yang dikatakan Adien merupakan kebenarannya?

Entahlah, tapi apapun itu kali ini Shayra sudah kalah dan dirinya sudah tidak berdaya, terlebih sesaat kemudian namanya disebut lantang oleh Adien dalam ijab kabul dan dijawab sah oleh para saksi, Shayra hanya bisa pasrah sambil meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Bagaimana Mungkin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang