Pagi ini cuaca di kota Seoul sangat dingin, wajar saja karena sekarang sudah memasuki musim dingin. Disaat orang orang berlomba lomba untuk bangun pagi dan segera berangkat bekerja, berbeda lagi dengan seorang yeoja yang masih setia bergelung dengan selimutnya.
Dia adalah Lee Haechan yeoja berusia 23 tahun, bekerja diperusahaan jung Corp, perusahaan yang terkenal di Korea karena menduduki nomor satu sebagai perusahaan paling berpengaruh disana.
"Hoaaaammm, ugh kenapa cepat sekali paginya."
"Ini menyebalkan, bahkan aku belum lama tertidur."
"Dan hal yang paling menyebalkan lainnya, aku harus bekerja hari ini. Huhuhu, coba saja aku terlahir dari keluarga kaya."Haechan terus saja menggerutu dengan suara khas tidurnya, sambil beranjak kekamar mandi.
Baru saja Haechan ingin melangkahkan kakinya, suara ibunya sudah terdengar sangat menggelegar. Sampai siapapun yang mendengarnya harus menutup telinga. Gak boleh gitu chan pamali.
Tuk tuk tuk
"HAECHAN-IE, bangun ini sudah siang. Bukankah kau harus berangkat bekerja, jika masih tidak mau bangun akan ibu dobrak pintu kesayangan mu ini."
Haechan berjalan menuju pintu dengan terpaksa untuk membuka pintunya. Haechan mengintip dan hanya menyembulkan kepalanya.
"Aku sudah bangun bu, jadi tidak perlu teriak teriak, apalagi berusaha merusak pintuku, oke."haechan tersenyum manis kepada ibunya, saking manisnya, ibu Haechan rasanya ingin muntah.
Tidak perlu heran Haechan dan ibunya itu sama aja, mereka berdua itu satu paket komlplit.
"Anak pintar, cepat mandi dan turun untuk sarapan, kau butuh stamina untuk bekerja."ten berlalu pergi.
Haechan menutup pintu kamarnya dan berlalu untuk mandi.
Setelah 30 menit berlalu, Haechan telah selesai mandi dan sedang berdandan untuk pergi ke kantor, untuk bekerja di sebuah perusahaan besar di korea. Tentu saja sebagai karyawan biasa.
_________________________________________
"Ahh kau sangat cantik, bagaimana bisa aku memiliki putri cantik sepertimu."ten selalu saja memuji anaknya cantik setiap pagi, baginya tidak ada lagi hal yang bisa membahagiakannya selain anaknya sendiri.
Karena yang ten punya hanya Haechan, semenjak suaminya dinyatakan meninggal saat bekerja di sebuah perusahaan media berita sebagai seorang reporter, sebenarnya ten masih ragu tentang berita kematian suaminya, karena tidak ditemukannya mayat sang suami bahkan sedikit buktipun tidak ada.
Tapi takdir berkata lain ini sudah empat tahun. Lupakan lagi pula sekarang Ten juga sudah memiliki toko kue, meskipun hanya toko kecil tapi setidaknya cukup untuk membiayai hidupnya dan haechan.
"Eiyyy, ini adalah gen darimu bu, makanya aku cantik."haechan berkata sambil menaik turunkan alisnya.
"Aahhh, kau benar. Baiklah makan yang lahap agar kau tidak kelaparan."
"Siap, ibu negara."
Haechan dan ibunya makan dengan tenang, hanya suara sendok dan garpu saja yang terdengar.
"Bu, aku harus berangkat."haechan berdiri dari duduknya, karena sudah menyelesaikan makannya.
"Apa tidak akan terlambat."tanya ten, pasalnya haechan selalu berangkat siang.
"Tenang saja bu, tidak akan."santainya.
Tidak lupa, haechan mencium pipi Ten dan pamit untuk berangkat bekerja. Haechan berjalan menuju halte bis, tempatnya memang dekat dengan rumahnya jadi tidak perlu repot repot naik taxi yang ongkosnya sangat mahal.
Haechan berlari kecil menuju halte bis, dan menaikinya untung saja pas haechan datang bis juga datang. Baru saja Haechan akan duduk.
Drrrttt drrrttt drrrtt
Suara ponsel berdering berbunyi, haechan merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.
"Renjun."gumamnya.
" Hal..."haechan mengangkat telponnya, belum juga haechan selesai bicara renjun sudah berteriak. "YAAAKKK BODOH KAU DIMANA, JAM BERAPA SEKARANG."haechan menjauhkan ponsel dari telinganya. Dia heran kenapa semua orang teriak teriak dipagi yang sangat indah ini mengganggu saja.
Untung saja bis hari ini tidak begitu ramai oleh pengunjung.
"Yaampun njun kau tidak perlu, berteriak aku tidak tuli, aku sedang dijalan untuk menuju kantor."
Sedangkan renjun disebrang sana sedang mengatur emosinya. "Bagaimana aku tidak marah, sudah kubilang datang lebih awal, kau lupa hari ini kita kedatangan direktur baru."
Tunggu bagaimana haechan bisa lupa tentang ini, yaampun bisa bisa dia dipecat. Orang orang bilang direktur baru mereka sangat jahat, bahkan tidak memandang tua atau muda.
"YAAAK LEE HAECHAN, kau mendengar kan ku atau tidak."haechan tersadar dari lamunannya.
"YAAMPUN AKU LUPA NJUN, Sudah dulu aku sudah sampai dan akan berlari. Tolong bantu aku agar tidak dipecat."jawab haechan sambil terburu buru.
Klik.
Sambungan telepon terputus, sementara renjun disana sibuk mengumpati haechan. " Dasar bodoh."
Setelan bis berhenti di halte bis dekat perusahaannya bekerja, tanpa basa basi haechan langsung berlari sekuat tenaga. Bodoh memang bagaimana bisa haechan lupa tentang direktur barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
FanfictionHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...