Duapuluhdelapan

4K 468 14
                                    

Haechan membereskan barang-barang yang sekiranya harus dibawa pulang, dan juga dia membereskan berkas-berkas yang belum dikerjakannya dia akan menyerahkan pada Renjun. Dan untuk beberapa berkas yang telah Haechan kerjakan akan diserahkan langsung pada ketua Moon.

Yeri dan Renjun tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, tanpa angin dan hujan tiba-tiba saja Haechan mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah dia lakoni selama dua tahun terakhir ini, sebenarnya Renjun dan Yeri yakin jika pengunduran yang Haechan lakukan ada sangkut pautnya dengan Jaehyun tapi saat mereka berdua bertanya, Haechan tetap bersikeras jika ini adalah murni keinginan nya.

Haechan telah selesai membereskan meja kerjanya, dan berdiri menghadap Yeri dan Renjun, lalu memeluk mereka dengan bergantian Haechan tersenyum seperti tidak memiliki beban, dia memang seperti itu tidak pernah memperlihatkan perasaannya, sesakit apapun itu.

"Kalian berdua harus sering berkunjung ke toko kue milik ibuku."ucap Haechan. Mereka berdua hanya mengangguk.

"Setidaknya tunggulah sampai Mark kembali."kata Yeri.

"Iya Chan, Yeri eonni benar. Ah aku tidak percaya ini."keluh Renjun.

"Tidak bisa eonni. Oh ya kalian harus berjanji untuk tidak mengatakan apapun pada Mark, karena aku sendiri yang akan mengatakan nya."kata Haechan sambil membawa kotak yang berisikan barang-barang miliknya.

"Tunggulah sebentar lagi."pinta Renjun, dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, dia masih tidak percaya partner bertengkarnya harus berhenti bekerja, jika saja perusahaan ini miliknya makan sudah Renjun pastikan dia tidak akan semudah itu membiarkan Haechan berhenti bekerja. Jika saja Mark ada disini makan dia tidak akan membiarkan Haechan pergi.

Menghela napas pelan, Haechan menyimpan kembali kotak itu lalu memeluk Renjun kembali dan tangis keduanya pecah, bahkan Yeri yang berada diantara keduanya pun tidak bisa menahan tangisnya, sepertinya hanya mereka berdua saja yang merasa kehilangan, karena karyawan yang lain hanya bersikap biasa saja bahkan cenderung seperti tidak peduli.

Melepaskan pelukannya dan menghapus sisa jejak air matanya Haechan menatap Renjun.

"Kita masih bisa bertemu njun, sudah kubilang sering-seringlah berkunjung ketoko ibu."katanya sambil tersenyum, sementara Renjun mengangguk terpaksa.

"Oh ya apa aku boleh meminta bantuan, tolong berikan ini pada ketua Moon tadinya aku ingin memberikannya langsung sekalian berpamitan, tapi aku lupa jika ketua Moon sedang diluar kota."

"Apapun akan kami lakukan Chan."jawab Yeri.

"Ah, gomawo."ucap Haechan, dan berakhir dengan mereka bertiga saling berpelukan dan sesekali tertawa kecil, ntah dari kapan persahabatan terjalin diantara ketiganya, tapi saat mereka bertiga berkumpul semuanya terasa menyenangkan.

_________________________________________

Haechan berdiri didepan sebuah danau dekat taman membiarkan rambutnya yang sewarna dengan madu tertiup oleh angin, memejamkan matanya menikmati dinginnya angin disore hari lalu mengeratkan pakaian hangatnya pasalnya musim dingin belum berakhir. Dia sudah mendapat kabar bahwa Mark telah kembali, Haechan mengirimkan pesan pada Mark untuk menemui nya didanau dekat taman kota.

Ditengah-tengah sedang menikmati sejuknya angin sore, tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluk nya dari samping bahkan sesekali orang itu mencium pucuk kepala Haechan dengan lembut, mencium dari aroma tubuhnya pun Haechan sudah tau jika orang yang tengah memeluknya adalah Mark, kekasihnya mungkin untuk saat ini. Mencoba untuk menikmati momen yang mungkin untuk terakhir kalinya Haechan membiarkan Mark melakukan apapun yang dia mau, sebelum semuanya benar-benar harus berakhir.

Berusaha merilekskan pikirannya agar tidak terlalu gugup, sesekali Haechan menarik napas pelan-pelan dan menghembuskannya, Haechan harus terlihat biasa saja saat berbicara dengan Mark, meskipun perasaannya tengah dilanda kegelisahan.

"Kau terlalu sering menghela napas, sayang."kata Mark, disela pelukannya.

Haechan hanya tersenyum tipis tapi siapa sangka hatinya tengah berteriak kesakitan, lalu memutarkan tubuhnya membalas pelukan Mark, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena suhu dingin diluar semakin meningkat, berusaha mencari posisi ternyaman didada bidang milik Mark.

Mark melepaskan pelukannya dari Haechan, pelukan kerinduan yang harus terlepas diantara keduanya dengan terpaksa, oh ayolah bagi Mark sedetik tidak melihat Haechan akan terasa seperti sehari, dan sehari tidak melihat Haechan akan terasa seperti setahun, katakan Mark sangat berlebihan tapi itulah yang dia rasakan merindukan Haechan disetiap harinya. Namun apa jadinya Mark jika hubungan mereka harus benar-benar berakhir.

Saat pelukan mereka terlepas Haechan menatap Mark dan merenggut tidak suka, bukan karena Mark melepaskan pelukannya tapi karena pakaian yang digunakan oleh Mark, sungguh dimusim dingin seperti ini Mark hanya menggunakan jeans hitam dan kemeja biru saja yang dilengkapi dengan topi, bahkan dia tidak menggunakan pakaian hangatnya sepertinya dia juga melupakan syalnya.

"Kau ini kebiasaan Mark, ini musim dingin dan kau hanya menggunakan pakaian tipis seperti itu, kau sengaja ingin sakit atau apa hah."omel Haechan dengan panjang lebar. Sedangkan Mark tersenyum kikuk, sebenarnya setelah sampai dikorea Mark tidak langsung mengganti pakaian nya bahkan pakaian hangatnya tertinggal didalam mobil, Mark sudah tidak kuat karena terlalu merindukan Haechan.

Menghela napas kasar Haechan melepaskan syalnya dan memakaikan nya pada Mark, lalu tersenyum getir setelah nya, mungkin ini adalah terakhir kalinya Haechan melihat wajah tanpa milik Mark.

"Hey ini tidak perlu nanti kau yang akan kedinginan Haechan, aku tidak mau kau sakit."

"Diam, dan jangan berani melepaskan nya. Setidaknya aku sudah memakai pakaian hangat."

Menuruti apa yang Haechan katakan, tidak terlalu banyak membantah lagi karena percuma saja karena Haechan akan terus mengomelinya jika Mark terus membantah.

Mereka berdua duduk dibangku taman yang menghadap kearah danau menikmati kencan terakhir yang telah Haechan rencanakan tanpa diketahui oleh Mark. Sepertinya keduanya sangat menyukai keadaan saat dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama ditaman ditambah dengan duduk menghadap danau, terasa lebih romantis bukan.

Haechan sedang berusaha meyakinkan dirinya untuk segera berbicara pada Mark, dia tidak ingin terus mengulur waktu karena semakin Haechan mengulur waktu maka semakin Haechan tidak rela untuk melepaskan Mark.

"Mark, mari bicara serius."

Sepertinya aku harus mengganti judul book ini, karena kayak gak nyambung gitu🤔

Stupid [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang