"Jadi kalian berdua dijodohkan."
"Sayang, duduk lah dulu aku akan menjelaskan semuanya."
Duduk kembali menuruti perintah Mark, Haechan duduk dengan gelisah, ntahlah karena perasaan gelisah itu datang dengan sendirinya. Mark yang mengerti dengan apa yang Haechan rasakan pun memegang tangan Haechan dan mengusapnya lembut.
Saling memandang satu sama lain, Jaemin, Jeno dan Mark seperti sedang menunggu siapa yang akan bicara terlebih dahulu.
"Apakah harus aku yang menjelaskan semuanya."kata Jaemin yang tidak suka dengan keheningan yang sepertinya akan berkepanjangan jika tidak ada yang buka mulut terlebih dahulu.
"Seharusnya, Mark yang menjelaskan semuanya."
Mark menoleh kearah jeno."Baiklah."
"Haechan, maukah kau mendengar kan nya tanpa menyela perkataan ku."
Haechan mengangguk ragu, takut apa yang Mark jelaskan adalah sebuah fakta yang tidak bisa Haechan bayangkan.
"Aku, Jeno dan Jaemin adalah sahabat."
Flashback
"Hey jangan tinggalkan aku..
"Ayo Na, kejar kita."
"Kalian curang, jangan terlalu cepat."jaemin berteriak karena Mark, dan Jeno meninggalkan Jaemin.
Mereka bertiga terus saja berlarian hingga pada akhirnya mereka berteduh disebuah pohon rindang didekat, taman. Mendudukkan dirinya sambil bersender pada pohon Mark memejamkan matanya menikmati angin yang begitu menyejukkan, sedangkan Jaemin membaringkan tubuhnya dengan kepala yang terlentang dipaha milik Jeno. Jeno mengusap lembut surai hitam milik Jaemin, lalu tersenyum manis, hingga matanya membentuk bulan sabit.
Mereka bertiga terdiam menikmati sejuknya alam. Hingga suara ponsel bergetar membuyarkan ketentraman mereka.
"Siapa."tanya Jaemin, sambil menoleh dan memeluk tubuh Jeno. Itu sudah jadi hal biasa mengingat mereka telah berteman sejak kecil, dan karena Jaemin adalah satu-satunya perempuan maka dia selalu mendapatkan kasih sayang lebih dari Mark, dan Jeno.
Namun mereka bertiga terjebak dalam sebuaj perasaan yang lebih dari seorang sahabat, yaitu cinta. Wajar bukan diusia mereka yang mulai beranjak dewasa jika timbul rasa cinta. Hanya ada satu pertanyaan akankah perasaan itu berlayar, dan Siapakah yang akan Jaemin pilih.
"Daddy, dia menyuruh kita untuk pulang bersama."
"Ada apa, tumben sekali uncle Jae menyuruh kita untuk berkumpul."
"Ntahlah."jawab Mark sambil berdiri, dan menepuk celananya yang sedikit kotor.
Jeno melakukan hal yang sama, dan membangunkan Jaemin.
"Kenapa perasaan ku jadi tidak enak."
"Itu hanya perasaan mu Na."
"Mungkin."jawabnya, sambil menggandeng tangan Jeno, lalu mereka bertiga menaiki mobil yang dikendarai oleh Mark.
Sesampainya dirumah mereka bertiga duduk dengan saling berjejer, menghadapi para orang tua, kecuali keluarga Jeno.
"Apa kalian tau, tujuan kami berkumpul seperti ini."tanya Jaehyun, dan mereka menggeleng.
"Jae, langsung saja ke intinya."ucap ayah Jaemin.
"Mungkin ini terlalu cepat, tapi daddy rasa ini sudah waktunya."
"Mark dan Jaemin kalian akan dijodohkan."
Suasana berubah menjadi hening tidak ada orang yang berbicara, tidak ada ekspresi bahagia dari wajah Jaemin, berbeda dengan Mark yang tersenyum tipis, saking tipisnya sampai tidak ada yang tau.
Sedangkan Jeno mengepalkan tangannya yang berada disisi tubuhnya, ingin rasanya Jeno marah, namun dia tidak memiliki hak atas itu. Ini pertemuan keluarga Mark dan Jaemin, itu artinya kedua belah pihak telah setuju bukan.
Berdiri dari duduknya, Jeno membungkuk hormat.
"Maaf uncle, sepertinya saya harus pergi mengingat ini adalah acara keluarga dan saya tidak terlibat dalam pembahasan ini."jeno melangkah kan kakinya untuk segera keluar dari kediaman Jung Jaehyun pamannya sendiri.
Rasanya Jaemin ingin menangis, kenapa Jeno tidak jujur saja bahwa mereka saling mencintai, bukankah dengan itu ada kemungkinan perjodohan tidak akan dilanjutkan.
"Tunggu!, uncle maaf tapi aku dan Mark tidak saling mencintai. Justru aku mencintai Jeno, tidak, bukan hanya aku tapi kita berdua saling mencintai."
Kedua keluarga melongo tidak percaya dengan apa yang Jaemin katakan, bahkan Mark tersenyum miris mendengar pernyataan Jaemin, sudah Mark duga jika cintanya telah bertepuk sebelah tangan.
"Sayang, apa yang kau katakan."
"Mamah, ini kenyataan nya aku dan Jeno saling mencintai, jadi maaf aku tidak bisa menerima perjodohan ini."setelah mengatakan hal itu, Jaemin berlari menyusul Jeno.
"Jeno."panggil Jaemin.
Jeno menghentikan langkah nya, tapi tidak membalikkan tubuhnya berdiri membelakangi Jaemin adalah cara agar tidak merasa sakit kembali.
Berlari memeluk Jeno dengan erat Jaemin menangis sesegukan disela pelukannya.
"Kenapa, kenapa kau tidak bicara dan menentang keinginan uncle jae."
"Menentang keputusan uncle Jae, bukan hal yang mudah Na."
Jeno membalikkan tubuhnya menghadap Jaemin lalu menangkup pipi Jaemin yang sudah dipenuhi dengan air mata, rasanya menyakitkan saat melihat orang yang kita cintai berderai air mata seperti itu. Jeno menghapus air mata Jaemin lalu mengecup bibir tipis milik Jaemin sekilas.
"Kau akan bahagia bersama Mark."Jeno melepaskan tangannya lalu berbalik dan pergi menyebrang jalan meninggalkan Jaemin.
Mark menyaksikan semuanya, dia melihat segalanya meremas dada kirinya yang terasa begitu sakit, inikah yang dinamakan terjebak friendzone.
"Jeno, tidak."jaemin berteriak dan berlari berusaha mengejar Jeno namun sayang...
Ckiiiiitttt, brakk
semuanya terasa menyakitkan tubuhnya terpental begitu jauh, napasnya terengah, dadanya mulai naik turun, dan bau anyir menyelimuti penciuman nya, matanya mulai memberat dan semuanya menggelap.
"JAEMIN."teriak Jeno dan Mark secara berbarengan.
Jaemin dilarikan kerumah sakit, kedua keluarga begitu panik dan cemas bahkan sangat ibu menangis histeris dipelukan sang suami, kecelakaan yang dialami oleh Jaemin membuat semuanya kalang kabut.
"Kau, jika saja anakku tidak mengejar mu semuanya tidak akan seperti ini."
"Aku sebagai ayahnya Jaemin memutuskan, jika aku menerima perjodohan antara Mark dengan anakku, lupakan perasaan antara kau dan Jaemin."
Jeno mematung, apakah ini kesalahannya, apakah semua yang terjadi atas kehendak nya. Memundurkan langkahnya dengan lunglai Jeno, memberanikan diri untuk bicara.
"Paman, aku menerima keputusan mu, tapi maaf soal perasaan hanya hati yang menentukan nya."
Jeno pergi meninggalkan rumah sakit, bukan tidak peduli dengan kondisi Jaemin hanya saja dia tidak ingin memperkeruh keadaan.
Flashback end.
Hay, gak nyambung ya, iya aku tau kok🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
FanfictionHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...