Duapuluhempat

4.1K 481 14
                                    

"Mark, kau mema--."

Haechan tidak melanjutkan kata-katanya langkahnya terhenti saat melihat adegan tak terduga didepannya berbarengan dengan air mata yang terjatuh begitu saja dan hatinya begitu sesak dan sakit.

Berusaha tetap tenang dan berpikir positif. Tapi tetap tidak bisa. Haechan terisak sambil menundukkan kepalanya, rasanya ingin segera keluar tapi tubuhnya seperti kaku, sulit untuk digerakkan.

Mark menoleh dan mendapati Haechan yang berdiri tanpa bergeming sedikitpun, dan Mark juga melihat jika Haechan menangis sambil menunduk. Jangan bilang Haechan melihat semuanya dan salah paham. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Akan sangat berbahaya dan panjang urusannya jika Haechan-nya marah.

"Sayang, k-au. Maksudku kemarilah."ucap Mark gugup sambil berusaha mendekati Haechan.

Sedangkan wanita yang dari tadi bersama Mark hanya menatap Haechan dengan mengerutkan dahinya dan memincangkan matanya, berusaha menilik-nilik orang yang Mark panggil 'sayang' seperti itu karena pasalnya wajah orang itu seperti tidak asing, kenapa dia harus menunduk, Jaemin kan jadi tidak bisa melihat wajahnya.

Saat merasa Mark akan mendekat, Haechan berusaha melawan kegugupan nya dan, memejamkan matanya lalu membalikkan tubuhnya perlahan, dia harus segera keluar dari ruangan ini, tapi sayang kesialan seperti sedang berpihak kepadanya hari ini, karena pada saat berbalik Haechan malah menubruk tubuh tegap seseorang dan saat mendongak.

"Jeno."lirihnya.

Jeno menatap Haechan, dengan pandangan meneliksik. Jeno terkejut saat melihat Haechan menangis dan menoleh kearah meja kerja Mark, lalu menghembuskan napas ringan.

"Kita, perlu bicara."ajak jeno, lalu menatap kedua orang didepannya dan menggeleng kecil.

Mark paham, jadi Mark membiarkan dulu Jeno berbicara pada Haechan, agar kesalahpahaman antara Haechan, Mark dan Jaemin terselesaikan.

Sementara Jaemin menatap bingung kepada Jeno, dan Mark. Apakah disini hanya Jaemin yang tidak mengerti dengan situasi yang tengah terjadi ini.  Menggeleng tidak peduli, toh nanti juga dia akan tau bukan.

Haechan menggelengkan kepalanya, berbarengan dengan air mata yang terus mengalir dipipi chubby nya. Jeno memegang bahu kecil milik Haechan yang terus bergetar karena menangis.

"Kau salah paham."

Haechan tetap menggelengkan kepalanya dan semakin terisak. Jeno bingung harus bagaimana lagi, oke sepertinya cara satu-satunya adalah sebuah pelukan, mungkin ini terlalu ekstrem mengingat ada Mark dan Jaemin, tapi mau bagaimana lagi.

Jeno memeluk Haechan lembut, dan tentu saja Haechan menerima pelukan Jeno dan menangis sejadi-jadinya.

Sedangkan Mark dan Jaemin melongo tidak percaya, ada perasaan sakit yang Jaemin rasakan dan rasanya dia juga ingin pergi dari sini, tapi Mark menahan pergelangan tangannya, dan menggeleng kecil. Jaemin merenggut tidak Suka dan bersidekap dada sambil memutar bola matanya, rasa penasarannya tentang siapa wanita yang beraninya memeluk Jeno itu semakin membuncah, tunggu sampai dia berbalik dan akan Jaemin pastikan dia tidak akan pernah berani memeluk, bahkan menyentuh Jeno-nya lagi.

"Mark akan menjelaskan segalanya."kata Jeno sambil menepuk punggung bergetar milik Haechan.

"Aku.. Hiks.. Tidak bisa hiks, semuanya sudah jelas hiks.. Mereka berciuman Jeno." Jawabnya.

Mark dan Jaemin hampir saja tersedak ludahnya sendiri karena penuturan Haechan. Jaemin tidak terima dengan tuduhan itu dan tidak peduli lagi siapa wanita itu.

"Yak, apa kau bodoh, yang kau pikirkan sangat tidak masuk akal, aku hanya membantu Mark yang kelilipan bagaimana bisa otakmu itu berpikir tentang hal lain."

Haechan semakin menangis saat dimarahi seperti itu, tangannya meremat kuat kemeja yang Jeno katakan, tapi tunggu Haechan seperti mengenal suara itu. Berusaha melepaskan pelukannya dan berbalik menghadap Mark, dan Jeno merasa lega akan hal itu. Tapi setelah itu.

"Haechan."seru Jaemin dengan menutup mulutnya.

Tentu saja Mark dan Jeno pun terkejut, jadi Jaemin mengenal Haechan. Bagaimana bisa?

"Ja-emin."

Haechan menatap bergantian antara Jaemin dan Mark.

"Sayang, yang dibilang Jaemin benar dia hanya membantu ku yang sempat kelilipan, dan kau melihat nya dari arah yang membuatmu berpikir jika kita sedang berciuman."

"Pukul lah aku jika sedang marah, jangan memeluk orang lain aku tidak suka."lanjutnya, sambil menatap Jeno. Mungkin itu adalah sebuah sindiran.

Mark menghampiri Haechan lalu memeluk nya erat, dia harus mensterilkan tubuh Haechan dari sentuhan laki-laki lain, termasuk oknum Lee Jeno.
_________________________________________

"Jadi kalian saling mengenal."jeno bertanya saat, mereka sudah duduk berempat diruangan Mark.

Haechan dan Jaemin mengangguk.

"Bagaimana bisa."tanya Mark, sambil memegang lembut tangan Haechan, seakan jika melepaskan nya Haechan akan pergi meninggalkan nya.

Jaemin melirik kearah Mark lalu, bergelayut manja ke tangan Jeno.

"Tentu saja bisa, waktu itu kita bertemu dirumah sakit. Benarkan Haechan."

"Iya, dan setelah itu kita juga bertemu lagi didepan supermarket."

Mark dan Jeno hanya ber 'oh' ria. Sebenarnya ada satu hal yang ingin Haechan tanyakan, tapi dari mana dia harus memulai nya. Melihat interaksi antara Jeno dan jaemin membuat Haechan lebih penasaran.

"Kau beruntung Jaemin, akhirnya Jeno menemukan pengganti seseorang yang telah meninggalkan nya."tanya Haechan dengan spontan.

Jaemin mengerutkan dahinya menatap Jeno penuh sanksi.

"Kau pernah memiliki kekasih sebelumnya, bagaimana bisa aku tidak tau."

Jeno menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Haechan sebenarnya orang yang kuceritakan tempo lalu adalah Jaemin."

Haechan berusaha mengartikan ucapan Jeno, dan berpikir beberapa saat, sebelum matanya melotot dan mulutnya terbuka lebar, jika orang yang Jeno katakan adalah Jaemin maka sepupu yang Jeno katakan adalah Mark. Tunggu kenapa semuanya jadi rumit, Haechan tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi sekarang.

"Jadi kau, dan Mark."Haechan beranjak dari duduknya melepaskan genggaman tangan nya dari Mark.

"Kalian berdua telah dijodohkan."

Stupid [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang