Saat sampai diruang kesehatan renjun terus saja menanyakan banyak hal seperti, bagaimana bisa? Kenapa? Sejak kapan?. Dan banyak lagi hal lainnya, sampai haechan merasa kepalanya akan meledak. Daripada terus terusan harus mendengar ocehan renjun yang menurut haechan tidak masuk akal, lebih baik dia pulang dan melanjutkan istirahat nya.
"Njun, ayo pulang."ajak haechan.
"Kau yakin sudah bisa bangun."
Sungguh haechan pusing sekali, kenapa renjun terus menanyakan hal yang sama dari tadi, ntah yang keberapa kalinya dia menanyakan hal yang sama. Haechan jadi ragu yang bodoh sebenarnya itu bukan dirinya tetapi renjun.
Oh ayolah, ini sudah waktunya pulang dan renjun masih menanyakan hal yang sama sejak saat istirahat jam pertama kerjanya, lagipula renjun dan haechan bukannya dari tadi membahas banyak hal saat diruang kesehatan, bukankah itu artinya haechan sudah sembuh. Lagipula haechan hanya pingsan.
"Chan, kenapa malah bengong."
Haechan menoleh dan menatap lamat renjun. "Mari pulang."
Tanpa melihat ekspresi kesal haechan turun dari tempat tidurnya, dan mulai melangkah keluar. Saat dirasa renjun tidak mengikuti nya haechan membalikkan tubuhnya.
"Njun, kenapa masih diam. Ayo."
Renjun mencebikkan bibirnya, dan mengikuti langkah haechan. Bahkan renjun juga mengoceh sepanjang langkah nya. Tapi haechan tidak mendengar kan ocehan renjun seakan menulikan telinganya. Renjun sirubah menyebalkan ini memang berisik.
Setelah sampai diparkiran kantor haechan terkejut saat melihat Jeno sedang bersender pada mobilnya.
"Jeno."
Jeno menoleh, dan menghampiri haechan. Lalu jeno memeluk haechan dengan erat, melupakan keberadaan renjun disamping mereka.
"Ekhem, aku masih disini jika kalian lupa."kesal renjun.
Jeno melepaskan pelukannya dan menggaruk tengkuaknya yang tidak gatal, dan tersenyum kearah renjun.
"Jangan tersenyum seperti itu didepanku, kau terlihat seperti ahjussi."seru renjun.
"Kau memang tidak pernah berubah, tetap bar bar."jawab Jeno.
"Mau apa kau, dan apa apaan tadi memeluk haechan sembarangan."renjun sedang dalam mode Macan, jika tadi renjun bersikap manis kepada haechan karena haechan sakit. Tapi tdak untuk sekarang.
"Njun, tenang lah. Jangan marah marah terus, baru saja kau tadi bicara lembut kenapa sekarang jadi marah lagi."
Renjun memutar bola matanya malas, galak galak gini renjun itu sebenarnya menyayangi haechan, hanya saja cara renjun mengungkapkan nya ya dengan marah marah.
"Baiklah, aku tau kau kesini pasti ada maunya. Jadi katakan."
"Biarkan haechan pulang bersama ku malam ini, aku sedang membutuhkan haechan."
Renjun memincangkan matanya, menatap jeno, seakan Jeno adalah binatang buas yang harus dimusnahkan segera.
"Njun, bukankah seharusnya kau pulang, aku tidak apa apa. Jeno hanya ingin bicara mungkin."haechan yang melihat renjun yang sedang menghakimi Jeno pun segera menenangkan renjun.
"Baiklah, lagi pula aku sudah lelah. Dan kau jaga haechan dia baru saja sadar dari pingsannya."
Jeno menatap haechan seolah akan bertanya, tetapi haechan malah tersenyum dan menggeleng kan kepalanya. Seolah berbicara "Aku baik baik saja."
"Kalau begitu kami duluan njun."pamit Jeno dan menggandeng tangan haechan menuju mobilnya.
Sementara renjun juga pergi memasuki mobilnya untuk segera pulang.
Hanya saja mereka tidak sadar jika seseorang tengah memperhatikan interaksi mereka dengan tangan terkepal kuat lalu rahang yang mengeras dan juga sorot mata yang menajam, mungkin hanya memperhatikan interaksi antara haechan dan jeno.
"Tertinggal selangkah dibelakang."seru yeri dibelakang mark.
Orang itu adalah mark, yang tadinya memiliki niat untuk mengantarkan haechan pulang, namun gagal karena Jeno lebih dulu menjemput haechan.
"Apa maksud mu."
"Oh ayolah mark, kau ini selalu saja bertanya apa maksudku, tapi sebenarnya kau itu tau."kilah yeri
"Ah, aku rasa perkataan ku tadi tentang haechan yang akan menemukan orang yang lebih baik dari mu terkabul."ejek yeri.
Mark tidak bergeming sedikitpun. Mark bingung ntah dia marah kepada Jeno atau cemburu kepada haechan.
"Aku tidak peduli."mark hampir saja melangkah kan kakinya sebelum yeri mengatakan sesuatu.
"Isi hati dan ucapan mu selalu berbeda mark."
"Aku tidak tahu hubungan mu dengan Jeno sudah membaik atau tidak. Apalagi kalian masih dalam masalah yang sama, tapi kumohon jangan libatkan haechan dalam urusan kalian cukup jaemin saja, yang kalian buat menderita."yeri memelankan ucapannya diakhir.
"Keadaan yang membuat semuanya kacau."jawab mark.
"Bukan keadaan, hanya saja kalian berdua terlalu naif. Mark, jangan sampai kejadian dulu terulang kembali antara kau Jeno dan haechan. "
Mark terdiam sejenak memikirkan apa yang yeri katakan, jika boleh jujur mark sebenarnya tidak ingin kejadian rumit dimasalalu nya terulang, tapi bukankah manusia memang tidak tahu dengan rencana Tuhan.
Sebenarnya masalah mereka mudah, dengan mark yang mengalah dan menjalani hubungan dengan orang lain meskipun tanpa cinta, dan membiarkan Jeno dan jaemin saling mencintai, hanya saja keluarga mereka yang mempersulit keadaan.
Dan saat mark mulai menemukan orang yang benar benar mark sukai, Jeno juga terlibat didalam nya. Mark tau Jeno selalu mengatakan kalau dirinya sangat mencintai jaemin begitu pun dengan jaemin hanya saja, jika melihat interaksi Jeno dengan haechan membuat mark merasa ragu dengan Jeno.
Tanpa mau menjawab penuturan yeri mark segera saja menaiki mobilnya, dan melajukan mobilnya dengan cepat, meninggalkan yeri yang menatap sendu kepergian mark.
"Tuhan tolong buat mereka bahagia dengan cara mereka sendiri." Lirih yeri.
Aku gak tau aku nulis apa, tapi yang penting malam ini aku update meskipun alur ceritanya makin aneh. Namanya juga masih abal abal.
Audjslvhqiacagaksg, nangis nih gara gara hari ini banyak moment markyuck, apalagi yang mark meluk echan, kejang nih aku lihat keuwuan mereka😢🤣
Sepanjang 2020 kan mereka gak pernah selca, jadi seneng aja kalau ada moment kayak gini. Hayu atuh mark echan selca geura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
ФанфикHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...