Saat akan memasuki rumahnya, tiba-tiba saja Mark berpapasan dengan Jeno tepat dihalaman rumahnya. Langkah keduanya terhenti dan saling menatap satu sama lain dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Selamat untuk mu, mark."tiba-tiba jeno mengulurkan tangannya dan mengucapkan kata selamat kepada mark, tetapi mark malah memandang Jeno dengan datar seolah tidak tertarik untuk menerima uluran tangan Jeno.
Jeno terkekeh, dan menarik kembali tangannya lalu memasukkan nya kedalam saku celananya.
"Aku kalah mark dan kau menang."jeno tersenyumtersenyum kecut, seraya memandang langit yang begitu mendukung dengan tidak hadirnya sang bintang.
Sedangkan mark terus saja memandang jeno lekat, dia tidak mengerti dengan apa yang jeno bicarakan. Tapi tunggu! mengapa jeno ada dirumahnya, ada urusan apa dia, apa ayahnya juga meminta jeno untuk datang, tapi kenapa jeno sudah keluar, mark baru saja datang.
"Untuk apa."tanya mark, dengan nada datar khasnya.
Jeno memalingkan wajahnya, kembali menatap Mark dengan serius.
"Uncle Jae sepertinya takut jika aku mengambil calon menantunya."
"Satu minggu lagi, pertunangan mu dengan jaemin akan dilaksanakan."lanjut jeno sambil tersenyum kecut kembali.
Mark mengeratkan giginya, sorot matanya memancarkan kemarahan, kenapa ayahnya selalu mengambil keputusan tanpa bertanya pada mark. Tapi mark harus bisa mengontrol emosinya, mungkin jeno hanya sedang main-main dengan mark, bukankah mereka akhir-akhir ini sangat jarang bertemu.
"Jangan bercanda jeno, sangat terlihat jelas jika kau cemburu."mark masih berusaha tenang.
"Aku tidak pernah bercanda jika menyangkut perasaan, kau tau betul jika aku mencintai jaemin lebih dari apapun."
"Tapi keputusan keluarga mu dengan jaemin cukup membuatku untuk sadar, jika cinta tidak harus memiliki. "
"Kau sangat naif jeno, kau bicara seolah-olah kau mencintai jaemin, tapi kau tidak berjuang sama sekali ck."ucap mark sambil tersenyum tipis, atau bisa disebut smirk.
Ntah untuk yang keberapa kalinya jeno tersenyum kecut. "Katakan padaku seperti apa perjuangan yang harus aku lakukan, menentang keinginan uncle jae bukan hal yang mudah mark."
"Setidaknya satu nyawa harus berkorban untuk itu."lanjut jeno.
Mark terdiam, bukan karena dia tidak bisa menjawab dia hanya sedang berpikir jika apa yang jeno katakan memang ada benarnya, bukan hanya arogan ayahnya mark, juga terkenal dengan kekejamannya.
"Kau tau mark, siapa target uncle jae kali ini." tanya jeno membuyarkan lamunan mark.
Mark menoleh, menunggu ucapan jeno selanjutnya. Jeno mendekati mark lalu berbisik "Haechan."
Mark menegang, apa ayahnya sudah benar-benar gila melibatkan haechan yang tidak tau apa apa, ini tidak bisa dibiarkan mark harus segera menemui ayahnya.
Hubungan nya dengan haechan baru saja dimulai dan dengan seenaknya ayahnya melibatkan haechan.
"Jangan bertindak gegabah mark, karena disini, nyawa seseorang yang terancam."jawab Jeno. Setelah mengatakan hal itu Jeno pergi meninggalkan mark, yang masih memikirkan apa yang Jeno katakan.
_________________________________________
"Ayo katakan padaku chan, kalian sudah melakukan apa saja".tanya renjun antusias sambil menaik turunkan alisnya.
"Tidak ada."
"Yakkk. Mana mungkin, kalian sudah pernah tinggal disatu apartemen bahkan kalian juga tidur satu ranjang, mana mungkin tidak melakukan apapun, setidaknya kalian pernah memhmmmpptt."
Haechan menutup mulut Renjun dengan tangannya, demi apapun mereka masih dikantin kantor, tapi si Huang ini malah membicarakan hal-hal yang tidak jelas, yang mana bisa saja mengundang gosip dikantor ini.
Renjun melepaskan tangan Haechan dari mulutnya lalu, mendelikkan matanya pada Haechan.
"Dasar gila, kau ingin membuat ku mati muda eoh."marahnya.
Haechan mengernyit tidak suka, renjun yang memulainya kenapa dia juga yang harus marah, memang nya apa yang dia lakukan dengan mark, sepertinya otak Renjun memang harus dibersihkan dari hal-hal yang berbau mesum.
"Kau terlalu berisik njun, jika ada yang mendengarnya kan akan gawat."bisik Haechan.
"Bodo amat."ketus renjun.
Setelahnya tidak ada lagi pembicaraan lain karena mereka sibuk kembali dengan makanan nya, sepertinya renjun marah, tapi Haechan bersyukur itu artinya renjun tidak akan bertanya banyak hal tentang mark pada Haechan kan.
Setelah menyelesaikan makan siang, mereka berdua kembali keruangan kerja mereka. Duduk dengan tenang didepan sebuah laptop dan mari bekerja kembali.
Tapi tiba-tiba saja renjun mendekatkan kursinya pada kursi Haechan.
"Chan, sejak kapan kau menyukai direktur jung."
Haechan menghentikan kegiatan nya dan menggeser kursinya agar berhadapan dengan renjun, meletakkan telunjuknya didagu seolah dia sedang berpikir.
"Aku juga tidak tau njun, itu terjadi begitu saja. Perasaan ku pada direktur jung mengalir begitu saja."
Renjun mengangguk-angguk kan kepalanya, lalu mendekatkan kembali tubuhnya pada haechan, dan melirik kesetiap arah, berjaga-jaga agar tidak ada yang menguping pembicaraannya dengan Haechan.
"Sejujurnya aku dan yeri eonni, melihat mu dengan direktur Jung sedang......
Renjun sengaja menjeda kata-kata nya, dan menahan tawanya saat melihat ekspresi penasar haechan yang terliht konyol.
Berciuman, dan itu terlihat sangat panas."bisik renjun.
Yang mana kata terakhir renjun membuat Haechan membelakkan matanya dengan lebar.
"Yakk, HUANG RENJUN, dasar kau sirubah kecil menyebalkan."teriak Haechan, sambil mendorong kursi renjun, tapi sayang malah kursinya yang terdorong kebelakang, dan hampir membuat dia terjatuh jika seseorang tidak menahannya dari belakang.
"Sayang pelankan suaramu."
Nanggung banget kan.
Mari tetap bersemangat 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
FanfictionHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...