41. Real Life

646 33 0
                                    

"Mereka ada disini Nda."

"Hah, maksudnya?", ujar Nanda bingung.

"Merekalah orangtua kandung kamu Nda."

Adit dan Nanda terkejut dengan apa yang dikatakan om Adam. Adit bisa merasakan tubuh Nanda sedikit melemas, Adit langsung memegang Nanda menyalurkan kekuatan kepada Nanda.

"Iya nak kamilah orangtua kandung kamu.", ucap Anton.

"Ini mama nak, mama yang sudah melahirkan kamu. Mama sangat kangen sama kamu.", tambah Nana mendekati Nanda.

Nana pun memeluk Nanda, putri yang selama 23 tahun ini terpisah darinya. Putri yang sangat ia rindukan, setiap saat ia selalu mendoakan semoga ia masih bisa bertemu dengan putrinya dan Allah mengabulkan doanya hari ini.

"Mama kangen banget sama kamu Nda.", ujar Nana masih memeluk Nanda yang dari tadi diam.

"Mama. Ini bener mama, Nda nggak mimpi kan?", tanya Nanda.

"Enggak sayang ini beneran mama kamu.", jawab Nana.

"Mama.", ucap Nanda memeluk Nana.

"Maafkan mama nak, harusnya mama tahu itu kamu saat mama bertemu dengamu.", sesal Nana.

"Tidak ma, mama tidak salah. Hanya saja waktu itu kita sama-sama tidak tahu."

Semua orang disana sangat terharu melihatnya. Anton pun mendekati Nanda, ia juga ingin memeluk putrinya yang selama ini tidak bersamanya. Ia sangat banyak kehilangan momen tumbuh kembang putrinya tersebut.

"Ma gantian dong, papa juga ingin memeluk putri papa.", ujar Anton.

"Iyaiya, pa. Nanda kamu ke papa sana.", sedikit tidak rela melepas pelukannya.

Nanda melepas pelukannya lalu melihat ke arah papanya. Nanda pun berdiri dan berjalan kearah papanya lalu memeluknya.

"Papa.", ucap Nanda.

"Katakan lagi nak.", pinta Anton.

"Papa."

"Iya, nak ini papa kamu. Papa kangen sama kamu, maafin papa ya selama ini papa nggak ada saat kamu tumbuh dewasa."

"Enggak, papa nggak salah ini sudah takdir Allah pa. Ternyata gini rasanya dipeluk papa, dari dulu Nda ingin dipeluk sama papa sama kayak temen-temen Nda.", lirih Nanda.

"Sekarang kamu bebas nak mau peluk papa kapanpun kamu mau.", ujar Anton.

Nana berjalan mendekati dan memeluk mereka. Bagas pun tak mau ketinggalan, ia beranjak dari tempat duduknya dan memeluk orangtua serta adiknya tersebut.

"Pa, ma, gantian dong Bagas juga mau meluk adik Bagas yang cantik ini."

"Iyaiya, Nanda kamu ke kakak kamu sana sebelum dia makin cemberut.", ujar Nana.

"Iya ma."

Nanda melepaskan pelukannya lalu berjalan menuju Bagas. Bagas tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung memeluk adiknya seakan takut adiknya akan pergi lagi.

"Akhirnya kamu meluk kamu lagi dek. Aku ingat waktu kamu masih bayi, kamu sangat kecil bahkan sampai harus masuk inkubator karena mama melahirkanmu prematur. Tapi sekarang, kamu tumbuh menjadi perempuan cantik seperti mama. Pantas saja saat aku pertama kali melihatmu, ada perasaan aneh seperti aku sudah sangat lama mengenalmu.", jelas Bagas.

Nanda terus memeluk Bagas, ia masih tidak menyangka jika dirinya tidak sendirian. Ia masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan orangtuanya dan saudaranya. Begitu pula dengan Adit, Adit sangat senang Nanda bisa bertemu dengan keluarga kandungnya.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang