4. Kesepakatan

1.1K 50 0
                                    

"Kamu."

"Kamu."

Ucap Adit dan Nanda bersamaan dan langsung teringat dengan kejadian pagi tadi di bandara.

"Wah ternyata kalian udah saling kenal, bagus dong. Jadi mama enggak perlu repot-repot ngenalin kalian.", ucap tante Maya antusias.

"Iya May, aku juga nggak nyangka ternyata Nanda mengenal Adit lebih dulu. Artinya nggak ada masalah lagi dong soal rencana pernikahan mereka. Kalau begitu gimana kalau kita makan malam dulu sambil merencanakan pernikahan mereka.", ajak tante Shinta.

Akhirnya mereka pergi bersama menuju meja makan dan sepertinya posisi duduk pun sudah keluarga tersebut rencanakan dimana Adit duduk berhadapan dengan Nanda. Saat yang lain sedang melayani pasangannya masing-masing, Nanda malah sibuk mengambil makanannya sendiri.

"Nda, kok Adit nggak kamu ambilin makanannya. Dia kan calon suami kamu, ayo sekarang kamu ambilin makanan untuknya.", ucap tante Shinta.

"Iya te.", jawab Nanda yang langsung bangkit dari kursinya menuju kursi Adit.

"Segini cukup?", tanya Nanda dengan malas.

"Iya.", jawab Adit nggak kalah dinginnya.

Setelah mengambilkan makanan untuk Adit, Nanda kembali duduk dikursinya dan makan. Ia masih tidak menyangka orang yang akan dijodohkan dengannya itu adalaah orang yang paling menyebalkan menurutnya. Sama halnya dengan Adit, ia pun tidak menyangka gadis yang akan menjadi istrinya ternyata gadis bar-bar.

Cukup lama hening yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu hingga selesai makan mereka kembali menbicarakan rencana pernikahan Adit dan Nanda akan terlaksana.

"Gimana kalau pernikahannya 2 bulan lagi? Kamu setuju nggak Shin?", tanya tante Maya.

"Iya May, aku setuju. Semakin cepat kan semakin baik.", jawab tante Shinta.

"Tapi ma, aku nggak mungkin bisa nyelesain segalanya dalam waktu singkat. Mama kan thu sendiri gimana ribetnya untuk nikah kantor.", ucap Adit protes ke mamanya.

"Maaf tante, bukannya maksud Nda tidak setuju. Tapi, tante kan tahu sendiri kalau Nda lagi sibuk di tesis. Jadi, Nda rasa juga nggak mungkin ngurusin pernikahan secepat itu.", tambah Nanda

"Kamu tenang aja, Dit. Urusan itu biar papa yang ngurus.", timpal om Dimas.

"Untuk urusan pernikahan serahin aja ke mama dan tante Shinta, jadi kalian tinggal pilih baju dan cari cincin. Ya kan Shin.", ucap tante Mata.

"Iya, kalian tenang aja ya.", tambah tante Shinta.

Adit dan Nanda tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sepertinya keluarga mereka sangalah bersemangat menyiapkan pernikahan mereka.

"Hmm ma te, boleh nggak Adit ngajak Nanda keluar buat ngobrol?", tanya Adit dan sontak mengejutkan Nanda.

"Iya dong sayang boleh kok, lagian dia kan calon istri kamu. Sana kalian ngobrol biar makin akrab.", jawab tante Maya.

Mendapat jawaban tersebut, Adit langsung menatap Nanda dan memberi isyarat untuk keluar. Nanda pun langsung mengikuti Adit keluar.

"Saya mau bicara sama kamu.", ucapnya dingin.

"Ya bicara aja kali.", ucap Nanda dengan ketus.

"Saya menyetujui pernikahan ini bukan karena saya mau, tapi karena saya ingin melihat mama dan papa saya bahagia.", kata Adit.

"Sama dong, aku juga menerima ini hanya mau lihat om Damar sama Tante Shinta bahagia.", balas Nanda.

"Karena tujuan kita sama, jadi saya minta kita sama-sama jalanin saja dulu. Gimana kedepannya nanti kita pikirkan.", ucap Adit.

"Oke, aku setuju usulan kamu.", jawab Nanda setuju.

"Yasudah, yuk kita masuk.", ajak Adit.

Sesampai mereka didalam rumah, ternyata kedua keluarga sedang membicarakan acara lamaran dan persiapan pernikahan mereka.

"Eh kebetulan kalian masuk. Gini, kami sudah mutusin acara lamaran kalian akan terlaksana 2 minggu lagi. Tapi, kalian tenang aja seperti yang kalian tahu kalau kalian tinggal terima beres.", ucap om Dimas.

"Iya pa."

"Iya om."

"Nanda, jangan panggil om sama tante lagi ya. Panggi papa sama mama.", imbuh mama Adit.

"I..iya te, eh mama.", jawab Nanda.

"Ohiya Dit, nanti jangan lupa kalian cari cincin ya mumpung kamu masih cuti.", ucap mama Adit.

"Iya ma, Adit sama Nanda besok akan cari cincinnya.", jawab Adit.

"Hmm... Maaf sebelumnya dit, bukan maksud aku nolak tapi besok pagi aku harus balik ke Bandung buat ngurusin tesisku. Karena aku takut nanti dosennya pergi lagi keluar dan makin lama aku kelarnya.", ucap Nanda pelan.

"Kok kamu cepet banget Nda pulang ke Bandung, padahal baru tadi pagi kamu sampai tapi besok udah mau balik lagi.", lirih Tante Shinta.

"Ya mau gimana lagi te, kan kalo Nda cepat selesai tesisnya bisa cepat maju sidang abis bisa wisuda.", papar Nanda.

"Udah, nggakpapa kok te. Lagian Nanda juga kan kesana buat nyelesain kuliahnya biar cepat selesai. Mungkin nanti kami carinya di Bandung aja.", ucap Adit.

"Baiklah, berhubung hari sudah semakin larut mungkin saya rasa cukup dulu pembicaraan kita kali ini. Untuk masalah lainnya kita bicarain nanti.", kata papa Adit.

"Iya kamu benar mas, untuk kelanjutannya kita biarain lagi nanti.", jawab om Damar.

"Kalau begitu kami pamit ya, Shin. Assalamualaikum.", kata mama Adit.

"Walaikumsalam.",ucap om Damar dan tante Shinta.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang