14. Khawatir

883 43 0
                                    

"Nda, abang berangkat dulu ya. Kamu hati-hati, jaga diri selama abang pergi.", pesan Adit.

"Iya bang. Abang juga hari-hati disana.", ucap Nanda dengan senyum lalu salim ke Adit.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah mengantar Adit, Nanda segera berkemas untuk melaksanakan tugasnya. Ia tidak membawa banyak baju melainkan banyak membawa peralatannya. Sebelum meninggalkan rumah Nanda masuk kedalam ruang kerja Adit dan menatap foto yang dipajang disana. Bukan foto pernikahan mereka tentunya, melainkan foto Adit saat praspa.

"Semoga kita bisa sama-sama pulang dengan selamat bang.", ucap Nanda lalu pergi.

Nanda pergi dengan kendaraan online menuju titik kumpul keberangkatan. Untung saja jalanan Bandung sedang bersahabat sehingga ia datang tepat waktu.

"Hey, hampir aja aku tinggalin kamu. Aku kira kamu enggak bisa berangkat.", gurau temannya.

"Enggak mungkin lah, kamu kan tahu seberapa penting tugas ini. Lagian aku juga udah izin dan dia juga lagi berangkat tugas.", ucap Nanda.

"Yaudah yuk kita jalan sekarang.", ajak temannya dan mereka pun pergi.

Disebuah restoran terlihat seseorang tengah menunggu orang suruhannya yang datang sedikit terlambat.

"Maaf bos saya terlambat."

"Informasi apa yang kamu dapat?", tanya orang itu.

"Mereka sedang pergi semua, tapi saya mendapatkan ini.", ucap seseorang dan memeberikan amplop.

"Bagus sekali kerjamu, tetap jalankan sesuai rencana.", ucapnya yang sangat senang melihat apa yang diberikan oleh orang suruhannya.

"Baik, saya permisi.", pamit orang itu.

"Sebentar lagi, semua akan kembali seperti dulu lagi.", ucapnya dengan senyum.

***

6 hari telah berlalu Adit dan timnya bertugas, dan artinya sudah 6 hari pula Adit tidak mendengar kabar dari Nanda. Hari ini Adit beserta timnya telah menyelesaikan tugasnya dan seperti biasa mereka menyelesaikan misi mereka dengan baik.

Adit POV

Entah kenapa sejak aku pergi bertugas, aku merasa cemas dengan Nanda. Tapi, aku harus positif thinking bahwa semuanya akan baik-baik saja. Saat ini kami sudah dalam perjalanan pulang, jadi aku berniat untuk menelponnya. Namun hasilnya nihil, nomornya tidak bisa dihubungi.

'Mungkin daerah tempanya penelitian tidak ada sinyal', batinku.

"Izin kapten, ada apa. Apa kapten ingin menelpon istri kapten?", tanya salah satu anggotaku.

"Iya, tapi sepertinya daerah tempatnya penelitian tidak ada sinyal.",ucapku.

"Izin kapten, pasti istri kapten juga merindukan kapten. ", ucapnya yang membuat terdiam.

'Apa mungkin dia merindukanku?', tanyaku dalam hati.

Aku dan timku telah sampai di batalyon, namun aku tidak melihat kehadirannya. Aku merasa agak sedikit kecewa dengan dia, karena anggota timnya disambut oleh pasangan mereka sedangkan aku yang notabenenya sudah memiliki istri malah tidak hadir.

'Harusnya aku tidak berharap banyak dari dia.', batinku.

"Maaf ya aku telat datangnya.", ucap seseorang dari belakangku yang ternyata ialah Nanda.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang