23. Pergi

873 42 4
                                    

“Nda, kamu yakin akan  tetap pergi?”, tanya Rendi khawatir.

“Iya, lagian ini juga udah tugas biasa aku kan.”, jawab Nanda santai.

“Tapi kamu kan lagi h....”, ucap Rendi terpotong oleh Nanda.

“Udah, kakak tenang aja. Pasti dia akan kuat seperti aku. Semoga cepet selesai deh kegiatan disana.”, kata Nanda meyakinkan.

“Semoga saja. Kamu, aku titip Nanda ya.”

“Iya Ren santai aja, lagian kayak nggak tahu Nanda aja.”

“Kak Ren kita berangkat dulu ya.”

“Iya semoga kalian cepat menyelesaikan tugas kali ini seperti biasanya.”

“Semoga, yuk buruan masuk.”

“Oke.”

Nanda dan temannya pun pergi meninggalkan Rendi yang masih memperhatikan mereka pergi. Setelah Rendi memastikan Nanda dan temannya benar-benar pergi, Rendi segera menuju mobilnya dan segera pulang kerumah. Namun, ponselnya berdering yang menampilkan nomor tidak dikenal.
‘Nomor siapa ini?’, batin Rendi.
“Assalamualaikum, ini siapa ya?”, tanya Rendi.
“...”
“Baiklah, dimana?”
“...”
“Oke, aku langsung kesana. Assalamualaikum.”
“...”
Rendi segera pergi untuk menemui si penelpon, tapi ia akan menjemput seseorang terlebih dahulu. Sesampai Rendi ditempat janjian, mereka segera masuk dan terlihat seorang laki-laki sedang duduk menunggu mereka.
“Maaf, lama menunggu Dit”

“Tidak juga.”, jawab Adit santai.

“Ada apa kamu ingin menemuiku?”, tanya Rendi.

“Aku mau menanyakan perihal foto ini.”, jawab Adit sambil menyodorkan foto waktu itu.

“Darimana semua foto ini kamu dapatkan?”, tanya Rendi bingung.

“Tidak perlu tahu aku dapat dari mana, yang jelas ada apa kamu menemui istriku?”, tanya balik Adit.

“Dia temanku.”, jawab Rendi santai.

“Jangan pernah berbohong padaku Rendi. Apa hubunganmu dengan Nanda?”, ucap Adit sedikit emosi.

“Harusnya jika kamu suami Nanda, kamu percaya padanya Dit. Tidak mungkin Nanda akan menghianati orang, aku tahu itu.”

Adit terdiam mendengar ucapan Rendi, mungkin Rendi benar harusnya ia percaya jika Nanda tidak mungkin menghianatinya. Adit terhanyut dalam ingatannya bagaimana Nanda yang selalu tersenyum tulus padanya dan mengurusnya selama ini.
“Mas, maaf ya aku lama ketoiletnya.”

“Iya nggakpapa, Ke kenalin ini suaminya adik kecil.”, ucap Rendi.

“Ini ternyata suaminya Nanda, maaf ya aku waktu itu nggak bisa hadir kenikahan kalian.”, kata Ineke antusias.

“Perkenalkan mbak saya Adit.”

“Saya Ineke, istrinya mas Rendi sekaligus dosen dikampus Nanda. Maaf ya aku sering buat Nanda pulang telat karena menggantikanku mengajar.”

“Iya nggakpapa mbak.”

“Sekarang apa kamu masih mengira Nanda selingkuh denganku atau pria lain?”, tanya Rendi tajam.

“Apa maksud mas?”, tanya Ineke bingung.

“Dia mengira Nanda berselingkuh.”, ucap Rendi sambil memberikan foto kepada Ineke.

“Apa kamu sudah tidak waras jika mengira Nanda selingkuh!”, ucap Ineke emosi.

“Sayang, kamu jangan emosi.”, kata Rendi menenangkan istrinya.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang