8. Kerempongan Ibu-Ibu

960 48 0
                                    

"Nda, ayo bangun. Kan hari ini kamu sama Adit mau fitting baju untuk acara nanti.", ucap mbak Dewi mengguncang tubuh Nanda.

"Bentar lagi, mbak. Nda baru tidur bentar ini, 5 menit yaa...", pinta Nanda yang masih setia dibawah selimut.

"Nggak ada 5 menit yang ada nanti berjam-jam. Bangun sana, Adit udah nunggu kamu dibawah.", kata mbak Dewi.

"Apa? Ngapain dia pagi-pagi udah disini?", tanya Nanda yang terkejut.

"Ya jemput calon istrinya yang hobi molor ini la, masa jemput mbak. Udah sana cepetan, jangan buat dia kelamaan nunggu.", perintah mbak Dewi lalu meninggalkan Nanda.

Nanda memang baru tertidur setelah sampai dirumah tadi. Hal ini karena semalaman Nanda berada di bandara akibat pesawatnya delay dan baru terbang pagi tadi. Nanda bergegas mandi dan bersiap diri lalu turun menemui Adit.

"Maaf ya lama nunggunya."

"Iya, nggakpapa mbak kamu juga tadi udah cerita sama aku kalau kamu baru sampai pagi ini. Yuk kita langsung berangkat aja, takutnya mama sama tante Shinta kelamaan nunggu kita."

"Mbak, kita berangkat ya. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, hati-hati ya."

Adit dan Nanda pun masuk mobil dan meninggalkan pekarangan rumah menuju salah satu butik milik tante Adit. Selama perjalanan seperti biasa, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Nanda sibuk dengan tab nya sedangkan Adit fokus menyetir. Tidak lama, mereka pun sampai ditempat. Saat mereka masuk, mereka disambut oleh pegawai butik lalu diantar ketempat mama Adit, tante Shinta dan tante Adit.

"Akhirnya kalian sampai. Ini loh Na yang namanya Nanda."ucap mama Adit memperkenalkan Nanda kepada adiknya.

"Wah, ternyata lebih cantik dari fotonya. Cocok sama Adit kalo gini, yang satu ganteng yang satunya lagi cantik. Yaudah Adit sama Nanda sekarang cobain deh pakaiannya ya.", ujar tante Nana.

"Iya te.", jawab Nanda dan Adit yang langsung pergi bersama pegawai butik.

5 menit kemudian mereka pun keluar, dengan Nanda memakai kebaya putih dan kain khas Palembang serta Adit dengan pakaian yang senada.

"Wah, ternyata sesuai dengan ekspektasi tante. Kalian kelihatan ganteng dan cantik, padahal baru pake pakaiannya aja.", puji tante Nana.

***

Usai fitting pakaian rencananya Adit akan mengantar Nanda pulang, sedangkan mama Adit dan tante Shinta masih ada keperluan lagi.

"Hmm... Dit, boleh nggak sebelum pulang kita ke toko buku dulu?", tanya Nanda ragu.

"Ada buku yang kamu mau beli ya?", tanya Adit.

"Iya ada buku yang harus aku beli dan ini penting.", jawab Nanda.

"Oke."

Adit pun langsung membawa mobil menuju toko buku, tidak butuh waktu lama mereka telah sampai. Adit pun langsung memarkirkan mobil dan mereka memasuki area toko buku tersebut. Adit memperhatikan Nanda yang sedang asyik mencari buku mulai dari buku ekonomi, statistik, manajemen, sampai buku bacaan biasa.

Adit POV

Aku memperhatikan dia yang sedang asyik menjelajahi setiap rak buku. Aku melihatnya bermain dengan buku-buku tersebut seperti anak-anak yang dibelikan mainan kesukaannya. Aku pun berjaalan mendekatinya karena kelihatan dia sudah kesusahan membawa buku yang dibawanya dan dia kesulitan mengambil buku yang terdapat di rak paling atas.

"Semua buku ini mau kamu baca semua?", tanyaku sambil mengambil buku di rak paling atas.

"Iyala, semua buku ini penting aku pelajarin buat ujian sesuai saran dari pembimbingku."

"Termasuk ini?", tanyaku sambil mengangkat salah satu buku.

"Iihhh... mana ada kali sidang yang menanyakan isi novel. Ini buat hiburan biar nggak stress banget.", jawabnya sedikit kesal tapi 1 kata yang dapat kukatakan saat itu 'gemesin'.

"Yuk kita pulang, aku udah dapet semua bukunya.", ucapnya.

"Ayo.", balasku lalu berjalan duluan. Aku sengaja tidak membantunya membawa buku-buku itu, karena aku ingin lihat ekspresinya saat ia kelas yang bagiku itu sangat ngegemesin.

Adit POV End

Nanda sedikit kesulitan membawa seluruh buku ditangganya tetapi ia juga enggak mau ngerepotin Adit. Tanpa Nanda sadari Adit terkekeh melihat ekspresinya. Adit pun berbalik menghampiri Nanda.

"Kalo butuh bantuan kamu tinggal ngomong, aku enggak masalah kok bantuin kamu selagi aku bisa.", ujar Adit sambil mengambil semua buku dari tangan Nanda.

"Makasih, maaf ya udah ngerepotin.", jawab Nanda pelan.

"Aku enggak merasa direpotin.", ucap Adit dan meletakkan seluruh buku tadi dimeja kasir.

Nanda pun langsung membayar semua buku tersebut dan Adit membawakan semua buku tadi sampai kedalam mobil dan segera pulang.

Sesampai didepan rumah tante Shinta, mereka pun turun dan masuk kedalam. Dirumah ternyata tidak ada siapa-siapa, jadi Adit memutuskan untuk langsung pulang.

***

Setelah mobil Adit keluar dari halaman rumah, Nanda segera naik menuju kamarnya dan meletakkan seluruh buku tadi diatas meja lalu membersihkan diri. Hampir 15 menit Nanda akhirnya menyelesaikan ritual bersih-bersihnya. Nanda mulai membuka buku-buku yang dibelinya tadi dengan senang karena ia berhasil mendapat seluruh buku yang diperlukannya saat sidang nanti. Nanda sudah membayangkan dirinya menyelesaikan sidang dengan baik dan dapat mengikuti wisuda selanjutnya tanpa ada hambatan. Namun, khayalan itu hilang saat ponsel nya berdering.

"Halo, Assalamualaaikum."

"..."

"Oke, aku langsung kesana. Mungkin aku akan samapai malam ini atahu besok."

"..."

Nanda pun langsung memutus sambungan telpon dan bersiap untuk pergi. Tapi, sebelum Nanda pergi ia memberi kabar kepada tantenya agar tidak cemas. Dilain tempat, Adit baru saja memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Usai membersihkan diri Adit berencana mengistirahatkan tubuhnya. Tetapi, itu tidak sesuai dengan rencana karena ponsel Adit berdering.

"Siang ndan."

"..."

"Siap saya langsung merapat."

Sambungan telpon pun terputus dan Adit langsung bangkit berganti pakaian dan bersiap menjalani tugasnya. 'Kuharap nanti Nanda bisa mengerti pekerjaanku yang mengharuskan dia ditinggal terus.', ucapnya dalam hati. Adit langsung menjalankan mobilnya kearah bandara dan untungnya ia dapat penerbangan tercepat menuju Bandung. Saat akan memasuki pesawat Adit melihat seseorang yang tidak asing dari perawakannya.

'Nggak mungkin dia ada disini.',batin Adit dan langsung duduk dikursinya.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang