"Lo...", kesal Berliana bangkit dibantu Dina.
"Maaf ya, rencana kalian mungkin sedikit sulit.", ujar Nanda bangun dari kursi.
"Nda, kok kamu...", heran Adit.
"Sekarang bukan waktunya cerita."
Adit langsung membawa Nanda kedalam pelukannya namun Nanda menghindari suaminya.
"Kenapa Nda?"
"Lebih baik kalian semua keluar dari sini. Bawa mereka juga.", ujar Nanda menunjuk Berliana dan Dina.
"Tapi..."
"Nggak ada tapi-tapian bang, cepat selamatkan nyawa kalian dan mereka."
"Nanda.", panggil Rendi.
"Kak, Ben, bawa mereka semua keluar dari sini."
"Kenap... Oh oke. Dit, ayo kita semua pergi dari sini.", kata Rendi mengerti maksud Nanda.
"Loh, Dina, kamu ngapain disini?", tanya Beni.
"Udah deh daripada lo ngomong terus, mending bantuin gue berdiri nih. Sakit tahu."
"Jangan ngomong lo sama di cewek yang nyulik Nanda?" tebak Beni.
"Kalo iya, kenapa?", tanya balik Dina.
"Buset..."
"Ben, sekarang bukan waktunya wawancara. Mending kamu bawa mereka keluar dari sini sekarang. Kak Reno, tolong bantu Ana keluar dari sini."
"Iya Nda."
Beni dan Reno pun membawa Berliana dan Dina keluar dari sana. Tinggal lah Nanda, Adit, dan Rendi.
"Kak, tolong bawa Adit pergi dari sini."
"Iya Nda. Dit, ayo kita keluar dari sini.", ajak Rendi.
"Nggak, aku nggak akan tinggalin kamu disini!"
"Dit, percaya sama Nda.", ujar Rendi.
"Diem Ren! Kalo kamu mau keluar silahkan, tapi aku akan tetap disini sama istriku.", kekeh Adit.
Nanda merasa keras kepala Adit tidak bisa dilawan, ia berjalan mendekati Adit namun tidak terlalu dekat.
"Bang, aku mohon kamu tinggalin aku sendiri disini.", pinta Nanda.
"Tapi kenapa?"
"Aku nggak mau kalian terluka, please. Kak, ayo cepetan bawa Adit pergi dari sini."
"Nggak, aku nggak akan tinggain kamu disini sendirian. Aku suami kamu, jadi aku harus sama kamu terus.", kekeh Adit.
"Bang dengerin aku, aku beruntung bertemu sama kamu di kehidupan ini. Lelaki yang bertanggung jawab dan selalu ada buat aku dan junior. Sekarang, kamu keluar dulu ya duluan, aku masih ada yang harus aku kerjain.", jelas Nanda.
"Kita bisa kerjain bersama."
"Nggak bisa bang, ini terlalu berbahaya."
"Kenapa kamu selalu mikirin hidup orang lain?"
"Karena aku tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayangi, bang. Aku nggak mau kamu terluka.
"Tapi..."
"Bang kamu percaya sama aku. Kak Rendi, bawa Adit keluar sekarang. Kita nggak punya banyak waktu lagi."
"Oke Nda. Kamu jaga diri ya."
Nanda pun mengangguk dan melihat Rendi dan Adit keluar. Sepeninggalan mereka keluar, Nanda membuka sedikit baju hingga perutnya dan berusaha melepaskan benda itu dengan cepat dan tepat.
'Junior, kita harus selamat demi papa dan keluarga kita diluar sana.', gumannya sambil mencoba melepaskan benda itu.
Sedangakan diluar sana, Rendi pun dengan susah payah membawa Adit keluar karena Adit memberontak.
"Lepas! Aku mau ke istri aku!", bentak Adit.
"Ada apa ini? Mana Nanda?", tanya om Adam.
"Nanda menyuruh kami untuk meninggalkannya sendirian pak.", jawab Rendi.
"Kenapa kalian meninggalkan dia sendirian disana?", tanya Bagas.
"Maaf, ini permintaan langsung dari Nanda. Katanya masih ada yang harus dia lakukan disana."
"Tenanglah, Nanda tahu apa yang harus dia perbuat. Adit tenanglah, percaya pada istrimu. Dia tahu apa yang dilakukannya.", ucap om Adam.
"Tapi om..."
"Suitt... kamu cukup berdoa semoga tidak terjadi apa-apa didalam sana."
Mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika ini permintaan Nanda. Adit pun menurut dan sedikit lebih tenang. Rendi melepaskan pegangannya pada Adit berjalan mendekati Dina dan Berliana.
"Din, ada apa dengan diri kamu? Kakak tahu kamu tidak sejahat ini? Apa Nanda pernah menyakiti kamu?", tanya Rendi.
"..."
"Din, jawab kakak."
"Aku iri dengan Nanda kak, kenapa semua orang menyukainya. Dosen, teman-teman kami dikelas, adik-adik yang kami ajar, semua menyukai Nanda. Aku tahu Nanda itu pintar dan baik, tapi kenapa semuanya menyukai dia! Kenapa kak?!", jawab Dina sambil terisak.
"Kita nggak bisa maksa seseorang untuk menyukai diri kita, Din. Begitu juga dengan Nanda, dia nggak pernah maksa orang menyukai dia. Orang menyukai dia karena sikapnya yang sopan dan baik kepada semua orang.", jelas Rendi perlahan.
"Bukankah kalian berteman baik? Dan yang kakak lihat Nanda juga menganggap dirimu seperti saudaranya sendiri. Kalian menghabiskan banyak waktu bersama yang bahkan tidak kamu habiskan bersama keluargamu sendiri. Kamu ingat, disaat kamu sakit siapa yang merawatmu dan juga disaat kamu kesulitan membayar uang kost siapa yang meminjamkanmu tanpa berpikir dua kali. Bahkan saat kamu kesulitan dalam mengerjakan tesis, dia membantu kamu dengan senang hati padahal saat itu ia sedang hamil muda. Dalam kehamilan, 3 bulan pertama itu adalah masa yang tersulit.", tambah Rendi.
Dina menangis sejadi-jadinya mendengar penuturan Rendi. Yang semua Rendi katakan tidaklah salah bahkan semuanya benar.
"Hiks... Hiks... Maafin aku kak, aku... aku terlalu iri dengan Nanda. Aku bahkan melupakan kebaikannya kepadaku selama ini.", isaknya.
Rendi tidak tega melihat Dina menangis seperti ini, namun Dina harus disadarkan. Rendi tahu kalau Dina anak yang baik, hanya saja karena kecemburuannya membuat ia nekat melakukan semua ini. Rendi mendekati Dina dan memeluknya seperti memeluk adiknya sendiri.
"Aku udah jahat sama Nanda kak. Aku bahkan menamparnya tadi."
"Sudah, Nanda pasti memaafkanmu. Kalian kan berteman baik, Nanda pasti mengerti."
"Tapi..."
"Dasar lemah.", potong Berliana.
"Kamu tidak akan mengerti arti pertemanan karena kamu tidak memiliki teman satu pun.", celetuk Reno.
"Mana ada yang mau temenan sama cewek berhati iblis kayak ini.", tambah Beni.
"Beni.", tegur Rendi membuat Beni diam.
"Perempuan perebut cowok orang kayak dia nggak akan selamat."
Mendengar Berliana berkata seperti itu membuat Adit mendekati Berliana.
"Apa maksud kamu?", tanya Adit.
"Ayolah sayang, itu akan lebih baik. Kalau dia tidak ada, kita bisa sama-sama lagi kayak dulu.", jawab Berliana.
"Aku tidak akan pernah mau sama perempuan jahat kayak kamu. Maksud kamu apa Ana, mengatakan kalau Nanda tidak akan selamat?"
"Hahaha... Perempuan itu dan anaknya tidak akan selamat dari bom yang sudah kami pasang diperutnya.", jawabnya sambil tertawa.
Mendengar perkataan Beriana membuat mereka terkejut. Adit pun segera berlari mendekati gedung itu, namun baru beberapa langkah ia berlari gedung tua itu meledak.
"Nandaaa....", teriak Adit yang berusaha melepaskan diridari Rendi dan Reno."Lo...", kesal Berliana bangkit dibantu Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO CHOICE
ChickLitAditya Putra Dirgantara, seorang TNI AD berpangkat Kapten yang dikenal dengan julukan 'manusia es'. Di usia 27 tahun Adit memiliki karir yang bagus, namun tidak dengan jodoh. Nanda Putri Pertiwi, seorang gadis manis dan aktif berusia 23 tahun yang...