29. Miracle

757 32 0
                                    

"Gimana keadaan Nanda?", tanya om Damar yang baru saja sampai.

"Masih sama seperti sebelumnya belum ada kemajuan, dokter mengatakan keadaannya semakin menurun.", ucap papa Adit.

"Kenapa tidak ada yang memberitahu saya jika Nanda mendapat musibah?!"

"Bukannya Shinta sudah diberitahu saat kami mengetahui keadaan Nanda? Sudahlah kita bicarakan ini nanti, sekarang kamu masuk dan temui Nanda.", ujar papa Adit.

"Ya, saya masuk dulu."

Om Damar masuk menggunakan pakaian steril lalu mendekati keponakannya tersebut.

"Assalamualaikum Nda, maaf om baru bisa kesini. Kamu apa kabar? Kamu udah kelamaan tidur, sayang. Apa kamu nggak kangen sama om?", ucap om Damar memegang tangan Nanda.

"Om jadi ingat saat kamu kecil, kamu sangat suka bermain masak-masakan, keliling komplek pakai skuter mbakmu, suka memanjat pohon depan gedung tua dan membaca majalah punya mbakmu. Kamu juga waktu kecil sering menangis, bisa dibilang cengeng.", kekeh om Damar.

"Walaupun kamu cengeng saat itu om sangat sayang sama kamu sama seperti sayangnya om ke mbak-mbakmu. Kamu tahu om sangat bangga dengan kamu baik dari sikap kamu maupun prestasi kamu. Bangun ya Nda, om, Adit, dan semuanya nungguin kamu disini. Jangan terlalu lama tertidur, bukannya kamu paling susah ya disuruh tidur dari kecil. Bahkan dulu kalo malam, listrik harus dimatikan dulu baru kamu mau pergi tidur."

"Maafin om ya selama ini om kurang perhatiin kamu apalagi sejak ibumu meninggal harusnya om lebih merhatiin kamu. Om jadi merasa gagal menjadi pengganti orangtua kamu, jadinya kamu merasa hidup sendirian. Om tahu, kamu pasti tertekan dengan sikap keluarga kita yang tidak suka dengan kamu. Kita bisa perbaikin semuanya, om akan lebih perhatian dengan kamu bahkan om nggak akan pernah maksa kamu untuk melakukan hal apapun.", papar om Damar.

"Om pergi dulu ya, kamu cepat bangun sayang. Kami semua menunggu kamu, kami sayang sama Nda.", ucap om Damar mengecup dahi keponakan yang sudah lama kehilangan kasih sayang dan cinta keluarga lalu pergi keluar.

"Kamu yang tenang Mar, aku yakin Nda pasti akan sadar apalagi kamu sudah datang kesini. Aku tahu dia pasti bisa mendengar suara kita, hanya saja dia masih ingin beristirahat sebentar.", hibur papa Adit.

"Tapi kapan dia akan bangun? Aku menyesal sudah menyia-nyiakan Nda apalagi dia tanggungjawabku sejak orangtuanya meninggal."

"Mar, aku yakin Nda pasti akan memaafkanmu. Dia perempuan berhati malaikat yang pernah kami temui dan kami beruntung Nda menjadi bagian keluarga kami.", ujar mama Adit.

"Ohiya kenapa kalian tidak memberitahuku tentang hal ini?", tanya om Damar.

"Maaf sebelumnya Mar, Adit sudah memberitahu saat Nda masuk rumah sakit kepada kami dan Shinta. Kami yang harusnya bertanya, kenapa kalian sebagai keluarganya Nda malah tidak ada satupun yang menjenguk kesini? Apa kalian sudah tidak perduli dengannya?", tanya mama Adit menahan emosi.

'Apa? Shinta sudah tahu, tapi kenapa dia tidak memberitahuku?', batin om Damar.

"Kenapa kamu diam? Apa Shinta tidak memberitahumu?"

"Sudah ma, kamu jangan terpancing emosi. Mas sebaiknya kamu bertanya langsung dengan Shinta, biar kami yang menjaga Nda disini. Kamu tenang aja, jika terjadi sesuatu kami akan langsung menelponmu.", ucap papa Adit.

"Terima kasih kalian sudah menyayangi Nanda seperti anak kalian sendiri, ngomong-ngomong Adit mana?", tanya om Damar.

"Adit semalam pulang untuk istirahat dulu tapi dia bilang sudah dijalan. Nah itu dia..", jawab mama Adit sambil menoleh kearah Adit yang baru saja sampai.

TWO CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang