•
"Kau bercanda?!" pekik Jane, memakaikan french hood-nya dengan cepat dan berjalan tergesa-gesa kembali ke ruang makan, tempat semua orang menunggu dia untuk mengucapkan betapa beruntung dan romantisnya perlakuan Benedict pada sang gadis.
Dia membuka pintu ruang makan dengan paksa, menimbulkan suara dentuman keras akibat pintu kayu yang bertubrukan dengan dinding.
Semua orang langsung menatapnya. Beberapa diantaranya tersenyum karena tersipu akan sesuatu yang Jane tidak peduli, beberapanya merasa terganggu ataupun kaget karena perlakuannya. Bahkan, beberapanya memekik kegirangan karena akhirnya tokoh utama yang diperbincangkan datang juga.
Jane berjalan dengan mendongakkan kepalanya keatas, tepat kearah mata legam ayahnya, Sang Raja Inggris yang tidak suka ditatap remeh seperti itu.
Tidak ada hal tabu yang dilakukan oleh Jane, untuk apa dia takut-takut menatap ke tanah dan bersikap seakan dialah pemilik kesalahan terbesar disini?
"Berani sekali kau menatapku dengan tatapan kasarmu itu?" Jane tahu ayahnya geram. Wah, itu sudah pasti.
Tapi, dia hanya menyeringai. "Jangan bercanda. Menikah dengannya?" tanyanya sambil menunjuk Benedict yang memegang cincin pertunangan dengan kesal sekali. "Hidupku akan semakin hambar."
Usai sang gadis berujar dengan nada santainya, semua orang di ruang makan menatapnya dengan kaget, banyak juga yang menyeruakannya keras-keras dan sesisi ruangan langsung ramai kembali.
Kemudian, Jane pergi meninggalkan ruang makan itu dan sesegera mungkin mengunci dirinya di kamar tidurnya, tidak membiarkan salah seorang pun untuk datang mengganggunya, biarpun Mary.
Ia melepas french hood-nya lagi, membaringkan dirinya di kasur empuk seraya memejamkan mata berupaya untuk membiarkan kantuk menguasai.
Ah, perjodohan-perjodohan ini.
Memangnya orang-orang itu pernah memikirkan bagaimana rasanya berada di posisi Jane? Pernahkah mereka barangkali satu kali saja bertanya apakah Jane menjatuhkan perasaan berharga dan istimewanya kepada salah seorang pemuda?
Tidak pernah, dan itu menjadikan alasan kenapa Jane malas untuk membiarkan mereka untuk mengerti. Tidak ada gunanya, ketika hidupmu sudah tertuliskan bahkan sebelum kau keluar dari rahim ibumu.
Waktu mata Jane terbuka lagi dan kepalanya seperti ditusuk oleh banyak hal, dia langsung melepaskan pakaiannya untuk berganti gaun tidur berwarna putih yang pernah dihadiahkan oleh Jeffrey padanya. "Korset itu menyebalkan. Sekali-sekali, bebaslah." Begitu katanya dan Jane semakin menyukai sang pemuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PORTRAIT
Fanfiction[ft. jung jaehyun] "I can even burn the entire land when it comes to you." • Jane, putri sulung Raja Henry VIII memutuskan untuk kabur dari istana dan berakhir di rumah Jeffrey Green, pelukis istana yang juga merupakan penulis. Jeffrey menjadika...