Hal pertama yang Jane dengar saat dia terbangun di pagi itu adalah ketukan di pintu, dan seperti malam-malam yang lalu, Jeffrey tidak ada disampingnya.
Dengan langkah yang cepat, dia menyempatkan diri untuk mengambil kain panjang tipis di atas nakas, lalu dengan wajah yang masih membengkak sejak tidur yang rasanya lama sekali itu, dia membuka pintu—untuk yang menemukan Ana menunduk sekilas di hadapannya.
"Ada apa ini, Ana?" tanyanya, jelas tidak paham dengan apa gelagat yang sedang dia hadapi sekarang.
"Tuan menyiapkan sebuah meja perjamuan di taman belakang, Nyonya." Katanya, memberi kabar dan Jane masih mengernyit untuk mengingat apa yang mereka rencanakan kalau benar dia melupakan apa yang sedang terjadi usai bangun di hari dingin ini.
Kaki Jane masih menapak ke ubin rumah yang menjalar ke seluruh tubuhnya—pekat hawa yang ia rasakan—dan dengan sigap kearah taman belakang, menyaksikan seluruh pria yang ia ketahui adalah teman Jeffrey, duduk tenang di sana, dengan tingkah mereka yang semakin aneh semenjak bertandang ke pusat kota hari itu.
"Ada apa ini?" Jane bertanya sambil menyandarkan badannya ke pintu menuju ke dalam rumah yang sudah ia lewati beberapa saat lalu. "Kalian benar bertingkah aneh belakangan hari."
"Perjamuan makan!" seruan Edward adalah satu-satunya yang tampaknya bisa menjawab rentetan pertanyaan Jane.
Dengan hawa tak nyaman yang di saat bersamaan seolah meminta Jane untuk tinggal, dia menemukan kantuknya hilang seutuhnya saat dia mulai menjejak lebih banyak lagi setapak di taman belakang kediaman More itu. Rumput yang menggelitik, angin yang mengusai surai kecoklatannya—tak beralas apapun saat kain tipis sisa tirai kamar yang ia bawa sebelumnya jatuh entah di sisi tapak yang mana.
Ketika dia duduk, dia bahkan masih bisa mengingat apa yang terjadi malam lalu saat Jeffrey datang, menanyakan tentang pendapatnya perihal konstelasi bintang yang ia jawab dengan jujur hati. Pria itu jelas berhutang cerita kepadanya tentang apa yang mereka temukan di kota belakang hari.
Yang kenyataan sedang tawarkan kepada Jane saat ini adalah kondisi dimana dia melihat Jeffrey di seberang sana, dan dirinya yang berada di seberang lainnya—serta semua pria yang juga menjadi jarak terbang diantara mereka berdua. Itu, mengingatkannya kepada perjamuan pesta di istana biasanya.
Kain berwarna putih yang membentang di penjuru meja-meja yang berhimpit untuk menjadi tempat jamuan ini mengelus perlahan kaki Jane dengan amat lembut dan ia yakin sekali merasa bahwa udara hari itu bahkan ingin menyuarakan suara mereka dalam hening panjang santapan janggal yang entah mengapa ia ikuti.
"Ngomong-ngomong, kenapa kita di belakang mari? Ada apa sebenarnya yang kalian temukan di kota?" tanyanya, tapi tidak ada yang menjawab selain tatapan meneluk milik Jeffrey yang selalu berhasil menghantam hingga ke bagian dirinya yang terpencil.
"Kami harus pergi esok hari." Sahut prianya sembari meneguk minumannya yang ada di dalam gelas bergaya tropi tua yang tampaknya adalah gelas keturunan—sebuah peninggalan keluarga yang adalah wajib di setiap keluarga tua. "Beberapa dari mereka bahkan sepertinya akan sangat sulit kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
PORTRAIT
Fanfiction[ft. jung jaehyun] "I can even burn the entire land when it comes to you." • Jane, putri sulung Raja Henry VIII memutuskan untuk kabur dari istana dan berakhir di rumah Jeffrey Green, pelukis istana yang juga merupakan penulis. Jeffrey menjadika...