[xxxiv] history keeps secret

124 16 6
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Dalam perjalanan yang panjang dan sunyi, Jane membiarkan dirinya dibawa ke London oleh Mr. Radcliffe. Dengan perbawaan yang tidak banyak seolah dunia akan berakhir sebentar lagi, Jane menimang Mary dan Kate yang tidak bisa berhenti menangis sejak mendengar kabar bahwa Jeffrey—sungguh—pergi untuk selamanya.

Mereka bilang Jeffrey More adalah seorang piawai, paling pandai menghindari dan menipu kematian. Jane rasa, pada akhirnya semua orang akan berteman dengan kematian dengan caranya sendiri.

Hanya saja, berjumpa dengan secicip surga dan sebagian besar neraka di Menara London, tanpanya disana, bukanlah yang disenangi oleh Jane.

Jeffrey berbisik panjang padanya tentang bagaimana mereka akan menghadapi akhir dunia bersama, akan tinggal dan menyelinap keluar dari ruangan ketika kematian menyergap dengan terlampau hebat. Jeffrey pandai membuat Jane melihatnya sebagai tata suryanya.

Ketika dunia senyap seutuhnya, Jane bersenandung.

Setidaknya itulah yang diingatnya, sebelum dunia berputar dengan cepat dan kereta berhenti di London, di depan kerajaan. Semua orang pasti tahu siapa yang ada di dalam kereta kuda, putri sulung Raja.

Mereka membiarkan Jane masuk dengan cepat, lalu mengobrolkan tentangnya di belakang sana, berbagi rumor mereka yang terdengar cukup benar untuk disebarkan lebih lanjut.

"Mrs. More," panggil Mr. Radcliffe dari luar. "kita sudah tiba."

Ketika terdengar gerusuk di luar seakan Mr. Radcliffe mau membukakan pintu untuknya, Jane memotong, "Mr. Radcliffe, aku bisa membukanya."

Hening sebentar, lalu dengan segera, Jane membawa Kate dalam gendongan dan Mary berjalan di sampingnya.

Seperti punya seluruh dunia untuk menatap pada mereka, ketiganya turun dari kereta dengan pakaian serba hitam. Belum lagi Jane dan veil pendeknya yang berwarna sama gelapnya dengan sisanya. Tatapannya ke depan, lurus dan gelap. Badannya yang ringkih usai menangis sepanjang malam tetap berjalan seperti panglima terbesar di angkatan bersenjata.

Waktu berjalan lebih lambat ketika tatapan ayahnya, sang Raja, menelisik dari dalam sana, menyuruhnya untuk menghampiri. Jadi, Jane hampiri.

"Putriku yang tercinta yang sudah kabur sejak entah kapan." Katanya, membukakan tangannya seolah Jane mau masuk ke pelukannya. "Ku dengar kau sudah menikah. Itu anak-anak harammu yang sudah terlanjur besar? Atau kau jadi gadis baik yang mengadopsi putri yang ditinggal orang lain?"

Jane bergeming, menatapnya jengah.

Senyuman kepura-puraan ayahnya menghilang. "Kau pasti kemari untuk suamimu."

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang