[ii] our secret garden

1.8K 393 65
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda bernama Benedict itu menatap nanar pada Jane, tapi selang beberapa waktu kemudian langsung tertawa. "Kau itu perempuan." Katanya dengan nada mencemooh.

Jane memiringkan kepalanya. "Memangnya apa masalah dengan perempuan? Kita semua itu sejajar."

"Tidak. Laki-laki itu berada diatas kalian, hidup kami lebih berarti." Benedict menunjuk langsung wajah Jane. "Kukira anak Raja Inggris setidaknya tahu tentang ini karena rumornya dia pintar sekali. Ternyata kau itu bodoh, ya?"

Jane tersenyum, tampak menyeramkan. "Aku pasti jadi yang pertama. Tenang saja."

Benedict melihat Jane dengan mata melotot dan wajah merah padam karena kesal. "Kau itu wanita rendahan." Katanya dan pergi meninggalkan Jane di taman belakang yang menatapnya ditempat, berdecih.

"Dasar orang aneh." Gumamnya, kesal pula dengan anak Raja Perancis yang katanya terkenal itu. "Padahal putra Raja yang lainnya masih punya sopan santun. Orang itu kenapa, sih?"

Kemudian, Jane mendengar ada seseorang yang tertawa terbahak-bahak. "Sudah yang keberapa kalinya, Nona?"

Jane berbalik dan menatap pemuda empunya mata coklat gelap dan rambut tebal yang beterbangan kesana kemari karena angin pagi. "Ratusan!"

Pemuda dihadapannya itu tertawa lagi. "Kenapa?" tanyanya. "Tidak ada yang menarik?"

"Kalau sudah ada yang menarik, sudah dari lama aku menerima lamaran-lamaran itu." Jawab Jane, tersenyum paksa.

Kemudian, dia mengambil kursi dekat situ dan duduk, menatap pemuda yang sedari tadi bersembunyi dibalik pohon agar tidak dilihat oleh Benedict. Pelukis yang sesekali mendatangi istana, mendapat bayaran fantastis untuk lukisannya yang terkenal indah.

Jeffrey Green namanya dan sudah sejak lama Jane menyukainya diam-diam.

Tapi, Jane tak pernah tau apa yang ada didalam kepala Jeffrey Green itu. Orang itu susah sekali ditebak, barangkali tidak ada yang bisa.

"Mau ku lukis?" tanyanya pada Jane dan langsung dijawab anggukan oleh sang gadis.

Jane menatap ke sekitar. Taman besar yang dihadiahkan oleh ayahnya itu padanya, jauh hari sebelum sang ayah semakin terobsesi mendapatkan anak laki-laki untuk menjadi pewaris tahta kerajaan semisal suatu hari nanti beliau tiada.

Jane tau, semua upaya itu hanya agar keluarga Tudor masih bertahan untuk memimpin Inggris setelah perjuangan panjang memenangkan Perang Mawar dengan keluarga York.

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang