[vi] than england can

1.1K 303 40
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat ketika Jane dan Jeffrey berjalan keluar dari rumah Nyonya Radcliffe yang masih ramai, Jane langsung terjatuh ke tanah.

Jeffrey melongo selama beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk menggendong sang gadis dengan gerakan lembut sambil tertawa ringan.

"Dia mabuk," katanya pada udara malam yang menusuk, sebab tak ada satupun orang yang mendengar ataupun akan menjawab perkataannya barusan.

Tak lama setelah sampai di rumahnya yang sudah sepi sekali karena jam menunjukan pukul sepuluh malam, dia menggendong Jane sampai ke atas kasur kamar sang gadis, kemudian menyalakan pelita agar tetap menyala.

Ketika Jane terbangun keesokan harinya, tubuhnya terasa seperti ditusuk di setiap bagiannya, menyadari bahwa dia sudah diatas kasur kamarnya dalam keadaan kepala yang masih pusing. Mabuk, pikirnya. Sungguh payah, padahal Jeffrey sudah bilang kepadanya agar tidak mabuk.

Dengan perasaan ragu-ragu dan malu, dia turun perlahan ke lantai bawah untuk mencari Ana. Berharap sang wanita paruh baya itu bisa memberikan saran padanya untuk menghilangkan sakit kepala setelah mabuk semalam.

Tentunya secara diam-diam agar tidak ketahuan Jeffrey.

Jane mengendap-endap, langkahnya pelan sekali sewaktu menuruni tangga yang kadang kala berderit karena tampak agak tua.

"Malu dengan saya, Nona?"

Ah, sudahlah. Dia ketahuan.

Ketika Jane berbalik dan menemukan Jeffrey yang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, juga bersandar di dinding dekat lorong untuk ke kamar sang pemuda, ia rasa wajahnya sudah panas sekali karena malu. Namun, Jeffrey tersenyum, merasa lucu sekali.

"Kenapa, Jane? Malu?" tanyanya lagi.

Jane mengangguk patah-patah, pipinya pasti memerah lagi.

"Kenapa harus malu?" Jeffrey bertanya lagi.

"Karena kau sudah bilang agar jangan mabuk."

"Tapi, tidak ada yang bisa memprediksi apakah kau akan mabuk hanya karena mencicip bir sedikit."

"Kau marah?"

Jeffrey sontak tertawa. "Untuk apa?"

Syukurlah.

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang