[xxx] another life of stars constellations

400 86 9
                                    

warning, 13+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning, 13+

Sekitar beberapa jam sebelum prime, Jane yakin ia mendengar bunyi yang cukup keras dari arah ruang penerima tamu. Seolah pintu utama itu dibuka cukup tergesa-gesa oleh siapapun yang masuk di waktu sebelum pagi ini.

Pikiran bahwa mungkin saja itu pencuri atau semacamnya, buyar saat dia menemukan sisi ranjang yang ia tempati saat ini kosong--meskipun seingat dirinya, Jeffrey masih tertidur disampingnya dengan lelap tadi.

Dengan salah satu penerangan yang ia punya di kamar ini, Jane membawa dirinya menuju ruang utama dan berhadapan dengan kerumunan pria yang ia yakini pula sebagai Jeffrey beserta kawan-kawan seperjuangannya.

"Ya Tuhan, pria-pria ini." Dia berdecak sembari mengalungkan kedua lengannya di dada, menatap satu per satu pria yang ada dihadapannya ini yang balik menatap Jane dengan separuh kekehan dan wajah memelas. "Darimana saja kalian waktu begini."

Separuh dari mereka bahkan masih tampak kusam, bukanlah tampang yang akan ia temukan saat berhadap dengan orang-orang yang akan segera pergi tidur dan sebagainya. Mereka malah tampak lusuh, dan Jane yakin-yakin saja melihat Mark seperti terluntang-lantung.

Jeffrey orang pertama yang menghampirinya. Ia mencium kening Jane dan disusul oleh teman-temannya yang tentunya masih menerapkan ciuman ringan di pipi sang wanita pemilik rumah.

Usai mereka semua hilang dari balik pandangan, Jane menemukan Jeffrey, mengambil gelasnya yang berisi es berkelontang bersamaan dengan wiski gandum pasaran. Ia berjalan dari dapur menuju ke pintu belakang dan terduduk di kursi yang ada dibalik jendela dari dalam dapur, diikuti oleh Jane yang kantuknya hilang sudah.

Ia menatap prianya dengan lembut, duduk disampingnya dan mereka menerawang jauh ke cakrawala, bersama konstelasi para bintang yang tentunya jelas dari tempat keduanya.

"Aku tidak tahu cendekiawan beranggapan apa makna para bintang." Jane memulai percakapan. "Tetapi, rasanya, salah satu dari butiran bintang itu adalah kehidupan."

"Kau memercayai kehidupan lain, ya?" Jeffrey terpesona, meskipun Jane mungkin saja tidak menyadarinya sama sekali.

"Aku tahu itu terdengar kolot dan aneh." Si wanita berkata dan Jeffrey tentunya tidak mengiyakan.

"Tidak." Dia menolak. "Tentu saja tidak."

Jane setengah tertawa. "Setidaknya, dengan berpikir demikian, kita tahu harapan selalu hidup."

Si cantik yang kerap memukau Jeffrey dalam keadaan apapun itu--entah berdarah-darah hingga yang datang dari arah puncak kedatangan pesta dansa istana--duduk disampingnya, tetap disana. Padahal sudah berapa ribu kali Jeffrey menampilkan kegilaan-kegilaannya, hidupnya, kedoknya, dan Jane tetap disana.

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang