[xix] souvenir

724 162 103
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manik legam Jeffrey mungkin seumpama matahari, dan Jane hanya bisa hidup dengan menari dibawah penerangannya.

Mereka berhadapan, mata ke mata. Tapi, Jeffrey pun enggan menghentikan pergerakannya dari mengelus tulang-tulang halus di permukaan wajah sempurna wanitanya.

Kegelapan menyelimuti ruangan basah seolah mereka hanya diizinkan untuk sekedar menggunakan intuisi, setelah ini kemana peluk berlabuh.

"Kalau dunia retak jadi dua dan kita terpisah bermil-mil jauhnya, aku akan berlari ke arahmu." Suara Jeffrey terdengar serak, memenuhi sepenjuru kelam. Ia menarik Jane kembali, seakan-akan wanita itu sempat menghilang ke antah berantah.

"Andai kata kau tak bisa bergerak, kau akan bagaimana, Jeffrey?"

Ia melirih, enggan membayang. "Andai kata kakiku tak mau bergerak, aku akan menyeretnya." Jawabnya. "Menyeretnya ke tempat dimanapun kau berada."

"Kau bisa saja mati di tempat."

"Aku tak peduli." Jeffrey sama sekali tidak peduli. "Aku akan berlari ke arahmu seakan itu adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan."

Kesunyian merayap bak penyakit. Menggarap-garap tenggorokan Jane sampai-sampai ia tak bisa ucap sepatah.

".. dan kau? Kau mau menungguku?"

"Sebanyak bintang di langit, kalau itu mungkin."

Sunyi senyap memenuhi sepenjuru ruangan tempat petugas medis membaringkan Jane sejak beberapa jam yang lalu. Namun, patah pula sang sunyi waktu Jane terbangun lalu terduduk kaget sambil bernafas susah-susah.

Jeffrey kaget. "Kau baik-baik saja?"

Butuh beberapa menit sampai Jane bisa menjawab pertanyaannya. "Ya. Hanya kaget."

"Mimpi buruk?"

Pipi Jane memerah. "Tidak. Sebenarnya.." ia berkata patah-patah. "aku hanya bermimpi hal-hal biasa. Kau tahu.."

"Tidak, aku tidak tahu."

Oh, ayolah!

"Ya, bukan hal penting." Padahal dia baru saja memimpikan malam itu.

"Kita dimana?" tanyanya lagi ketika menyadari bahwa dia mungkin saja sudah tidak sadar cukup lama. Ruangan yang menampungnya itu tidak ia ketahui sama sekali.

Jeffrey memandang sekitaran dan kembali menautkan maniknya pada Jane. "Petugas medis." Jawabnya. "Kau tak sadarkan diri."

"Lama?"

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang