[xxxii] raven's requiem

673 77 10
                                    

((warning : alat tajam, memberikan detail dari darah dan kematian))•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

((warning : alat tajam, memberikan detail dari darah dan kematian))

Jeffrey tidak pernah mengerti bagaimana Tuhan bisa menciptakan perempuan seperti Jane Tudor—orang gila yang mau bertahan dengan semacam gila lebih daripadanya sendiri. Jeffrey ingin sekali melukiskan parasnya lebih lama lagi, merasakan nyata yang ada darinya, atau mendengar suara bak bebungaan yang ada di halaman luas.

Dia menulis semua yang dia bisa dan dia tidak punya cukup banyak kehebatan untuk menceritakan apa yang akan terjadi padanya.

Sebut Jeffrey idiot, atau bahkan bodoh untuk tidak mengucapkan apa yang tergenang di dalam kepalanya. Tetapi, saat kata-kata itu akan keluar, Jeffrey bertaruh, ia tidak akan bisa melakukan apapun selain mengajak Jane kabur jauh sekali dari negeri yang menolak dirinya—menantu sang Raja yang kembali menikah dengan sepupu kelima-nya.

"Jeffrey." Daniel adalah orang pertama yang mengeluarkan suara kepadanya pada suntuk menusuk Castle Combe tengah malam ini. "Tidak pernah mengira akan berurusan dengan orang gila sepertimu selama ini." Lagaknya memegang wadah minumnya dengan santai, padahal Jeffrey yakin-yakin melihat sarat gemetar disana.

"Aku segila itu?" alih-alih langsung mengiyakan topik yang dibawa oleh Daniel, ia memilih untuk bertanya saja.

Daniel sontak tertawa, dan mungkin saja untuk pertama kali, Jeffrey melihat tawa tenang itu bersemburat dari kawannya yang ia janji sehidup semati sejak mereka mengenal di pekarangan rumah orang tua mereka. "Kita semua tahu kau memerlakukan orang lain seperti pion yang bisa kau buang begitu saja jika kau butuh, atau kau mau."

Terdiam, tatapan mereka ditautkan kepada bayang-bayang bersisa dihadapan.

"Tetapi kau tinggal, Dan." Bisiknya, mencoba mengalahkan apa yang tersisa dari rusuh di dalam benak sendiri.

Dan tersenyum amat tipis. "Aku tinggal, ya, benar." Sahutnya. "Aku tinggal seperti yang dilakukan semua orang."

"Aku akan merindukan ini." Sesapan raup di gelas, Jeffrey melihat kepada Dan, entah sejak kapan tepatnya ia mulai percaya bahwa teman pekarangannya ini menjadi sahabatnya sendiri. "Berbincang denganmu, menenggelamkan kita berdua dalam ombak percakapan."

"Kita akan melanjutkan perbincangan ini, Jeffrey. Tenang saja." Ujarnya, mencoba menenangkan.

"Dimana?" ia bertanya.

"Kematian."

Dan berlalu dan Jeffrey mulai mengabaikan apa yang sekiranya lelaki itu akan lakukan sekarang. Tulisan yang ia goret sejak tadi hanya untuk memberikan seluruh penjelasan kepada Jane atas ketidak adilan negeri yang mereka suarakan bersama, masihlah utuh dalam pandangnya.

Genggaman Jeffrey pada penanya mengerat dan dia melihat ke arah pintu kamarnya yang tidak sepenuhnya tertutup dari tempatnya biasa menghabiskan banyak waktu sebagai pekerja lepas setelah memutuskan untuk melepaskan diri dari ikatan monarki beberapa waktu sebelum dia menciptakan berita burung bersama rekan-rekannya ini.

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang