[xii] sweet as hell

1K 222 46
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harus Jane akui, ia sudah agak terbiasa dengan sikap serba tiba-tiba Jeffrey--yang agaknya semakin sering terjadi ketika mereka menginap beberapa malam ini di kediaman Nyonya Watson sekeluarga.

Jeffrey kerap kali bertingkah lebih manis daripada biasanya saat Jane akan berangkat tidur atau mungkin juga dia yang akan tidur duluan.

Avonmouth--untuk dirinya yang bisa dikatakan hampir tidak pernah menyusuri jalanan pedesaan maupun yang diluar London--diisi oleh orang-orang yang baik.

"Tuan Green, bisakah kau mengajariku bagaimana cara mengeja?" samar-samar Jane bisa mendengar beberapa anak beserta derap kaki mereka yang lumayan banyak terdengar sampai dapur.

"Victoria, suruh teman-temanmu menunggu sebentar di sini, ya?" kemudian Jane juga bisa mendengar Jeffrey menyahuti suara salah seorang anak perempuan yang memintanya mengajari mereka mengeja.

"Kau mau kemana, Tuan Green?"

"Sebentar saja." Kata Jeffrey menenangkan, disusul dengan derap langkah kaki menuju ke lantai atas.

"Nona Jane." Yang dipanggil menoleh, memandang ke arah Matthew. Pemuda itu menatapnya dengan tatapan tidak enak. Seperti... Ada sesuatu yang sedang terjadi.

Jane mengikuti langkah Matthew ke lantai atas juga, lalu menemukan Jeffrey yang tampaknya sedang menyiapkan beberapa panah pada arbalest di bawah jendela.

"Jeffrey, ada apa ini? Kukira kau akan mengajari anak-anak di lantai bawah untuk mengeja..?"

Matthew dengan tiba-tiba saja menariknya ke kiri, membuatnya agak kaget tapi sebelum dia sempat menanyakan apa motif pemuda itu, Matthew menunjuk ke tempat Jane berdiri sebelumnya.

Panah. Tepat menancap dalam di lantai kayu kediaman Watson ini.

"Jane, merangkaklah perlahan kemari." Bisik Jeffrey, tapi Jane bisa mendengarnya dengan jelas.

Sesuai perkataannya, sang gadis merangkak perlahan ke dekat Jeffrey, tepat berhadapan dengan pemuda yang sedang mengincar orang yang baru saja mengincar mereka dengan busur panah.

"Pengkhianat." Gumam Jeffrey, lalu satu panah langsung melesat jauh ke luar.

Matthew melihat keadaan di luar dengan perlahan-lahan, baru dia menutup jendela loteng itu.

"Sudah kuduga." Matthew ikut bergumam.

"Pengkhianat. Aku rasa dari rombongan Skotlandia." Jeffrey membaringkan dirinya di lantai, menatap langit-langit loteng dengan tatapan menerawang. "Ah, sialan."

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang