[xiv] wine and addict

861 207 53
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Jeffrey adalah ruangan paling luas yang pernah tertangkap oleh mata Jane selama dia tinggal di kediaman pemuda itu. Selain luas, kamar Jeffrey juga termasuk mewah, mirip dengan kamar Jane di istana.

Itu adalah kamar gelap nan kusam yang tampak setengah hati di tiduri. Tapi, tetap saja, ruangan itu bukan jenis kamar sembarang yang bisa ditemukan dengan mudah di zaman Tudor.

"Kau yang melukisnya?" Jane tidak mungkin bisa menahan pertanyaannya lebih lama lagi.

Ayolah! Siapa yang tahan untuk tidak bertanya, oleh tangan mana lukisan-lukisan keramik mewah serta laut, kapal dan ornamen bunga yang satu paket dengan mahkota itu dibuat?

Jeffrey terkekeh. Ia meletakkan satu lilin di atas nakas tempat kasur berada dan satu lagi di sudut ruangan paling kiri, dekat jendela tepat berhadapan langsung dengan jalanan Castle Combe.

"Siapa lagi?" tanyanya.

"Serius??"

"Tidak kok." Perkataan sang pemuda langsung membuat Jane cemberut.

"Jangan berbohong." Katanya. "Kau menyebalkan."

Sontak saja, Jeffrey tertawa.

Itu adalah jenis tawa yang menyerupai tawa pertama seorang bayi, semanis gula dan secerah mentari pagi waktu langit sedang buat perjanjian untuk tidak turunkan hujan barang sebentar. Jane, mungkin saja, tidak akan pernah menemukan tawa lainnya yang sama indahnya selain tawa barusan. Mungkin pula ia harus mati, atau mungkin pula dia harus jalani pelarian lainnya dari istana untuk menikmatinya barang sebentar sekali lagi.

"Tidak." Jeffrey mengedarkan pandangannya, rasa-rasanya manik coklat gelap itu bisa menembus tulang-tulang Jane sewaktu menatapnya sekilas. "Ini semua peninggalan almarhum ayahku."

"Maaf, aku turut berduka."

"Tidak apa-apa. Aku lebih bersyukur lagi kalau dia hidup tenang disana." Sang pemuda memilih berdiri didekat lemari--tempat dia mengambil baju tidur yang masih berada dilengannya saat ini.

Jane menyadari bahwa dia sudah duduk beberapa lama di kasur yang seharusnya menjadi tempat tidur Jeffrey secara mutlak. "Bukankah kau yang seharusnya tidur disini?" tanyanya, menepuk kasur beberapa kali dan berdiri.

"Kau saja."

"Lalu kau tidur dimana?"

"Entahlah. Berbagi denganmu?"

PORTRAITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang