Pikiran yang sedang berkabut kenyataanya membuat pekerjaan menjadi tidak begitu sempurna, lantaran tak bisa fokus dengan baik. Membuat kepala menolak untuk berpikir, dan juga terus terbayang akan masalahnya sendiri. Tak lain dengan Jisoo, ia berpikir mungkin hari ini tak harus pergi bekerja. Berdiam diri adalah keinginannya, namun ia rasa dengan merutuki nasib tidak akan menyelesaikan masalah. Jika ia tak pergi Suho pasti akan bertanya, tidak sanggup untuk membohonginya lagi.
Jisoo merasa dirinya adalah wanita terbodoh di dunia, membohongi tunangan sendiri, terlalu banyak kebohongan dalam dirinya. Jisoo berjanji akan menberitahu Suho tentang apapun dalam dirinya, tak terkecuali. Hanya saja ia membutuhkan waktu yang tepat.
Kemarin Taehyung mengantarnya pulang, hanya terjadi percakapan ringan tentang pekerjaannya yang akan memerankan Film terbaru, Taehyung berusaha menghibur Jisoo dengan susah payah, dan ia pun merasa sedikit lebih baik. Jika Jisoo bercerita tentang malam itu langsung pada sahabatnya apa reaksi mereka akan sama seperti ini? Mungkin tidak, Jisoo berlagak seperti jalang di hadapan Lelaki yang bahkan malam itu hanya tersulut oleh nafsu. Dan Jisoo? Ia berusaha untuk menolak namun tubuhnya seperti menginginkan hal lain.
Siapa yang tidak terbuai dengan sentuhan orang yang dicintai pada masa itu? Jika ada, Jisoo tidak masuk kedalam golongan itu. Eunwoo telah sepenuhnya menguasai.
Oh ya Tuhan! Jisoo bahkan masih ingat betul setiap Eunwoo mengerakkan tubuhnya. Dan munafiknya Jisoo menandai malam itu dengan kata 'Pemerkosaan' ya! Jisoo memang sialan. Namun tak sepenuhnya Jisoo bersalah, Lelaki itu melakukannya lagi dengan sangat kasar untuk yang ke dua kalinya malam itu. Jadi, itu juga termasuk dengan kekerasan dan pemaksaan tak luput dari pelecehan.
Oh Shit! Mengapa ia jadi memikirkan itu?
Jisoo akan mencoba untuk menyelesaikan segalanya, dengan ini mungkin ia akan lebih tenang. Jisoo membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi Eunwoo, kehilangan Ibu akibat Ayahnya, Jisoo mengerti apa yang pria itu rasakan, yang pasti menyakitkan.
Jisoo tahu semua akan baik-baik saja, ia sudah menagih Suho yang pernah mengatakan untuk mengantarnya pulang ke rumah Sandara, Ibunya. Karena besok adalah hari libur, ia memutuskan untuk pergi besok kerumah Ibunya.
Jisoo sedang berdiri di depan pintu lebar berwarna cokelat, menunggu seseorang. Mencoba untuk menetralkan rasa tegangnya, ia lampiaskan pada mantelnya yang telah ia remas perlahan. Belum sempat masuk ke ruangannya sendiri, walaupun ia melewatinya. Ia ingin semuanya telah selesai, agar bisa bekerja dengan baik dan tenang tanpa pikiran yang menggangu. Sudah menunjukan pukul 8 pagi, Lelaki yang ia tunggu tak kunjung datang.
Menghela napas pelan serta frustasi, Jisoo sudah merangkai kata berkali-kali untuk bicara dengan pria itu, rasa takut menjalar diseluruh tubuh. Takut alih-alih pria itu marah dan menghancurkan semuanya, mengancam dan menyakiti tak tanggung-tanggung. Pandangan Jisoo hanya pada sepatunya, Mengapa rasanya ia tidak sanggup untuk melihat pria itu?
"Jisoo?" Mendengar suaranya di panggil, Jisoo menengadah ke suara lembut itu. Ternyata Lisa yang menghampirinya dengan tangan yang membawa berkas-berkas, yang ia tumpu pada dadanya. Jisoo sedikit berpikir mengapa Lisa datang ke sini, jelas ruangan ini berada di ujung lorong. "Apa yang kau lakukan di depan ruangan Pak Boss?" Lisa berhenti di hadapan Jisoo.
"Aku sedang menunggunya datang." Tutur Jisoo. Lisa yang mendengarnya tertawa kecil. "Bukankah Pak Boss sudah bilang dia tidak akan datang ke kantor hari ini?" Jisoo tertegun mendengarnya, ia sama sekali tidak mengetahuinya. Mengapa Eunwoo tidak ke kantor? Apa ini salah Jisoo?
"Aku tidak tahu." Lirih Jisoo, seperti putus asa.
"Apa? Dia tidak menghubungimu?" Tanya Lisa yang di balas anggukan pelan dari Jisoo. "Yang benar saja.. Seharusnya dia memberitahumu." Perkataan Lisa membuat Jisoo merasa sedikit sedih, pasalnya ia adalah sekretaris disini, tugas yang mendampingi sang direktur. Namun ia tidak mengetahui jika direktur tidak datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste Of Time [Kim Jisoo]
ФанфикHidupnya bukan untuk kedamaian, meski tujuh tahun berlalu bukan hal mudah baginya untuk menghapus ingatan gelap dari pria diktator seperti iblis.