(8) Another Threat

2.5K 313 39
                                    

.

.

Terduduk diam di tepi ranjang. Masuknya sinar matahari pagi ke dalam kamar yang ia tempati. Semalam Jisoo terus teringat kejadian berbahaya itu. Setelah melihat pria itu kembali dalam jangka waktu yang sangat panjang, membuat Jisoo terus terpaku dalam pikirannya.

Mengapa pria itu datang kembali dalam kehidupan-nya? Jisoo berusaha keras untuk melupakan, bukankah usahanya menjadi kembali runtuh? Ia belum siap untuk menghadapi ini semua. Ia terlalu takut pada hal itu.

Cha Seung wo, Ayah dari pria yang sekarang menjadi Direktur perusahaan CH Group. Jisoo tidak tahu jika perusahaan itu termasuk milik ayah pria itu. Cha Seung wo memiliki cabang perusahaan dimana-mana, itu sebabnya Jisoo tidak mengetahuinya. Jisoo juga bukan orang yang ingin mencari tahu apapun tentang keluarga pria itu.

Hampir 7 tahun lamanya, Jisoo berusaha untuk menjalani hidup dengan baik. Ia kubur semua rasa sedih-nya, hanya untuk menutupi ke-brengsekan pria itu. Jika Jisoo melawan, apa ia akan menang? Tidak! Pria itu mengancam ibunya.

Saat Jisoo tersadar jika mengakhiri hidup bukanlah jalan yang terbaik, Jisoo tetap dilanda kecemasan. Cemas terhadap kehamilan, Jisoo stress. Jisoo sangat ketakutan jika ia hamil. Pikirannya hancur, ia berusaha sebisa mungkin untuk mencegahnya. Meminum Pil adalah jalan yang terbaik sebelum terlambat.

Jisoo menghilang selama beberapa hari dari Apartemen-nya kala itu. Ia mencari Hotel untuk bermalam, ponsel pun tak ia nyalakan. Jisoo berusaha menghindar dari semua orang. Ia terlalu malu untuk memperlihatkan diri. Kemudian, Jisoo kembali dengan sebuah alibi, serta senyum kepalsuan dihadapan sahabat dan Ibu-nya.

Mengingat masa-masa itu membuat Jisoo terus menangis. Ia menghadapi masa yang sulit. Jika ia mengetahui ujungnya akan menjadi seperti ini, ia tidak ingin bertemu dengan pria itu seumur hidup.

Ketukan pintu membuat Jisoo menoleh ke sumber suara. Ia hapus air mata bekas di pipi.

"Masuk saja, Oppa." Ujar Jisoo dengan suara serak yang bisa terdengar oleh pemilik rumah.

Suho membuka pintu, melihat Jisoo dengan mata sembab-nya. Ia sangat kebingungan, Jisoo tidak mengeluarkan suara setelah pulang dari perusahaan CH Group.

"Kau sakit?" Jisoo menggeleng pelan. Suho menghampiri Jisoo dan berlutut mengengam tangan wanita itu, mengusapnya pelan. Suho adalah pria yang sangat lembut.

"Ada apa? Kau bisa memberi tahuku, Soo-ya." Suara lembut Suho membuat Jisoo menatapnya. Pandangan teduh Suho membuat Jisoo ingin memberitahu semuanya, namun Jisoo tetap tidak berani untuk itu. Ia terlalu takut.

"Aku hanya merindukan Eomma." Jisoo berbohong, Suho menghela napas dan tangannya terangkat menyelipkan surai Jisoo kebelakang telinga.

"Benarkah?" Jisoo mengangguk pelan. "Kalau begitu minggu depan aku akan mengantarmu kesana."

"Oppa.. Bisakah kau keluar sebentar? Aku harus mandi." Pagi ini mereka harus pergi ke perusahaan CH Group.

"Baiklah." Suho berdiri meninggalkan Jisoo, tak lupa pula untuk menutup pintu kembali.

Ponsel Jisoo berdering, ia ambil ponsel itu dari atas nakas. Tertera dilayar jika Seulgi-lah yang menghubunginya. Ia taruh ponsel itu ditelinga, tanpa bersuara.

Waste Of Time [Kim Jisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang