(CUTTED)
.
.
———
Jisoo menyelami wajahnya ke dalam dekapan Cha Eunwoo yang tak juga melepaskan sejak beberapa menit yang lalu, setelah menuntaskan rindu dengan penuh cinta dan hasrat yang manis.
Pria itu menghela nafas pelan seraya memainkan rambut hitam Jisoo yang terurai.
Jisoo mendongak menatapnya, hingga diberikan sebuah senyuman dari Eunwoo.
"Jadi, bagaimana kau tahu aku sedang mengandung?" Jisoo bertanya, tanpa melepas pandang ke wajah tampan pria itu.
Eunwoo tersenyum.
"Melihat Test Pack bertanda positif di kamarmu cukup membuatku tahu." Jawabnya menatap langit-langit kamar.
Jisoo menggigit bibir langsung mengingat ia tak sempat merapikan itu sebelum pergi. Tetapi itu tak membuatnya menyesal, ia senang karena kecerobohannya.
"Itu berarti sudah lama?"
"Ya, begitulah."
Hanya mengerucutkan bibirnya, lalu menunduk. Jisoo sedikit kecewa lantaran Eunwoo baru menemuinya kemarin.
"Ada apa?" Tanya Eunwoo yang sadar akan tingkah Jisoo.
"Mengapa sebulan? Mengapa kau baru mencariku setelah sebulan lebih kau telah mengetahui kehamilanku?" Tanya Jisoo dengan raut wajah kecewa.
Eunwoo terkekeh melihat wajahnya yang begitu mengemaskan.
"Siapa bilang? Aku bahkan menemukanmu dua hari setelah kau pergi, aku datang ke rumahmu malam itu." Sanggah Eunwoo yang membuat Jisoo mengerjapkan matanya tak mengerti.
"M—maksudmu?"
Eunwoo berbalik memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Jisoo.
"Ya, sepertinya saat aku datang kau tengah tertidur. Ibumu yang bertemu denganku, dan aku diusir. Aku memohon—berlutut padanya, mengulangi kata penyesalan telah membuatmu menderita selama ini. Tetapi itu tak mempan, hingga aku datang di kemudian hari dan akhirnya dia mendengarkan ku, tapi tak juga ibumu mengizinkanku untuk menemuimu. Dia menghukumku selama mungkin untuk membuatku merasa pantas mendapatkanmu. Walau aku tak pernah merasa pantas, ibumu akhirnya membiarkan ku menemuimu kemarin." Tutur Eunwoo panjang lebar.
Setiap penuturan itu Jisoo tercengang, bibirnya bungkam. Jadi, selama ini ibunya menyembunyikan hal ini? Ia kira Sandara begitu saja mengizinkannya masuk, ternyata tidak. Ibunya menghukum Eunwoo selama mungkin, dan membiarkannya masuk, itu sukses membuat Jisoo terkejut.
"Benarkah?" Tanya Jisoo dengan mata yang berbinar, seakan bahagia mendengar hal itu.
"Tentu saja. Ibumu mengizinkanku saat aku memberitahunya bahwa aku akan segera menetap sementara di Berlin." Ungkap Eunwoo, yang menghasilkan raut sedih di wajah Jisoo saat ini.
Jisoo tak ingin Eunwoo pergi kemana pun, pria itu harus tetap tinggal di Korea bersamanya. Mau itu lama atau pun sebentar!
"Bagaimana jika aku melarangmu untuk pergi? Jangan tinggalkan aku.. " Lirih Jisoo parau.
"Kita pergi bersama, apa kau mau?"
Jisoo termenung sebentar, mempertimbangkan hal itu di pikirannya.
"Semua pekerjaanku, temanku dan ibuku di sini. Bagaimana mungkin aku meninggalkan ibu sendirian? Aku pun tak mengenal siapa pun kecuali Karina dan Jungkook.. Aku pasti kesepian." Jisoo memberikan raut wajah memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste Of Time [Kim Jisoo]
Fiksi PenggemarHidupnya bukan untuk kedamaian, meski tujuh tahun berlalu bukan hal mudah baginya untuk menghapus ingatan gelap dari pria diktator seperti iblis.