"Jisoo?"Suho tersenyum simpul, saat menampakan wanita di balik pintu rumahnya.
Tak lama Suho sedikit merasa janggal, Jisoo terlihat sangat pucat dengan mata yang memerah. Dan lebih aneh, wanita itu masih juga terdiam menatapnya.
"Boleh aku bermalam di sini?" Jisoo bertanya dengan nada bicara yang terlampau rendah, dan—mata yang berkaca-kaca.
Suho sedikit kikuk karena itu, tapi segera mungkin ia mencair suasana yang terasa sedikit aneh baginya.
"Tentu, saja," Jawab Suho, dan membuka pintu lebar sebagai jalan masuk. "Mama dan Papa datang."
Jisoo sedikit pelik mendengar pernyataan Suho, dan melangkah masuk dengan kaku.
"M-mama?" Jisoo memastikan.
Suho dengan perlahan menutup pintu ketika Jisoo sepenuhnya masuk.
Jisoo tak butuh jawaban darinya lagi, karena dengan jelas Jisoo melihat Mama dan Papa Suho terduduk di sofa ruang tamu.
"Kau sulit kuhubungi, Jisoo." Bisik Suho pada Jisoo yang terdengar sedikit rasa kesal.
Mama Suho terlihat gembira melihat kedatangan Jisoo, wanita yang berusia lebih setengah abad itu berdiri dari duduknya. Menghampiri Jisoo yang juga berjalan ke arah yang sama.
"Jisoo, sayang ... Apa kabar?" Sapa Mama, yang langsung memeluk Jisoo erat.
"Aku baik. Bagaimana dengan, Bibi dan Paman?" Jisoo beralih memeluk Papa Suho yang berada di sampingnya.
"Mama dan Papa baik-baik saja. Berhentilah memanggil seperti itu, Jisoo." Seru Mama lalu mengelus rambut Jisoo pelan.
"Ah, iya Ma." Jisoo hanya bisa tersenyum simpul.
"Kau juga putriku, Jisoo. Kami senang ketika Suho mengatakan akan mempercepat pernikahan ini, dan yang membuatku bahagia adalah memiliki menantu sepertimu, Jisoo." Mama berkata dengan senyum lebar dan mata yang bersinar seolah menggambarkan banyak kebahagiaan. Menangkup majah Jisoo yang lemas.
Namun, itu tak berlaku pada Jisoo.
Ia tegang, terlalu terkejut mendengar fakta jika Suho benar-benar mengatakan pernikahan akan dipercepat. Itu hal baru, dan Jisoo tidak mengetahuinya.
"Ya, benar sekali kami akan mendoakan yang terbaik untuk kalian." Sahut Papa.
Alhasil wajah Jisoo bertambah pucat dan dingin. Ia sudah lelah, kini bertambah pening.
"Terimakasih, Pa." Lirih Jisoo tak bertenaga, yang berhasil terlihat dari jangkauan ketiga orang itu.
"Jisoo ... Kau tak terlihat baik-baik saja. Sepertinya kau sangat kelelahan." Tungkas Mama, lalu beralih menatap Suho. "Sebaiknya antar dia ke kamar."
Ya, Jisoo terlihat sedikit berantakan mungkin? Dari mimik wajahnya terkesan aneh saat terpantau.
Suho hanya mengangguk, dan meraih kedua bahu Jisoo. Menuntun menuju kamar.
Hanya hening selama perjalanan menuju kamar, dan itu sedikit membuat Suho bertanya-tanya ada apa dengan wanita satu ini.
"Ada apa? Mengapa belakangan ini kau sulit kuhubungi?" Suho bertanya saat Jisoo telah terduduk di sisi ranjang.
Wanita itu menghela nafas berat.
"Ponselku mati." Jawabnya singkat.
Baiklah, dimaklumi.
"Lalu mengapa kau terlihat pucat? Kau menangis?" Suho mencoba untuk menyelidik netra Jisoo, yang terus menerus membuang muka.
"Aku hanya merasa kurang sehat." Gumam Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste Of Time [Kim Jisoo]
FanficHidupnya bukan untuk kedamaian, meski tujuh tahun berlalu bukan hal mudah baginya untuk menghapus ingatan gelap dari pria diktator seperti iblis.