Vote!
.
.
Jisoo sudah terduduk di kursi Bus setelah menata koper kecilnya di bagasi, ia menetapkan diri dibagian kiri dan sedang bersandar pada kaca jendela, menunggu bus ini melaju menuju kota besar kedua selain ia berada, yaitu Busan. Setelah kemarin seharian penuh ia menimang-nimang pikiran tentang keberangkatan ini, Jisoo memutuskan jika ia hanya menghabiskan waktu untuk berpikir, bagaimana cara ia menemukan jalan keluar jika ia tidak mendapat celah berupa alasan kuat untuk tidak pergi?
Jujur saja ia sudah lelah menunggu Bus ini menyalakan mesinnya, sudah sekitar setengah jam yang lalu kelima Bus besar sewaan perusahaan terparkir di lahan kosong yang luas dekat dari gedung perusahaan. Namun tidak kunjung mendapat pertanda akan berangkat. Jisoo melirik jam tangannya, sudah pukul 9 pagi, sedangkan jika naik Bus untuk pergi ke Busan memerlukan kurang lebih 4 jam. Jisoo kembali menyandarkan kepalanya untuk melihat keluar, memang masih ada orang yang berangsur-angsur menaiki Bus dan sibuk dengan kegiatan lain.
Tidak bersih seluruh pegawai ikut pergi merayakan acara ini, hanya sekitar dua ratus lebih dari seluruhnya. Mungkin bagi mereka yang tidak ikut memiliki alasan lain, Jika saja Jisoo juga bisa seperti itu maka ia tidak sedang berada di sini.
Dalam Bus yang ia tumpangi sekarang belum terlalu penuh, mungkin baru sebagian kursi yang terisi, wajar saja pemilik kursi di Bus satu ini adalah orang yang penting, mereka sedang mengurusi sesuatu diluar sana. Jisoo hanya memberitahu apa yang harus dilakukan, namun ia tetap terduduk di kursinya.
Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang setidaknya membuatnya tidak terlalu bosan, jauh di luar sana terdapat Lisa yang sedang berbicara pada salah satu pria yang ia ketahui sebagai divisi perusahaan.
Kini Jisoo beralih mencari sasaran tempat dimana ia akan memandang, netranya terkunci ketika melihat lelaki yang muncul dari arah selatan dan baru menampakkan diri. Sang Direktur akhirnya memperlihatkan keberadaannya. Lelaki itu nampaknya terlihat sangat segar hari ini, angin kecil pun membuat rambutnya sedikit bergoyang.
Eunwoo berjalan kearah dekat dengan Bus yang Jisoo naiki, tidak lama kemudian datanglah Jackson menghampirinya. Ia hentikan langkahnya ketika Jackson sudah berada di depannya, keduanya kemudian berbincang. Eunwoo sesekali terlihat mengangguk kecil seperti sinyal mengerti saat Jackson berbicara, keduanya berbincang lumayan lama, namun belum lebih dari lima menit.
Jisoo terus memperhatikan setiap gerakan yang Eunwoo ciptakan. Entah lelaki itu sedang bergaya sok keren, atau memang dirinya seperti itu. Tak lama kemudian, nerta mereka bertemu. Satu titik. Satu arah. Eunwoo melayangkan tatapan mendalam yang membuat Jisoo tidak juga berpaling, hingga pria itu sendiri yang membuat tatapannya terputus dan tangannya terangkat mengeluarkan sesuatu dari saku celana, yang bisa Jisoo ketahui adalah ponsel.
Eunwoo terlihat memainkan ponselnya, dengan Jackson yang masih berada di sampingnya. Tidak lama setelah itu, Jisoo merasakan ponsel bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Ia mengalihkan padangan yang semula ke arah luar, menjadi ke arah layar ponsel yang baru saja ia ambil dari atas roknya. Jisoo langsung membuka pesan masuk tersebut.
'Sampai kapan kau akan terus memandangiku, hm?'
Jisoo lantas terkejut didalam hati serta malu bertubi-tubi, ia sampai lupa membaca pengirim pesan tersebut, yang ternyata adalah Direkturnya. Dengan perlahan Jisoo mencoba melirik ke arah Eunwoo, pria itu melipat kedua tangannya dan menampilkan senyum menyeringai. Jisoo terpaku, ini memalukan. Dirinya dengan terang-terangan terus menatap ke arah pria itu, dan sejak kapan Eunwoo menyadarinya selain ketika tatapan mereka bertemu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste Of Time [Kim Jisoo]
ФанфикHidupnya bukan untuk kedamaian, meski tujuh tahun berlalu bukan hal mudah baginya untuk menghapus ingatan gelap dari pria diktator seperti iblis.