Bintang tengah menyeruput matcha lattenya sembari mendengarkan dengan khidmat cerita Geaㅡtentang salah satu mahasiswa teknik Planologi di kampusnya saat dia tanpa sengaja mendapatkan keberadaan teman-teman Al dipintu masuk.
Tanpa sadar gadis itu mendengus kecil menyadari bahwa dunia ternyata sangat sempit. Bukannya bagaimana, kemarin saat dia dan Andreo tengah belajar bersama, dia juga menemukan Dira, Al dan Helen ditempat yang sama.
Belum lagi saat cowok itu lagi-lagi membuang muka saat bertatapan dengannya. Mengingat hal itu membuat Bintang tambah gondok dan berikrar tidak akan menoleh kearah segerombolan teman Al sebagai bentuk kekesalannya.
Namun ternyata matanya mengkhianati pikirannya saat tanpa sadar dia menoleh kearah smoking area. Dahinya mengernyit bingung saat dia tidak menemukan keberadaan Al diantara segerombolan cowok-cowok itu.
Dia masih sibuk mencari keberadaan Al saat tepukan dibahunya membuatnya menoleh.
"Eh gue kirain bukan Bintang," ujar Alan yang berhasil membuat teman-temannya berhenti berbicara dan memusatkan perhatian mereka terhadap cowok itu.
Jadi sebagai bentuk kesopanan gadis itu tersenyum kecil sembari membalas, "ah halo kak."
"Nyariin Al yah?"
"Hah? Oh enggak kak," Jawab Bintang sembari menggeleng kencang. Padahal dia tadi memang sempat mencari Al.
Lalu tiba-tiba saja raut wajah Alan berubah menjadi sendu, cowok itu menghela nafas panjang sebelum berujar.
"Al sakit Bin."
Bintang secara spontan membulatkan matanya.
"Sakit?" Tanyanya kaget.
Alan menganggukkan kepalanya pelan, "dia suka mual-mual terus kepalanya pusing."
Bintang mengerutkan dahinya, "dia sakit apa kak?"
Alan tersenyum miris, "gue nggak tahu, yang jelas dia suka ngeluh kepalanya pusing."
Bintang terdiam sembari mengernyitkan keningnya. Kepala pusing? Mual-mual?
"Kalau lo mau lo bisa datang jengukin dia ke apart Bin,"
Jadi disinilah Bintang sekarang, berdiri didepan pintu apartement Al sembari berperang dengan batinnya sendiri. Dia sedang diambang kebingungan akan memencet bel pintu atau tidak.
Namun saat dia larut dalam pikirannya, pintu tiba-tiba saja terbuka dan menampakkan sosok Helen.
"Loh Bin? Mau jenguk Al?"
Bintang menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "eh iya kak."
"Oh yaudah, sini masuk, Al lagi di dalam bareng yang lain."
Bintang mengangguk sebelum mengikuti langkah Helen memasuki apartement dengan desain modern itu.
Yang pertama kali dia lihat saat memasuki ruang tengah adalah teman-teman Al yang tengah berbincang sembari tertawa dan ada pula yang tengah memakan martabak. Al terlihat duduk di sofa dengan Rendo disisi kirinya dan Dira disisi kanannya.
Dira?
Bintang mengernyitkan keningnya, tidak menyangka bahwa hubungan Al dan Dira sudah sejauh ini.
Jadi apa yang sudah dia lewatkan selama sebulan ini?
Ya, dia dan Al terhitung sudah tidak bertegur sapa selama sebulan.
"Woi ada Bintang nih!" ujar Helen yang membuat semua yang ada diruangan itu spontan menoleh kearah dirinya dan Helen.
"Eh hai Bin! Sini sini, duduk disini samping gue," ujar Rendo sembari mendorong Nias dari kursi yang tengah di dudukinya.
"Heh kampang gue yang duduk disini, lo aja yang duduk dilantai sana!"
"Dih ngalah woi, cewek ini, udah buruan sih duduk dilantai gece." Ujar Rendo masih berusaha mendorong Nias dari kursinya.
Jadi dengan gondok Nias mendengus keras lalu sedetik kemudian berbalik kearah Bintang dan tersenyum manis sembari mempersilahkan cewek itu untuk duduk di kursi yang tadi di dudukinya.
"Silahkan Bin."
Bintang mengangguk canggung sebelum duduk di sofa single itu.
"Gue mau ke supermarket bawah, lo mau nitip sesuatu nggak Bin?" Tanya Helen.
Bintang menggeleng sembari tersenyum kecil, "nggak kak makasih."
"Lo inget pesanan gue kan Len?" Tanya Gio dengan mulut penuh martabak.
"Iye bawel."
Selepas kepergian Helen, Bintang hanya diam, bingung ingin melakukan apa. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tadi dia sempat ditawari martabak oleh Alan namun gadis itu menolak. Lalu setelah itu mereka semua kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing, meninggalkan Bintang sendiri.
Bintang melirik kearah Al, cowok itu juga sibuk berbicara dengan Dira, jelas mengabaikan kehadirannya.
Dan juga, cowok itu kelihatan tidak sakit, malah sangat sehat. Wajahnya biasa saja dan tidak pucat, bahkan masih sempat tertawa kencang saat teman-temannya melontarkan candaan.
Tanpa sadar gadis itu mendengus kecil, padahal dia sudah berbaik hati menjenguk cowok itu, tapi tidak disambut.
Merasa gondok karena diabaikan membuat gadis itu ingin pulang saja, toh kehadirannya disini juga tidak dibutuhkan.
Dia ingin berpamitan tapi semua orang sibuk dengan dunianya masing-masing. Satu-satunya orang yang tidak sibuk hanyalah Bimo, cowok yang tengah duduk disebelahnya itu hanya memainkan hpnya, bukannya ikut bergabung kedalam obrolan teman-temannya.
"Kak,"
Bimo mendongak dan menatap Bintang sembari menaikkan alisnya, "ya?"
"Saya mau pamit keluar yah, ada telpon."
Bimo mengangguk kecil, "iya silahkan."
Alasan kenapa Bintang tidak langsung pamit pulang yaitu karena tentu saja hal itu akan membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di ruangan itu, padahal Bintang berencana ingin pulang diam-diam dari Al.
Setelah itu Bintang berdiri yang disertai pertanyaan oleh Rendo.
"Mau kemana Bin?"
"Mau angkat telepon." Jawab Bimo yang membuat Bintang diam-diam menghela nafas lega karena cowok itu berhasil membantunya.
Jadi tak lama kemudian gadis itu berjalan ke pintu keluar dan menghela nafasnya lega tepat setelah dia keluar dari apartemen Al itu.
Namun baru saja gadis itu berhasil menutup pintu apartement, Helen tiba-tiba muncul dengan kantung belanjaan di genggamannya.
"Mau kemana Bin?"
Bintang memejamkan matanya sembari menggigit bibir bawahnya sebal, kalau begini ceritanya mana mungkin dia bisa beralasan ingin mengangkat telepon. Jadi dengan terpaksa gadis itu berbalik kearah Helen dan tersenyum manis.
"Saya mau pulang kak, ada urusan."
"Eh, padahal lo baru datang loh, lo pulangnya sama siapa? Perlu gue panggilin anak-anak di dalem buat nganterin?"
Bintang menggeleng kencang, "nggak kak, gausah, udah ada yang nungguin kok dibawah."
Helen ber-oh ria sembari mengangguk sebelum menjawab, "yaudah deh hati-hati yah udah malem soalnya."
Bintang mengangguk sembari tersenyum kecil, "iya kak makasih."
TBC.
Dahlah kawal Andreo Bintang aja, Al nyebelin soalnya 🌝
30 komen, 100 vote aku update chapter baru, gimana?
Terserah kalian mau komen apa, ngespam juga boleh wkwk
Terakhir, jangan lupa follow ig ku windaspw
I.O.U, win 💘

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Fiksyen RemajaDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...