Bintang bosan.
Dia sekarang tengah berada di cafè yang terletak didepan kampus untuk mengerjakan tugas laprak bersama dengan kelima temannya.
Tetapi naasnya, laprak kali ini berasal dari mata kuliah Statistik Deskriptif, salah satu mata kuliah yang Bintang tidak sukai.
Jadi sepanjang pengerjaan laprak, dia hanya bisa membantu semampunya ketika temannya butuh bantuanㅡyah dia mencoba untuk setidaknya tidak menjadi beban kelompok.
Jadi saat teman-temannya masih sibuk berdiskusi, dia hanya bisa menumpukkan dagunya menggunakan tangannya lalu memandang kearah luar jendela sembari memperhatikan orang yang berlalu-lalang.
Namun saat matanya menangkap siluet ketiga teman Al yang tengah berjalan ke pintu masuk cafè, dia dengan cepat menegakkan badannya dan mengikuti arah jalan ketiga teman Alㅡyaitu Alan, Nias, dan juga Bimo.
Lalu saat mereka bertiga sudah mengambil posisi tempat duduk, Bintang kembali memusatkan atensinya pada pintu masuk, mengharapkan kedatangan satu orang yang sekiranya akan menyusul.
Namun setelah menunggu selama lima menit, orang yang ditunggu tak kunjung datang, membuatnya menghela nafas panjang.
Ini aneh, tetapi entah kenapa Bintang merasa aneh karena Al sudah lama tak terlihat dalam pandangannya.
Well yeah, Al mungkin sering tidak terlihat keberadannya, tetapi itu terjadi saat kondisi mereka yang tengah berada dalam perang dingin.
Tetapi sekarang? Bintang rasa mereka sedang dalam kondisi baik-baik saja, tetapi cowok itu seakan hilang ditelan bumi.
Lalu seakan tersadar dengan pemikirannya, gadis itu dengan cepat memejamkan matanya lalu menggeleng.
Tidak tidak, apa sih yang dia pikirkan? Kenapa juga dia mencari cowok itu?
Dia masih menggeleng-gelengkan kepalanya saat panggilan dari Jani menyadarkannya.
"Bin?"
Gadis itu dengan cepat membuka matanya, "eh iya?"
"Lo punya FD ga Bin? Soalnya anak-anak ga ada yang punya katajya." Tanya Arshaㅡteman sekelasnya.
"FD?" Tanya Bintang memastikan lalu sedetik kemudian memeriksa isi tasnya. Namun dia menggeleng saat dia tidak menemukan benda kecil tersebut.
"Gue juga ga punya Sha."
Arsha meringis kecil lalu berujar, "kalo gitu bisa tolong pinjem ke Ares ga Bin? Anaknya masih di kampus kok."
Bintang mengangguk cepat. "Ah bisa-bisa, lo tau ga Ares lagi dimana?"
Arsha mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja lalu membaca isi pesannya. "Ini gue udah chat Ares kok, katanya ke perpus aja dia ada disana lagi kerkel juga."
Bintang mengangguk lalu berdiri dari duduknya.
"Ah oke, gue balik ke kampus dulu kalo gitu."
Saat Bintang berkata dia berusaha untuk tidak menjadi beban kelompok, yah seperti ini lah kerjaannya.
Jadi dengan harapan tidak mengecewakan teman kelompoknya, gadis itu dengan cepat berjalan masuk kearah kampus.
Namun belum sampai setengah jalan, gadis itu berhenti dengan nafas ngos-ngosan.
Sejak kapan sih kampusnya seluas ini? Dan sejak kapan jarak pintu masuk kampus dengan perpustakaan sangat jauh?
Jadi demi mengefisienkan waktu, dia lebih memilih mencari satu kontak untuk dia hubungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Novela JuvenilDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...