[19] - Terancam Karam

18.2K 1.4K 9
                                    

Hari ini berjalan normal tidak seperti hari-hari biasanya.

Oh tentu saja normal, hari ini dia belum pernah bertatap muka langsung dengan Al sejak makan siang mereka kemarin di warung Mang Ujang.

Sejak kemarin pula Al tidak pernah mengirim pesan untuknya.

Terasa melegakan dan juga... sepi?

Menyadari hal itu Bintang segera menggelengkan-gelengkan kepalanya.

Astaga... pasti otaknya sudah bergeser.

Andin yang melihat Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya mengernyit heran, memikirkan kemungkinan kalau saraf otak Bintang putus atau semacamnya.

"Napa lo?"

Bintang balas menatap Andin. "Lagi mikirin orang yang seharusnya gak dipikirin."

Sementara Andin hanya memutar bola matanya.

"Kalau seharusnya gak dipikirin terus kenapa dipikirin?" Balasnya mendengus, lalu meraih minumannya dan bersiap untuk meminumnya saat Lili malah datang dan menggebrak meja.

Mereka berdua spontan berbalik ke arah Lili yang terengah-tengah seperti habis dikejar setan, lalu dengan enteng gadis itu langsung meraih gelas Andin dan meminumnya hingga tandas.

"What the?" Ujar Andin tidak percaya. Padahal, dia belum meminum setetes pun minumannya dan tanpa rasa bersalah Lili menghabiskannya hanya dalam satu kali teguk.

"Ngapain lo minum minuman gue kutil?!" Protes Andin setengah memekik.

Lili menaruh kembali gelas minuman Andin ke meja dan mengelap sisa-sisa minuman di bibirnya dengan punggung tangannya, mengabaikan pekikan protes Andin.

Lalu gadis itu terdiam sebentar, berusaha mengatur nafasnya sejenak.

"Napa lo Li?" Tanya Bintang heran.

"Tau nih anak, gaje banget heran. Mana habisin minuman gue lagi." Sambung Andin sembari melihat kedalam gelasnya, mengecek apa masih ada sisa-sisa minuman yang masih bisa dia minum.

Lalu kembali meletakkan gelasnya ke meja dengan gondok saat sadar kalau Lili sudah menyedot habis seluruh minumannya.

Setelah cukup lama terdiam, Lili pun menarik nafas panjang dan berujar.

"Bahaya kapten! Kapal kita terancam karam!"

Andin berdecak, "kapal apaan?" Balasnya sensi, masih dendam karena minumannya dihabiskan.

"Kapal kita! Si Bintang sama Andreo!" Ujar Lili heboh.

"Gue?" Tanya Bintang menunjuk dirinya sendiri.

"Andreo?" Tambah Andin bingung.

"Iya! Kalian tahu? Gue tadi liat si Andreo bareng cewek!"

Bintang dan Andin bertatapan sejenak lalu berujar bersamaan.

"Oh..."

Lili ternganga heran. "Oh doang?!"

"Mungkin cuma nanya tugas, Andreo kan asdos." Ujar Andin sembari mencomot kentang gorengnya kembali, mengabaikan ucapan Lili.

"Atau cuma temen." Tambah Bintang sembari mengaduk-aduk minumannya.

Andin mengangguk-angguk setuju. "Bener, gak heran, Andreo kan famous."

Lalu mereka berdua mengangguk bersama-sama, mengabaikan Lili yang histeris karena diabaikan.

"Tapi kalian gak liat mereka ngapain! Mereka rangkul-rangkulan!" Ujar Lili tidak mau kalah, bersikeras kalau cewek yang tadi sedang bersama Andreo punya status penting dihidup cowok itu.

"Lo salah liat kali." Balas Bintang skeptis.

"Bicara tentang Andreo, dia sekarang lagi disini." Ujar Andin tiba-tiba sembari menatap ke arah pintu masuk kantin.

Refleks, Bintang menoleh ke belakang punggungnya dan tersenyum karena pertama, Andreo ada disana. Dan kedua, karena cowok itu tengah berjalan sendiri, yang artinya ucapan Lili hanya belaka semata.

Namun senyumnya luntur saat dari belakang punggung cowok itu, seorang cewek mungil datang dengan berlari kecil dan langsung saja mengambil posisi sejajar dengan cowok itu.

Menyadari pergerakan disampingnya, Andreo berbalik dan seketika tersenyum. Seakan tak cukup sampai situ, dia menggenggam tangan Andreo yang dibalas Andreo dengan menggenggam balik tangan cewek itu.

Bintang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak shock, jadi dia lebih memilih berbalik kembali ke arah teman-temannya dan langsung bertemu tatap dengan Andin, yang juga menyaksikan hal serupa.

Mereka sama-sama terdiam dan hanya bertatapan untuk waktu yang lama saat Lili mulai bicara.

"Gue bilang juga apa, makanya kalau temen ngomong tuh dipercaya." Cerocos Lili tiba-tiba, sembari mencomot kentang dengan sambal.

Tidak tahu kapan dan bagaimana cewek itu tiba-tiba sudah mengambil posisi duduk disamping Andin.

"Itu siapa sih? Kok kayak parasit nempel gitu di Andreo?" Tanya Andin, yang entah kenapa jadi emosi.

Bintang menggeleng lalu mengalihkan pandangannya ke Lili yang masih asik menikmati kentang goreng. "Itu siapa ya Li?" Tanya Bintang.

"Bisa jadi temen, bisa jadi cuma nanya pelajaran." Balas Lili.

"Lili.." rengek Bintang.

Lili mendengus kecil, "mana gue tahu itu siapa, tanyain aja sama Al."

Bintang mengerutkan dahinya heran, "kok jadi Al sih?"

Lili mengangkat bahunya. "No reason, cuma pengen nyebut nama dia."

Bintang mendengus saat Andin angkat bicara.

"Tapi masuk akal juga sih Bin lo nanya ke Al." Pandangan Bintang kali ini teralihkan ke Andin sepenuhnya.

"Al sama Andreo seangkatan, terus diliat dari interaksi mereka selama ini kayaknya mereka deket. Jadi kemungkinan besar Al tahu cewek itu siapa."

Bintang terdiam sesaat saat Andreo dan si 'cewek parasit' itu melintas disampingnya, masih dengan posisi cewek itu yang nemplok kayak cicak di Andreo.

Fix dia harus nanya ke Al.

Tbc.

Terancam karam nih mwhehehe 🌝

StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang