Bintang dengan khidmat memperhatikan pelajaran yang tengah disampaikan, atau lebih tepatnya ke orang yang menyampaikannya.
Di depan sana, Andreo tengah berdiri menjelaskan beberapa materi yang tidak sempat dibawakan oleh dosen yang bersangkutan karena berhalangan hadir.
Andreo itu paket lengkap di mata Bintang. Pintar, asisten dosen, jago nyanyi, ganteng, baik lagi. Berbanding terbalik dengan orang songong yang Bintang kenal dengan nama Al.
"Baik untuk hari ini saya rasa sekian. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Seisi kelas serempak membalas salam Andreo tersebut lalu mulai membereskan barang masing-masing, begitupun dengan Andreo yang juga ikut berberes.
Ketika orang-orang berjalan keluar kelas, Bintang masih diam di tempatnya. Dia perlu menjelaskan beberapa hal ke Andreo, jadi dia menunggu kelas sepi.
Lalu saat Bintang menangkap sinyal cowok itu sudah siap untuk keluar, Bintang dengan sigap menahan langkahnya.
"Kak Andreo!"
Andreo yang namanya disebut spontan berbalik. "Loh Bintang? Ada apa?"
"S-saya mau ngomong."
Andreo mengangkat kedua bahunya mempersilahkan, "ngomong aja." jawabnya singkat.
Bintang memilin kedua tangannya gugup, tidak berani memandang Andreo. Respon Andreo yang terbilang cuek berhasil meruntuhkan keberaniannya.
"S-sebenarnya yang kak Andreo liat tadi malam itu ga seperti yang kak Andreo fikir. Saya ga pernah balikan sama Al, logikanya saya emang ga pernah pacaran sama dia."
Andreo melengkungkan satu alisnya naik lalu tertawa pelan, "kok lapor ke gue?"
Bintang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Soalnya takutnya kak Andreo mikir kalau saya pembohong, ditambah kak Andreo liat saya semalam dari apartemennya Al. Nanti kak Andreo malah mikir yang enggak-enggak tentang saya."
Andreo tertawa mendengar penuturan Bintang yang kelewat jujur.
"Emangnya gue keliatan kayak cowok yang berpikiran pendek yah?" tanyanya usil, sepertinya menjahili Bintang asik juga.
"Eh? Eng-enggak kak, kak Andreo salah paham." Bintang dengan cepat menggeleng, sementara Andreo menahan senyumnya, pemandangan Bintang yang sedang kebingungan benar-benar menarik minatnya.
"Saya gak maksud itu kak, anu saya--"
Andreo tertawa kecil. "Iya."
Bintang melongo bingung, "hah?"
Andreo tersenyum, "iya, gue ngerti kok Bintang."
Penuturan Andreo membuat Bintang tersenyum lega. "Jadi kak Andreo percaya kan sama saya?"
Andreo mengangkat bahunya, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Menurut lo gimana?"
Bintang melebarkan senyumnya. "Makasih kak!"
Andreo menaikkan alisnya bingung, "kok makasih?"
"Makasih udah mau percaya sama saya." Bintang menyengir lebar.
"Hmm.. Kayaknya makasih aja ga cukup deh, gimana kalau makan bareng kalau lo ada waktu?"
Bintang merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya, apa Andreo baru saja mengajaknya kencan?
Setelah kejadian itu Bintang tidak henti-hentinya tersenyum sedari tadi. Orang-orang dikoridor mulai menatapnya heran, mungkin mereka menganggapnya gila, tapi dia bodo amat, yang penting dia senang.
Dia merogoh hpnya di saku celana saat merasakan hpnya berdering. Senyumnya seketika hilang saat melihat sang id caller.
Renaldo Albiansyah is calling...
Bintang rencananya hanya akan mengabaikan telepon itu, namun pesan masuk dari sang id caller membuatnya berdecak.
Renaldo Albiansyah: Peraturan nomor 4; gaboleh reject telepon majikan.
Bintang mengabaikan pesan dari Al dan berencana untuk memasukkan hpnya kembali ke saku celananya saat seseorang berujar dari belakangnya.
"Kayaknya lo lupa sama peraturannya Bintang."
Bintang dengan cepat berbalik dan menemukan Al yang tengah menggengam hpnya.
Bintang mendengus, "gue lagi sibuk."
"Sibuk?" Al melirik ke kanan kiri Bintang, menyindir gadis itu melalui gerak-geriknya.
"Maksud lo sibuk jadi patung koridor?" lanjutnya sarkastik.
Bintang berdecak sembari memutar bola matanya, lalu gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Al jengah.
"Lo mau apa?"
Al mengulurkan kunci mobilnya ke hadapan gadis itu. "Ambilin powerbank gue di dashboard mobil." titahnya angkuh.
Bintang menatap kunci mobil Al lalu beralih menatap cowok itu sembari mengernyit bingung.
"Kenapa bukan lo aja?"
Al tersenyum miring, "buat apa kalau gue punya babu?"
Bintang memanyunkan bibirnya kesal lalu mengambil kunci mobil Al.
"Oh iya, dan ini..." Al memiringkan wajahnya yang membuat Bintang membulatkan matanya kaget dan spontan memundurkan wajahnya saat merasa jarak mereka terlalu dekat.
"Lo gila?! Orang-orang bisa salah paham!" Bintang mencoba mendorong Al kembali ke posisinya namun cowok itu menahan tangannya.
"Tujuan gue emang buat itu, ini balasan buat lo semalam." Al tersenyum miring sembari mengedipkan matanya kirinya.
Lalu dia kembali memundurkan wajahnya dan memasukkan satu tangannya ke saku celana. "Masih untung gue gak cium lo."
Bintang membulatkan matanya, gadis itu bisa merasakan pipinya memanas.
Lalu tanpa aba-aba Bintang mulai mengayunkan kakinya dan menginjak kaki Al.
"Aaw!" Al mengusap kakinya yang lagi-lagi menjadi korban keganasan Bintang.
"Ini sakit Bintang!" pekiknya tertahan.
"BODO AMAT! DASAR NGERES!"
Tbc.
Vommentnya jan lupa..🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...