Yang pertama kali menyambut Bintang sesaat setelah dia menyelesaikan ujian tengah semesternya pada siang hari itu adalah sebotol minuman berwarna hijau yang disodorkan oleh Lili.
"Tumben," ujar gadis itu setelah menerima sodoran dari temannya itu.
Namun saat melihat sticky note yang melekat pada botol minuman itu, Bintang spontan mengernyit. Dan seakan mengerti kebingungan temannya, Lili segera berujar.
"Itu bukan dari gue," ujarnya cepat.
Bintang mendongak, menatap Lili dengan kernyitan di dahinya.
"Tadi pas lagi nungguin lo tiba-tiba ada cowok yang kasih itu ke gue," lanjut Lili.
"Katanya, 'teman Bintang bukan? Tolong kasih ini ke dia yah, dari temen gue' kayaknya dia senior deh Bin."
Semangat
- AGadis itu menghela nafasnya sesaat setelah membaca tulisan yang tertera pada sticky note tersebut lalu memilih berjalan duluan meninggalkan Lili. Pemberian sebagai penyemangat uts seperti ini entah kenapa membuatnya menjadi tidak mood.
"Heh lo kok ninggalin gue sih?" Protes Lili sembari menyamakan langkahnya dengan Bintang.
Bintang tidak menjawab yang membuat Lili kembali melontarkan pertanyaan yang hinggap dikepalanya.
"Tapi Bin, menurut lo si A ini tuh siapa? Andreo bukan sih? Tapi kok nggak langsung kasih ke lo aja ya tumben banget."
Bintang menghentikan langkahnya yang membuat Lili juga ikut melakukan hal yang sama.
"Li."
Lili menaikkan satu alisnya lalu berdehem, "hm? Kenapa?"
"Ayo cepat ke perpus, Andin udah nungguin."
Dan setelah itu Bintang kembali berjalan ke tempat tujuan mereka, berjalan lebih dahulu meninggalkan Lili yang kebingungan atas respon sahabatnya.
Jadi disinilah mereka sekarang, di perpustakaan menemani Lili yang tengah mencari referensi untuk proposal yang sedang dia kerjakan.
Walau pada kenyataannya yang dilakukan Andin dan Bintang hanya menonton di laptop milik Bintang dan yang sibuk sedari tadi mondar mandir dari rak buku satu ke rak buku lainnya hanya Lili.
Andin tertawa pelan saat melihat adegan di dalam layar laptop, berusaha memelankan suaranya karena sadar saat ini mereka tengah berada di tempat yang mengharuskan mereka berbicara dengan suara kecil.
"Bin liat deh, lucu banget nggak sih." Andin berujar dengan tawa pelan yang mengalun, tak lupa menyikut Bintang, sepenuhnya sadar bahwa temannya ini tidak fokus pada film yang tengah mereka tonton.
Namun karena tak kunjung mendapatkan respon, akhirnya Andin memilih menekan tombol pause dan melepas sambungan headset pada telinganya. Berbalik ke arah sahabatnya itu yang masih juga melamun walau film sudah dijeda.
"Lo kenapa Bin?" Tanyanya pada akhirnya.
Bintang yang sadar namanya disebut segera menegakkan duduknya dan ikut berbalik kearah Andin.
"Hah? Kenapa? Eh ini kok filmnya berhenti? Udah selesai?"
Tak menjawab pertanyaan Bintang, Andin malah kembali bertanya. "Lo ngelamun, kenapa?"
Bintang menggeleng lalu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "ah enggak, gue cuma mikirin ujian tadi, takutnya nilai gue jeblok."
Terdiam sebentar namun akhirnya Andin mengangguk percaya, lalu gadis itu kembali menekan tombol pause serta memasang kembali headset di telinga kanannya. Sementara Liliㅡyang posisinya tengah duduk dihadapan Andin dengan laptop sebagai pemisah wajah mereka masih sibuk membaca buku dan jelas tidak memperhatikan pembicaraa
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...