"Cari cowok baju pink dan ngaku jadi tunangannya." Andin berujar dengan semangat 45.
"Yang lebih seru doong, Bintang mesti drama dan jadi tunangan yang tersakiti." Lili menimpali dengan semangat menggebu-gebu.
"Tunangan yang diselingkuhin." Tambah Andin.
"Nah! Jadi gimana Bintang?"
Bintang tidak henti-hentinya menghela nafas. Suara Andin dan Lili saat memberi tantangan kepadanya seakan-akan bergema di kepalanya.
Dengan ragu-ragu cewek itu berjalan kearah cowok berbaju pink yang sedang duduk bersama temannya di pojok jendela.
Belum sampai pada tujuannya cewek itu menghentikan langkahnya. Dia menggigit bibirnya gugup lalu berbalik ke arah sahabatnya yang mengacungkan tangannya, Bintang juga bisa melihat bahwa Lili tengah mengucapkan kata semangat tanpa suara.
Dia kembali berbalik dan berpikir sejenak. Haruskah dia melakukan ini?
Lalu batinnya berteriak 'tidak!'
Ya, mungkin seharusnya dia tidak melakukan hal bodoh semacam ini.
Jadi dia membalikkan badannya mengurungkan niatnya saat temannya memberikannya serangkaian tatapan mematikan.
Dia menatap temannya dengan memelas, berharap hati mereka akan tergerak untuk menarik dare yang mereka lontarkan kepadanya beberapa menit yang lalu.
Tapi itu semua hanya angan semata saat melihat bagaimana temannya mengacungkan daftar menu mencoba mengancamnnya.
Tadi mereka membuat dua pilihan, jika Bintang tidak mau melaksanakan tantangan yang diberikan, mereka akan memesan makanan sebanyak yang mereka mau dan Bintang yang harus membayarnya.
Dan dia rasa keberuntungan tidak berpihak kepadanya karena saat ini kondisi uang bulanannya tengah menipis. Ya, siapa yang menyangka temannya akan sekejam ini?
Cewek itu menghela nafas panjang lalu membalikkan badannya.
Lalu dengan langkah percaya diri dia berjalan ke arah cowok berbaju pink dan menggebrak meja, yang seketika membuatnya menjadi pusat perhatian.
***
"Kalian gila, kalian gila, kalian gila." Bintang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya serta menghentakkan kakinya kesal, berharap dirinya bisa ditelan bumi sekarang juga.
Sementara Andin dan Lili yang ikut duduk disampingnya sudah tertawa kencang, bahkan Lili memegang perutnya karena tertawa terlalu banyak.
Bintang mengangkat wajahnya lalu menatap kedua temannya dengan kesal, kadang dia heran bagaimana bisa dia berteman dengan mereka berdua.
Bintang memanyunkan bibirnya kesal karena tidak ada tanda-tanda bahwa kedua temannya akan berhenti tertawa.
"Gue pulang aja!" Baru saja mau berdiri tangannya sudah ditarik untuk duduk kembali.
"Jangan ngambek dong Bintaaang, ini kan cuma buat have fun." Andin mencoba menjelaskan tetapi bibirnya menahan senyum, kentara sekali bahwa dia sedang mencoba untuk tidak tertawa.
Bintang mendengus, "Have funnya dikalian doang!"
"Yaelah Bin, dibawa santai aja kali. Ini cuma dare, si Andin aja pernah nembak pak Edo dan dia b aja." Ujar Lili yang dibalas anggukan setuju oleh Andin.
Bintang mendengus kesal, pak Edo adalah orang gila depan sekolahnya dulu.
"Pak Edo kan gak waras, jadi fine fine aja. Nah gue? Kalau gue dituntut atas nama pencemaran nama baik gimana?" Ujarnya memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Bin, percaya sama gue, kita gabakal ketemu sama cowok itu lagi."
"Bener Bin, lagian kita kan juga ga kenal sama tuh orang."
Bintang mengerutkan dahinya tidak setuju sebelum akhirnya menghela nafas pasrah.
Ya, semoga aja.
TBC
Don't forget to vomment, krisarnya juga yah :*
Lots of love, Win❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...