Setelah aksi Al di parkiran---yang menimbulkan rasa ingin tabok ke Al, Bintang langsung saja diculik dan dibawa pulang ke apartemen cowok itu.
Bintang tidak tahu apa motif cowok itu membawanya pulang, belum lagi sekarang dia ditinggalkan tanpa sepatah kata pun. Cowok itu langsung saja melesat menuju kamarnya.
Bintang yang merasa bosan mulai melarikan matanya ke sekeliling ruangan, dia mengamati satu-persatu barang yang didominasi warna putih dan coklat itu. 'Tipikal cowok,' pikirnya
Perabotan yang lengkap, ruangan yang luas. Ya, Bintang tahu, apartemen yang tengah dia pijaki sekarang bukanlah apartemen dengan sembarang harga.
Dan tentu saja Bintang tahu Al bukanlah orang sembarangan, menurut desas-desus di kampus, Papa Al merupakan seorang pengusaha sukses. Tidak heran juga sebenarnya cowok itu didominasi sifat arogan.
Bintang mengambil bingkai di atas meja dan melihat foto seorang anak kecil yang tengah tersenyum lebar, Bintang tebak itu adalah Al versi kecil.
Bintang meletakkan bingkai itu dan mengambil bingkai disampingnya. Difoto itu juga ada Al yang tengah tersenyum kecil. Namun difoto itu Al tidak sendiri, melainkan di samping kanan kirinya ada orang yang juga tengah ikut berfoto, yang Bintang tebak adalah orangtua Al.
Dia menyipitkan matanya, sepertinya Papa Al nampak tidak asing...
"Pacarnya den Al yah?" Bintang dengan cepat meletakkan kembali bingkai foto ke atas meja dan berbalik.
Seorang wanita paruh baya seketika menyambutnya dengan senyuman yang bertengger di wajahnya.
"Eh bukan saya--"
"Waduh non, gausah malu gitu sama bibi, walau bibi udah tua tapi masih ngerti sama romansa anak muda."
Bintang dengan cepat menggeleng, "b-bukan bi, saya bukan--"
"Bi Ratih? Darimana aja?"
Bintang menoleh ke sumber suara, Al berjalan ke arah mereka dengan baju yang sudah diganti dan rambut yang basah, jadi cowok itu meninggalkannya tadi karena ingin mandi...
"Saya dari pasar den, bahan makanan udah habis." Bi Ratih mengangkat kantungan belanjaannya yang cukup banyak.
"Ooh, kirain Bi Ratih udah pulang."
Bi Ratih menggeleng, "Bi Ratih belum siapin makan malam atuh den."
Lalu pandangannya beralih ke Bintang, "ngomong-ngomong, ini pacarnya den Al yah?"
Al melirik Bintang yang tengah menautkan jarinya di depan tubuhnya, dia sampai lupa kalau Bintang masih berada di atap yang sama dengannya.
"Bukan Bi, ini ubab baru saya."
Bi Ratih mengerutkan dahinya bingung, setahunya ubab itu perusahaan transportasi online.
"Ubab? Jadi non Bintang ini semacam gojek gitu den?"
Al mengernyitkan dahinya dalam, sumpah, dia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Bi Ratih, begitupula dengan Bintang. Ubab, transportasi online.
"Maksud Bi Ratih Uber?" tanya Al ragu-ragu.
Bi Ratih berteriak heboh, "walah iya den! maksud saya itu, saya pikir sama."
Bintang melipat bibirnya ke dalam, berusaha agar tidak tertawa kencang sekarang juga. Ingin ngakak tapi takut dosa...
Al menghela nafasnya, "beda Bi, ubab mah kalau dibalik jadi babu."
Bi Ratih tertawa, "waduh den, kayaknya bibi mesti banyak-banyak searching kamus bahasa gaul nih den."
Sementara Al hanya tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Roman pour AdolescentsDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...