"Mungkin kalian belum tahu kalau hari ini ketua regunya udah resmi diganti." Al melirik Bintang lalu menyuruh gadis itu naik ke podium.
"Gue ganti ketua regu bukan karena kepengurusan Radit yang ga becus, ini cuma hasil runding gue sama Bimo yang mau kalau ketua regu buat tahun ini cewek."
Bintang mendengus kecil. Bohong sekali, jelas-jelas cowok itu membuat keputusan sendiri, bilang saja kalau dia punya rencana jahat.
"Dan berhubung dua hari lagi penutupan Ospek, gue cuma bakal ngajuin satu syarat buat dapetin sertifikat kelulusan Ospek," lalu cowok itu memegang bahu kanan Bintang. "Dan Bintang yang bakal lakuin itu buat kalian semua."
Kedua matanya melebar kaget, kenapa harus dia?
"Bintang harus cari asdos dan minta selfie sama tanda tangan dia," cowok itu berbalik ke arah Bintang dan menyeringai kecil. Merasa puas karena dendamnya telah terbalaskan. "Gimana Bintang?"
"Kenapa cuma saya yang mesti lakuin itu kak?" Bintang bertanya menantang.
Al menaikkan satu alisnya tertarik, rupanya cewek ini masih ingin mendebatnya. "Karena lo sekarang ketua regunya. Dan ketua bertanggung jawab untuk semua anggota, kecuali kalau lo mau mereka semua ga dapet sertifikat kelulusan karena lo."
Bintang mendesis. Rupanya ini alasan mengapa Al menjadikannya ketua regu, hanya untuk balas dendam! Tidak lebih tidak kurang. Dan Bintang tidak sejahat itu membiarkan teman-teman seregunya ikut terkena masalah karena sifat kekanak-kanakan Al.
Dia menghela nafas pasrah, sekali lagi dia kalah.
***
Bintang memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Kemana lagi dia harus mencari asdos? Semua asdos yang sudah dia datangi menolak untuk membantunya dengan alasan malas berurusan dengan Al. Entah apa yang sudah cowok itu rapalkan kepada orang-orang. Bukan perkara susah sebenarnya mengingat Al mempunyai kuasa di kampus ini.
Tapi apa iya semuanya harus tentang kekuasaan?
Bahunya yang bersandar di dinding merosot pasrah. Dia hanya mempunyai 1 hari lagi sebelum penutupan Ospek dan dia belum mendapatkan apa-apa. Jika saja nasib teman seregunya tidak berada di tangannya, sudah pasti dia enggan untuk melakukan ini.
Saat ini dia hanya mengharapkan sedikit keajaiban. Lalu seakan doanya terkabul, matanya tanpa sengaja menangkap siluet cowok yang baru saja keluar dari kelas dengan buku di tangannya.
Bintang pun segera memberhentikan cowok itu, "permisi kak."
Cowok itu berbalik dan mengangkat satu alisnya. "Iya?"
"Asisten dosen ya?"
Cowok itu mengangguk. "Iya. Kenapa?"
Bintang menghembuskan nafas lega, dalam hati tidak hentinya mengucap syukur. Eh tapi cobaannya masih ada satu.
"Bisa bantuin saya buat dapetin sertifikat kelulusan Ospek ga kak?"
Jawab iya jawab iya.
Cowok itu mengelus dagunya sembari mendongak ke atas, berpikir sejenak. "Kalau ga aneh-aneh sih gue mau mau aja."
Bintang tersenyum girang, hampir saja memekik senang. Akhirnyaa...
"Saya cuma mau minta tanda tangan sama selfie doang kak."
Cowok itu tertawa kecil. "Waah, berasa jadi artis dimintain selfie sama tanda tangan."
Bintang tersenyum, sepertinya cowok ini cukup ramah. Dan juga diliat dari proporsi wajahnya dia cukup manis.
"Ini kak." Bintang mengulurkan bukunya yang kemudian ditandatangani oleh cowok itu.
Bintang berdehem kecil. "Sekarang saya mau minta selfie kak." Ujarnya takut. Bagaimanapun minta selfie sama orang yang baru dikenal itu rasanya canggung juga, apalagi sama senior, cowok pula.
Cowok itu tersenyum simpul dan mengangguk, sementara Bintang terpana ditempatnya.
Gantengnya...
Lalu dia tersentak kaget, 'Astaga nyebut Bintang! Itu jodoh orang!' Batinnya mengingatkan.
Lalu ia berdehem sedikit dan mulai memposisikan hpnya di udara, seketika saja wajahnya dan wajah cowok itu memenuhi layar hp. Dia tersenyum lebar dengan tangannya dalam posisi peace, yang juga diikuti oleh cowok di belakangnya.
"Satu.. dua.. tiga." Cekrek.
Lalu Bintang kembali bergaya, kali ini dia menurunkan tangannya. Cowok yang di belakangnya pun ikut mengganti gaya dengan senyum pepsodent.
Cekrek.
"Makasih kak." Ujarnya tersenyum lebar setelah selesai dengan sesi foto.
Cowok di depannya mengangguk lalu mengulurkan buku serta pulpennya kembali. "Sama-sama," dia tersenyum. "Gue duluan ya, masih ada urusan." Ujarnya yang diangguki oleh Bintang.
Sesaat setelah kepergiannya Bintang mulai mengecek bukunya. Hanya ada tanda tangan dari cowok itu.
Tidak ada yang menarik dari tanda tangannya sebenarnya, tapi kalimat dibawah tanda tangan berhasil menarik minatnya. Disitu tertera, Andreo W.
Jadi Bintang menarik satu kesimpulan.
Andreo, namanya Andreo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...