"Jadi pesanannya itu, California Roll sama Ramen."
Andreo mengangguk mengiyakan.
"Baik kalau begitu tunggu pesanannya ya Mbak, Mas." ujar sang pramusaji lalu berlalu pergi.
Bintang mengikuti arah gerakan sang pramusaji hingga hilang di telan dapur, sebelum berbalik ke arah Andreo yang tengah menelungkupkan kedua tangannya di atas meja sembari menatapnya.
Bintang yang ditatap seperti itu mulai salah tingkah. Dia melihat ke sekeliling ruangan, melihat apa saja yang bisa dilihat---apa saja asal bukan Andreo.
Namun sepertinya saraf otaknya tidak sedang ingin bekerja sama, karena matanya lagi-lagi jatuh pada Andreo yang masih berada pada posisi yang sama, bedanya kali ini cowok itu tersenyum yang entah kenapa terlihat sangat manis.
"Udah lama gue ga makan sushi." ujar Andreo tiba-tiba.
Bintang bingung harus merespon bagaimana, jadi dia hanya berujar. "Ah iya.."
"Gue suka banget makan sushi, makanya restoran ini udah jadi langganan gue. Kalau lo?"
"Eh.. Saya lebih suka ramen kak."
Sebenarnya, Bintang tidak pernah ke restoran Jepang, selama ini dia lebih suka nongkrong di cafe atau restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia.
Bintang juga tidak suka Sushi, lebih tepatnya tidak pernah makan. Bintang tidak suka ikan mentah, itu alasannya.
"Lain kali kesini lagi yuk."
Tapi kalau sama Andreo dia rela makan ikan mentah, ikan masih hidup pun boleh.
"Ayo!" dia berucap girang, terlalu hyper sebenarnya.
Andreo terkekeh kecil, menyadari itu Bintang langsung berdehem salah tingkah.
Lalu Andreo mengambil hpnya yang berada di atas meja, "gue belum save nomor lo." ujarnya tiba-tiba.
'Bener juga, nomor!" batin Bintang berseru.
"Kak Andreo dapat nomor saya dari mana?"
Bintang mengutarakan pertanyaannya, pertanyaan yang memang sedari tadi ingin ia tanyakan; darimana Andreo dapat nomornya?
Perasaan nomornya bersifat private, kontak di hpnya pun hanya mencapai angka 30.
Kecuali kalau Andreo mendapatkan nomornya dari teman-temannya, yang berarti mustahil.
Teman-temannya tidak ada yang dekat dengan Andreo, dan kalaupun Andreo memang mendapatkan nomornya dari mereka, pastinya hal ini akan dia tahu jauh hari sebelum Andreo mengajaknya kencanㅡmengingat kalau temannya bermulut besar.
Andreo mendongak lalu menaruh hpnya kembali ke atas meja, yang berarti urusannya men-save nomor Bintang sudah selesai.
"Dari Al."
Bintang tersentak kaget, dari Al? Bagaimana ceritanya Andreo dapat nomornya dari Al?
Seakan saling terhubung, notifikasi Al mulai muncul di hpnya---yang memang sengaja dia letakkan di atas meja.
Majikan Laknat: Lo di mana?
Selang beberapa detik, pesan lain kembali muncul.
Majikan Laknat: bales.
Bintang mendengus samar, tidak di dunia nyata, tidak di dunia maya, selalu saja bersifat otoriter.
"Dari siapa?"
Andreo melirik sedikit hp Bintang. Sadar akan hal itu, Bintang dengan sigap mengambil hpnya lalu menyembunyikannya di bawah meja.
Bintang tersenyum manis, "spam mama minta pulsa kak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen FictionDalam rangka merayakan kelulusannya, Bintang diberi dare yaitu dengan mengaku sebagai tunangan dari cowok acak berbaju pink. Namun yang tidak dia sadari, kesediannya untuk melakukan dare ternyata membawa malapetaka untuknya. Siapa sangka kalau cowok...