Rangga mencengkeram kerah baju Alwy sedangkan Alwy hanya tersenyum sinis.
"Hebat ya lo!! datang-datang langsung buat rusuh?!" teriak Zidan sambil mendorong bahu Rangga keras membuat Rangga melepas tautan tangannya pada Alwy.
"Mending kalian pergi deh, SMA merah putih gak nerima tamu" usir Gibran.
"Diem lo!" pekik Gilang menarik Gibran ke belakang.
"WOII!" teriak Gibran balas menonjok Gilang, untuk saja tidak terjungkal karena bantuan dari Kevin.
"Gibran,urusan mereka sama gue" tutur Alwy seraya merapikan seragam sekolahnya yang kusut akibat Rangga.
"Maksud lo apa hah!" teriak Rangga lagi.Alwy tertawa sinis "Gak perlu gue jelasin juga lo udah tau kan" ujar Alwy melipat kedua tangannya di depan dada.
Memandang remeh ke arah Rangga.
"Harus banget di ungkit-ungkit lagi? Ohh atau.. Kalian masih jadi banci yang hobi ngerebut milik orang lain? " jawab Rangga membalas.
"BANGSAT!"
BUGHH!
Zidan menonjok Rangga hingga Rangga tersungkur ke lantai.di saat teman-temannya Rangga membantu, Rangga malah menolak bantuan mereka.
Rangga bangkit seraya memegang sudut bibirnya yang berdarah dan tersenyum senang "Kenapa? Merasa tersinggung?HAHAHA" ujar Rangga mengejek.
"Jaga mulut lo sialan!!" ucap Gibran mendorong Rangga yang terus tertawa.
"Gak usah basa-basi, gak penting" jelas Alwy.
"Lo udah datang ke sini, berarti lo milih Wulan,dan Mentari milik kami" Jelas Alwy membuat keterkejutan antara Gilang, Radit,dan Kevin.
"Al,maksud lo apa ?! " tanya Gilang emosi mendengar perkataan Alwy barusan.
"Di mata lo Mentari sehina itu, sampe lo ngasih ke mereka!" tanya Gilang.
Rangga hanya diam.
"JAWAB BRENGSEK!"
BUGH, Gilang memukul Rangga.
BUGH!! ,balas Rangga memukul Gilang.
Sedangkan Zidan dan kedua temannya itu tersenyum menang."LO NUKAR MENTARI BUAT WULAN?! JAWAB SIALAN!" pekik Gilang kembali menonjok Rangga.
"GUE GAK PERNAH NUKAR MEREKA BERDUA?!" balas Rangga memegang kedua bahu Gilang.
Radit dan Kevin mengerai perdebatan kedua sahabat mereka itu, Radit memegang Rangga dan Kevin menenangkan Gilang.
"Gak seharusnya lo mukul Al, lang!" bentak Kevin.
"Dia udah salah!,lo belain si setan itu?! Bantah Gilang.
Rangga kembali maju mendekati Gilang namun di tahan oleh Radit.
"Al,gue tau lu gak mungkin ngelakuin itu, tapi gak seharusnya kalian bertengkar" jelas Radit.
Rangga menyentak kedua tangan Radit dan berdiri di depan Zidan yang melipat kedua tangannya itu.
"Sekali lo sentuh Mentari!!gue habisin lo" ucap Rangga memperingatkan.
"Sesuai kesepakatan, kalau lo milih Wulan, Mentari buat gue, kalau lo milih Mentari, Wulan yang jadi milik gue" jelas Zidan menantang.
Alwy hanya tersenyum remeh.
"Besok cinta pertama lo balik, siap-siap buat ngambil keputusan"
Mereka bertiga lalu meninggakan sekolahan,beranjak jauh dari sana ,Rangga mengepalkan tangannya, dan menendang apapun yang ada didepannya.
Gilang berlalu begitu saja melewati Rangga yang masih berdiri kaku.sebenarnya Ia tak marah dengan Rangga, namun Gilang marah pada sikap Rangga saat ini.terlalu banci.
Radit menyusul Gilang, karena dia numpang pulang dengan Gilang, sedangkan Kevin berdiri di samping Rangga, menepuk bahu Rangga.
"Kenapa lo gak pernah Cerita soal kesepakatan itu?" tanya Kevin.
Rangga menoleh menatap Kevin tajam "Gue gak pernah buat kesepakatan apapun, apalagi menyangkut soal Mentari dan wulan" ujar Rangga.
"Gue masih punya otak buat ngerhagain seorang perempuan" ucap Rangga dan berlalu pergi dari sana.
Kevin memandang Rangga yang sudah menjauh.
"Rumit " ucap Kevin yang juga meninggalkan halaman SMA Merah Putih.
Dapat dipastikan setelah kejadian hari ini,seluruh murid SMA Bina Bangsa akan mengetahuinya, termasuk Mentari.
☆☆☆
Autralia,kediaman keluarga Zichol.
"Wulan,kopernya udah siap sayang?" tanya ibu Wulan .
"Udah ma, udah siap semuanya" jawab Wulan semangat.
"Kamu yakin mau balik ke indonesia ,wulan?" tanya pak Zichol,papanya Wulan.
"Wulan yakin pa, yakin banget,papa sama mama gak usah khawatirin Wulan, di sana kan Wulan tinggal sama oma,papa tenang aja ya" ujar Wulan meyakinkan orangtuanya yabg seakan berat membiarkan Wulan pergi.
"Iya kamu tinggal sama oma di bandung" tutur papanya Wulan mengangguk.
Wulan tampak bingung dengan ucapan papanya itu.
"Bukannya di jakarta ya pa?" tanya Wulan bingung.
"Oma tinggal di jakarta kan? Sejak kapan pindah ke bandung?" tanya Wulan lagi.
"Oma baru di bandung,seminggu yang lalu sayang" jawab mamanya Wulan mengelus rambut putri semata wayangnya itu.
Wulan diam seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Papa juga udah daftarkan kamu di sekolah Tunas Bangsa, di bandung" ujar papanya lagi.
"Ma, pa, Wulan maunya tinggal di jakarta bukan di bandung" Ucap Wulan berhati-hati.
"Wulan mau tinggal sama oma karna oma di jakarta, Wulan gak tau oma udah pindah ke bandung" jelas Wulan.
"Wulan,kamu balik ke indonesia karena mau menetap di sana bukan? Melanjutkan sekolah di sana , Jadi apa bedanya jika kamu sekolah di jakarta atau bandung" jawab papanya membantah ucapan Wulan.
"Paa. .Wulan mau sekolah di jakarta,Wulan udah tentuin juga sekolahnya" ujar Wulan memelas.
"Jangan membantah Wulan,bergegaslah,pesawatmu akan berangkat 2 jam lagi" ujar papanya dan langsung beranjak pergi.
Wulan sedih, tentu. Dia sangat merindukan jakarta,tempat beribu kenangan,dan juga tempat perpisahan.
Tapi jika papanya sudah mengambil keputusan, dia tak kuasa membantah,namun dia akan cari cara lain agar di izinkan tinggal di jakarta, meskipun tak bersama dengan omanya.
"Wulann.. " panggil mamanya yang melihat Wulan terbengong.
"Eh,, iya mah"
"Jangan terlalu di pikirkan, nanti mama coba ngomong sama papa oke?" ujar mamanya tersenyum.
Wulan tersenyum senang," Ta, ma" ucap Wulan mencium mamanya.
Mamanya mengangguk sebagai jawaban, "Ayoo,mama antar Bandara" ujar mamanya membantu Wulan mendorong kopernya.
☆☆☆
Ta(Terima kasih dalam bahasa Australia)
Pantengin terus, udah mau End.
Selamat malam minggu para jomblo
Tertanda:Puput
Single sejak dalam embrio:)
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE 21 DAY
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE. Happy shopping & Reading Enjoy your day guys<3 ❗❗FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA TEMAN-TEMAN JANGAN LUPA VOTE AND KOMENTNYA❗❗ Blurb: Namanya Mentari Gebri Crosthrel, gadis cengeng yang begitu ceroboh, b...