17.-Sinarnya Mentari atau Gelapnya Rembulan?

79 47 5
                                    

Assalamualaikum semuaaa!! Jumpe lagii, gimana kabarnya?
Udah siap baca lovely 21 day?

SEBELUM BACA ALANGKAH BAIKNYA DIVOTE DULU MWEHEHE.

HAPPY READING ALL!

☆☆☆

Setelah Gavin menelpon papa dan mamanya,iya Kedua orangtuanya yang harus dia beritahu terlebih dulu bukan? Tetapi karna sudah terlalu panik, Gavin sempat lupa memberitahu kedua orangtuanya.

Mama dan papanya sedang berada di luar kota sekarang,mengurus pekerjaan,karena itu kemanapun Gavin pergi, Mentari akan mengekorinya. Tapi lain kali Gavin akan lebih berhati-hati dalam menjaga adiknya itu.

Iya Janji tidak akan mengulangi kesalahannya yang sama, Gavin berjalan mendekati brankar Mentari sekarang, menarik selimut adiknya menutupi sampai lehernya,mengubah bantal leher yang sudah bergeser ke samping.

Mengangkat kepala Mentari dengan hati-hati,membenarkan posisi bantal dan menidurkannya lagi,Gavin mencium kening mentari sekilas.

"Maafin Gue" Sesal Gavin,yang begitu menyayangi adiknya.

☆☆☆

Rangga baru saja sampai di rumah pukul 00.23 malam, sepulang dari rumah sakit dia tak langsung pulang ke rumah, melainkan kerumah Gilang dulu, mengambil gitarnya yang ketinggalan,dan bercengkerama sebentar dengan Kevin dan Radit yang juga ikut bersamanya.

Rangga berdiri didepan pintu Rumah, semua lampu sudah padam.menandakan bahwa penghuni Rumah sudah tidur.

"Den" panggil asisten rumahnya, yang terkadang membantu Bundanya di rumah dan menemani Bundanya.

"Astaghfirullah" ucap Rangga kaget seraya mengelus dadanya.

"Eh bibi ngagetin ya,maaf den" ujar bibinya terkekeh melihat Rangga yang kaget.

"Gak apa-apa bi, bibi udah mau pulang?"Tanya Rangga melihat bibinya yang sudah bergegas ingin pulang.

"Iya den,Aden masuk aja udah malam"

"Bunda udah tidur? "Tanya Rangga memastikan.

Bibi menggangguk singkat "sudah Den"

"Bibi di jemput atau pulang sendiri?"Tanya Rangga lagi.

"Ituh udah dijemput" Tunjuk Bibinya ke arah gerbang.

"Yaudah Den bibi pulang dulu"

"Bibi hati-hati ya"Ucap Rangga menyalami bibinya.

Bibinya tersenyum, dan langsung bergegas ke arah gerbang , Rangga sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, Rangga yang sopan membuat bibinya Sayang terhadapnya. Terhitung sudah lama sekali bibinya bekerja menjadi asisten Rumahnya,sewaktu kakaknya Rangga, Gio, masih kecil. Bahkan Rangga belum lahir.Tetapi sekarang bibinya akan datang jika bunda yang memanggilnya.

Rangga pun masuk Dengan perlahan karna pintu rumah belum di kunci, dia membuka pintu dengan hati-hati Dan langsung masuk ke dalam rumah.
CEKLEK!

Lampu Ruangan Tamu menyala,Rangga menatap ke arah saklar lampu yang ternyata bundanya sudah berdiri dengan tatapan tak bersahabat.Rangga nyengir dan melangkah mendeketi bundanya.

"Bun... Aduh aduh bun.. Ampun" ujar Rangga memelas saat bundanya menjewer telinganya,sebelum Rangga sempat menjelaskan alasannya.

"Bun, aduh.. Itu tadi Rangga ke rumah Gilang dulu bun, ambilin gitar"

LOVE 21 DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang