Chap 24. Semangkuk Bakso

3 1 0
                                    

Bel istirahat kedua berbunyi nyaring di speaker yang ada di setiap lorong kelas. Sontak, hal itu membuat seluruh siswa dan siswi di salah satu SMA terbaik segera berhambur keluar kelas dan menuju kantin yang sudah menyediakan banyak menu makanan untuk diperjual belikan.

Tapi, berbeda dengan sosok perempuan dengan iris mata coklat  yang sangat jarang mengunjungi kantin. Terakhir ia pergi ke kantin saat dipaksa oleh kedua temannya, lalu bertengkar kecil dengan seorang laki-laki yang menemuinya di Karuna's Caffe dan berujung ada di ruang kepala sekolah yang menawarkan perihal perlombaan ujung tahun.

Alisha mengemasi alat tulis yang barusan ia pakai setelah pelajaran biologi. Ia menaruhnya di bawah meja dengan susunan yang rapi. Ia sedikit berbalik badan, mengambil earphone dari dalam tas dan langsung memakainya setelah ia memilih lagu yang akan ia dengarkan melalu handphone nya. Hal seperti ini, akan Alisha lakukan ketika kakinya malas bergerak ke taman belakang sekolah untuk melihat bunga-bunganya.

Alisha menyandarkan tubuhnya pada kursi, ia memejamkan matanya. Menikmati alunan musik yang hanya mampu ia dengar sendiri. Kelas sudah sepi, hanya ada Alisha dan beberapa temannya yang masih bersiap menuju kantin.

Derap langkah kaki terdengar menuju ke tempat Alisha berada. Ada dua perempuan sepantaran Alisha mendaratkan bokongnya di bangku depan Alisha. Mereka memandang Alisha dengan malas. Alisha selalu seperti ini, sendiri disaat sedang beramai-ramai.

"Alishaaa." Nisya, teman Alisha yang sering mengajak Alisha ke kantin berteriak kecil.

Alisha tidak menyahut dan tetap diam, mau tidak mau membuat Shella yang ada disamping Nisya melepas earphone yang sedang Alisha pakai. Katakan saja tidak sopan, tapi inilah cara yang mudah agar Alisha langsung membuka matanya.

Alisha yang sedang mendengarkan musik jelas kaget karena gerakan mengambil earphone yang tiba-tiba. Ia membuka matanya, melihat sudah ada dua gadis tengah tersenyum lebar kearah nya.

"Ganggu."

Dua gadis itu langsung merenggut sebal kala mendengar satu kata yang terucap dari mulut Alisha.

"Kok ganggu sih, kita kan niatnya baik tauu."

"Kantiin yuuk Aall." Ajak Nisya bersemangat. Ia menghentakkan meja agar semangat nya menular pada Alisha.

Alisha menggeleng kaku, kembali memakai earphonenya. Tapi langsung terhenti ketika Shella merebutnya dan menyembunyikan di balik tubuhnya.

"Perut lo terbuat dari apa si Al. Istirahat pertama lo cuman ke taman dan gak beli makanan apapun. Sekarang waktunya jam makan siang tapi lo gamau makan jugaa. Sumpah sih Al, kalo lo sakit gimana ha?!"

Alisha memandang Shella polos yang sedang berbicara tanpa jeda. Alisha tidak membantah, ia juga tidak mengerti pada dirinya sendiri, mengapa ia sangat malas pergi ke kantin untuk sekedar mengisi perutnya.

"Gue males."

"Dan gue lebih males ngedenger lo ngomong kata M.A.L.E.S."

Alisha mengulurkan tangannya. "Siniin earphone gue."

Shella menggeleng keras. Malah ia memasukkan earphone di bawah meja depan meja Alisha.

"Ngga. Sebelum lo ikut makan."

Alisha tidak mengiyakan ajakan mereka berdua. Tidak ada yang ia lakukan selain menelungkupkan kepalanya pada meja.

Sontak gerakannya membuat Nisya dan Shella memutar malas bola mata mereka.

"Aalll." Panggil mereka kompak.

"Apaasii." Alisha menjawab dengan posisi yang tidak ia ubah.

"Ayook kantiin." Nisya menarik kecil lengan Alisha. Tapi tentu gerakannya tak membuat Alisha luluh.

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang