Dibalik daun liar yang tumbuh menghalangi puluhan tulip yang tidak diketahui oleh siapapun selain pemiliknya. Alisha memandang bunga-bunga itu dengan senyum menghiasi bibir tipisnya. Beruntung, sampai detik ini tidak ada siapapun yang mengetahui keberadaan bunga-bunga ini. Sampai hingga saat ini, bunga-bunga ini yang menjadi teman Alisha dan tempat Alisha menenangkan diri.
"Alisha?"
Suara itu terdengar lembut, namun belum mampu membuat orang yang dipanggil bergeming sedikitpun. Alisha tidak langsung menyahut, ia terdiam beberapa saat. Suaranya tampak tidak terlalu asing, Alisha seperti tahu suara ini bahkan mengenalnya. Tapi, suara ini sudah lama tidak ia dengar. Hingga mungkin.. Ia melupakannya.
"Kamu Alisha kan?" Tanyanya memastikan.
Alisha yang memunggunginya belum juga berbalik menghadapnya. Gadis itu seperti membisu kala suara lembutnya menembus gendang telinga gadis itu.
Badan Alisha bergetar hebat kala mendengar suara kedua dari orang itu. Ingatannya tak mungkin bohong, jelas suara ini adalah suara yang ia rindukan beberapa tahun belakangan ini.
Sesaat, tubuhnya melemas. Jiwanya seperti terlempar ke masa lalu. Ia berbalik, iris matanya langsung menangkap seorang perempuan berpakaian rapi sedang tersenyum kearah nya.
"Bu Cinta?" Lirih Alisha. Masih tidak percaya bahwa orang dihadapannya adalah guru terbaiknya semasa ia sekolah menengah pertama.
Bu Cinta, orang yang disebut Alisha mengangguk. Ia mendekat kearah Alisha dan langsung memeluk erat tubuh mungil gadis berseragam rapi itu. Ia tahu, Alisha masih terlalu kaget untuk lebih dulu mengejar dan memeluknya. Ini terlalu berat bagi Alisha. Makanya, ia yang akan memeluk Alisha lebih dulu dan mengatakan salam kerinduan selama beberapa tahun mereka tak saling jumpa.
"Apa kabar? Murid kesayangan ibu." Tanya Bu Cinta lembut, sangat sangat lembut hingga terdengar seperti bisikan.
Alisha masih diam, alam bawah sadarnya belum juga menangkap dengan cepat kejadian yang baru ia alami selama beberapa detik ini. Matanya berkaca-kaca, sudah jelas ia menahan mati-matian agar air matanya tidak luruh.
Masih dalam posisi memeluk, Bu Cinta mengelus punggung kecil Alisha dengan teramat sangat lembut. Hingga beberapa detik pelukannya mendapat balasan. Alisha membalas pelukannya, tak kalah erat dengannya.
Adegan peluk memeluk itu, bertahan selama belasan detik. Hingga Bu Cinta lah yang melepaskan pelukan hangat mereka. Bu Cinta menyentuh permukaan wajah Alisha yang lembut. Tidak ada ulasan make up tebal yang menempel disana, yang ada hanyalah lentik bulu mata yang mengerjap polos. Ekspresi wajah Alisha sangat datar, tapi Bu Cinta yakin hati Alisha bertolak belakang dengan ekspresi wajah yang ia tampilkan.
Alisha tak seperti kebanyakan gadis lain diluar sana yang akan menangis jika berjumpa kembali dengan orang yang mereka sayangi. Alisha akan tetap sama, tetap diam tak berekspresi meski matanya sudah memanas.
Bagi Alisha, Bu Cinta bukan hanya guru biasa yang hanya memberi ilmu materi padanya. Bu Cinta lebih dari itu. Hingga mungkin Alisha bisa mengatakan, Bu Cinta memiliki peran penting baginya. Lebih dari orangtuanya.
Bu Cinta melirik ke belakang Alisha. Ia tersenyum melihat bunga tulip yang bermekaran dengan berbagai warna. Ia menghampirinya, berjongkok dan menyentuh salah satu bunga berwarna kuning yang ada disana.
"Ternyata kamu sampe sekarang masih suka nanem bunga di sekolah ya." Kata Bu Cinta, ia melihat Alisha yang juga berjongkok disebelahnya.
"Ibu kok ada disini?" Alisha mengalihkan tanya Bu Cinta. Ia sudah berada di alam bawah sadarnya. Meski mengucapkan beberapa patah kata masih kelu di lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Novela JuvenilKita, hanyalah remaja yang seharusnya menikmati hari dengan tawa. Kita, diciptakan untuk memulai, bukan mengakhiri. Kita, adalah sebagian dari makhluk bumi yang mengharapkan kedamaian dari apa yang sudah terjadi. Sekuat apapun melawan, goresan lu...