Aksa beberapa kali mengusap wajahnya tidak percaya. Bagaimana tidak, berita sekolah tentang Alisha baru juga mereda. Tapi kini gadis itu duduk di salah satu kursi kantin, berhadapan dengan Kania. Gadis yang sekarang membuat Alisha dikenal hampir satu sekolah.
Mereka duduk berhadapan. Fokus dengan makanan masing-masing. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan makan siang mereka. Meski bisik-bisik orang lain sampai ke telinga mereka, tidak membuat dua gadis itu bereaksi. Terutama Alisha, merasakan bagaimana mendengar bisikan ketidaksukaan kepadanya.
"Mental Alisha kuat banget dah. Diomongin juga tetep diem." Dani berucap.
Aksara dan keempat temannya. Yang biasa meramaikan kantin. Kini lebih tertarik memerhatikan dua orang perempuan yang sangat bertolak belakang itu, saling diam tapi aura permusuhan yang Kania lakukan tersirat jelas.
"Alisha bego apa gimana sih. Bukannya lawan kek apa kek." David ikut kesal. Andai saja itu dirinya, sudah pasti orang yang membicarakan dirinya akan tunduk padanya sekarang juga.
Tapi diantara percakapan keempat orang itu, kecuali Aksa yang sedari tadi diam fokus memerhatikan mereka.
Kania dengan sengaja menumpahkan jus semangkanya pada seragam Alisha. Yang mana hal itu, membuat seisi kantin menatap tidak percaya.
"DIA PENJAHAT! DIA YANG UDAH NGERUSAK HIDUP GUE! " Kania mengepal tangannya emosi. Gadis itu berdiri. Menunjuk Alisha yang tidak melakukan perlawanan, masih terus saja fokus pada makanannya. Meski tangannya terlihat bergetar hebat.
Bukan karena takut. Alisha justru menyalahkan monolog ketakutannya yang benar terjadi.
"Gue benci banget sama lo Alisha! Lo harus mati!!" Kania hendak menjengut rambut Alisha, tapi pergerakan tangannya tertahan dengan kehadiran Aksa secara tiba-tiba.
"Lo keterlaluan Kania." Aksa berkata pelan. Tepat hanya di telinga Kania. Ia menahan Kania yang hendak berontak.
"Semuanya keluar! Dalam hitungan tiga gaada yang keluar gue tendang satu-satu!"
Bagai Sang Baginda yang menyuruh pasukannya. Satu persatu penghuni kantin keluar secara tergesa-gesa. Untungnya, keempat sahabat Aksa ikut membantu orang-orang itu agar segera keluar. Hingga dalam hitungan menit semuanya sudah keluar. Menyisakan mereka bertiga di ruangan beraroma makanan ini.
"Lepas Aksa! Maksud lo apa?!" Kania berusaha melepas pergelangan tangannya. Tapi nihil, tatapan Aksa nyaris seperti akan membunuhnya. Hingga pada akhirnya, ia hanya dapat menghela napasnya kasar.
"Harusnya gue yang nanya, maksud lo apa?!"
Selama Kania mengenal Aksa. Dapat Kania pastikan, bahwa ini pertama kalinya Aksa membentaknya.
"Gue udah bilang ini bukan urusan lo! Lo gausah ikut campur!" Sarkas Kania. Dengan segenap kekuatan yang ia punya, Kania berhasil melepas pergelangan tangannya yang dicekal Aksa.
"Tapi lo bikin suasana jadi gaenak! Semua orang jadi benci Alisha!"
"Itu yang gue mau!"
Aksa menatap Kania tidak percaya. Melihat kilatan emosi dari netra milik Kania, membuatnya tidak tahu harus berkata apa.
Ia melihat kearah Alisha. Gadis itu, masih setia dengan makananya yang tinggal tersisa sedikit. Jika saja Aksa tidak menarik piring makanan milik Alisha, jelas Alisha tetap tidak akan peduli.
"Alisha. Lo ga bisa diem aja." Aksa mengontrol napasnya. Berusaha meredakan emosi agar hal buruk tidak terjadi.
Alisha hanya melirik pelan. Melihat dua orang dihadapannya yang mana membuat Alisha ingin segera pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Teen FictionKita, hanyalah remaja yang seharusnya menikmati hari dengan tawa. Kita, diciptakan untuk memulai, bukan mengakhiri. Kita, adalah sebagian dari makhluk bumi yang mengharapkan kedamaian dari apa yang sudah terjadi. Sekuat apapun melawan, goresan lu...