Chap 1. Tawuran

119 19 13
                                    


"SERAAANG!!!” Teriakan dari berbagai jenis suara terdengar riuh membelah kesunyian siang ini. Suara – suara yang beradu menjadi satu itu seolah menyimbolkan hasrat kebencian, yang takkan selesai walau berkali kali mereka beradu fisik.

Hari ini, tepatnya siang ini pukul 12.15 WIB. Kembali diadakannya tawuran antar dua SMA berbeda yaitu SMA Langit dan SMA Gemintang. Dan tak heran, kali ini mereka bertawuran karena masalah sepele. Masalahnya tidak jauh-jauh dari perlombaan basket antar sekolah tempo hari. SMA Gemintang kalah dari SMA Langit. Karena tidak terima, SMA Gemintang menantang SMA Langit untuk bertawuran. Perihal sederhana yang membawa rasa kebencian itu menjadi sukma tak ingin terkalahkan.

SMA Langit berlari dari arah Barat, dan SMA Gemintang berlari dari arah Timur. Mereka beradu menjadi satu, saling pukul memukul tak memberi ampun. Dan berusaha menang tak mau menjadi yang kalah. Rasa benci itu, sudah tertanam dalam diri mereka yang takkan berujung. Kecuali perdamaian dan ketulusan hati yang mampu menghilangkan perasaan itu.

Bughh! Bughh!

Mereka terus beradu, meski lebam tercetak jelas di wajah masing-masing. Sampai detik ini belum ada yang tumbang meski jatuh sudah berkali kali mereka rasakan. Alasannya satu, masing-masing diantara mereka tak mau ada yang kalah. Karena menjadi pemenang selalu menjadi hal utama dalan sebuah pertarungan. Entah apa taruhannya, akan ada yang dikorbankan dan resiko yang harus diterima.

“Kalau udah kalah, kalah aja!” Suara itu menggema diantara suara pukulan dan tonjokan yang ada. Membelah ramainya riak yang sengaja mereka ciptakan. Hingga akhirnya suara itu dapat menghentikan aksi yang ada di sana. Mungkin, sang teman dari suara itu akan merasa senang. Tapi sang lawan, merasa terhina karena sudah terkalahkan. "Harus bisa menerima kekalahan. Kita menang bukan karena curang, tapi karena bisa."

Dan ucapan itu, mampu membangunkan amarah dari sang lawan.“LO CURANG, SEKOLAH LO CURANG. KITA TAU SMA KALIAN ITU GAAKAN BISA MENANG!” Itu sumber suara dari salah satu anak SMA Gemintang. Menyuarakan dengan penuh emosi. Bukan, bukan emosi. Melainkan kebencian. Karena apapun alasannya, mereka tidak terima. Mereka tidak ingin kalah. Sungguh.

“KALO KITA GA BISA MENANG, KENAPA KEMAREN KITA MENANG?!” Kali ini salah satu salah satu anak Langit berbicara. Suaranya yang lantang mampu membuat anak Gemintang bisu selama beberapa saat. Lidah mereka seakan kelu, tidak tahu harus mengucapkan apa.

“KARENA LO SEMUA CURANG! PENGECUT!” Ketika sudah tidak ada yang bisa dijadikan suatu bentuk omongan yang bisa membisu, mereka kembali berkata seperti itu . Bukan tanpa alasan, anak Gemintang sengaja terus menerus mengucapkan kata 'curang', karena hanya satu yang mereka inginkan, anak Langit emosi. Iya, Anak Gemintang hanya ingin melihat emosi para Anak Langit tumpah ruah sampai hal itu bisa dijadikan alasan untuk kemenangan mereka. Dan benar saja, terbakar emosi mendengar suara itu, anak Langit berniat akan menyerang lagi, tapi tiba tiba salah satu anak Gemintang kembali berbicara. Itu bukan siswa biasa yang ikut tawuran, melainkan kapten dari SMA Gemintang. Raza namanya.

“MANA? MANA KAPTEN LO YANG SOK JAGO ITU? MANA KAPTEN LO YANG BIASA DIBANGGAIN ITU? KEMANA DIA GAIKUT TAWURAN? TAKUT? HAHAHA!” Pemuda itu berkata lantang dengan intonasi suara yang cukup tinggi sampai suaranya terdengar serak, lantas ia tertawa sepuasnya seakan kemenangan telah menjadi miliknya. Apa yang ia harapkan kini di depan matanya, tinggal selangkah lagi menghancurkan anak Langit tanpa sang kapten itu. Bukan hanya musuh, baginya, kapten anak Langit adalah manusia yang dikirim Tuhan untuk menghancurkan hidupnya. Tidak peduli karena apa ia terjatuh, kapten anak Langit lah yang ia salahkan atas semua yang terjadi di hidupnya.

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang