Diantara banyaknya manusia yang berada di gedung ini, tidak ada satupun yang menarik perhatian Alisha. H-1 menuju puncak acara ulang tahun sekolahnya. Jelas para panitia juga yang terlibat sedang sibuk-sibuknya. Seperti pengumuman panitia kemarin, bahwa setiap kelas wajib mengadakan bazar, mau berbentuk makanan atau barang sekalipun.
Jelas hal itu membangun keantusiasan dari berbagai kelas, termasuk kelasnya. Tapi tidak dengan dirinya, ketika teman sekelasnya sedang sibuk memikirkan apa yang akan dijual di bazar mereka. Alisha hanya mengangguk menyetujui pendapat siapapun dan memilih pergi dari kelas menuju tempat favoritenya. Taman belakang sekolah
Tapi ketika bel pulang berbunyi, seperti kebanyakan orang yang merasa senang akan suara yang dinantikan itu. Alisha sama hal nya dengan yang lain, segera mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas.
Di lapangan, banyak sekali tenda-tenda bazar yang sudah berjejer. Panggung untuk acara pun nampaknya sudah siap. Tinggal menunggu waktunya saja.
Acaranya akan diadakan nanti malam, puncaknya ulang tahun sekolah mereka adalah konser musik yang wajib diadakan tiap tahun dengan tema yang berbeda.
Tanpa rasa tertarik bergabung dengan temannya atau sekedar mengabadikan moment yang hanya satu tahun sekali diadakan ini, Alisha melangkah begitu saja meninggalkan sekolah.
Berbeda dengan kelima laki-laki yang nampak heboh mempersiapkan bazar kelas mereka. Meski tidak tahu apa yang dijual, nampaknya mereka menikmati dan merusuh sendiri.
"Woi elah jangan di pajang disitu ga keliatan." Aksa menunjuk salah satu gantungan kunci yang ditaruh di belakang beberapa tumbler.
"Dimana anying, kagak ada tempat lagi." Dani menggaruk kepalanya, cukup membingungkan menata aksesoris yang telah dibeli teman perempuannya.
"Menurut gua ya, mending di taro di baskom dah. Biar orang-orang milih sendiri." Adi memberi saran.
"Kagak baskom juga, keranjang kali." Arka membetulkan.
"Nah itu."
"Mana, mana keranjangnya." Aksa fokus mencari keranjang di bawah meja. Sengaja ia mengusir teman-teman perempuannya yang telah membeli ini semua. Mempercayakan pada mereka bahwa ia dan teman-temannya akan menata sebagus dan sebaik mungkin.
"Ini siapa dah, ngapa di cuci banyak banget sama Si Dewi." David memegang salah satu polaroid berisi boy band Korea yang banyak digemari kaum perempuan, terutama teman kelasnya.
"Itu artis korea, masa lu kagak tau." Kata Arka memberitahu.
"Ngapa ada disini, mening pasang poto gue."
"Lu kagak cakep, kagak ada yang mau." Ucap Aksa, membuat David mendecih pelan.
"Sa, ntar malem lo datang kan?"
"Dateng, gile aja lu gue udah mahal mahal beli tiket."
"Nah bagus."
"Eh btw, Raza dateng kagak ya?" Tanya Arka tiba-tiba.
"Pasti lah, tiap ada acara juga dateng. Padahal kaga di undang."
"Ngapa si seneng banget datang kesini, kita aja jarang dateng ke sekolahnya."
Jika diingat-ingat, Raza memang sangat sering datang ke acara sekolah mereka. Dan berakhir membuat keributan.
"Kalo ntar malem nyari ribut?"
"Jangan diladenin." Kata Aksa, tangannya masih saja sibuk memindahkan gantungan kunci pada sebuah keranjang kecil.
"Lah tumben?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Teen FictionKita, hanyalah remaja yang seharusnya menikmati hari dengan tawa. Kita, diciptakan untuk memulai, bukan mengakhiri. Kita, adalah sebagian dari makhluk bumi yang mengharapkan kedamaian dari apa yang sudah terjadi. Sekuat apapun melawan, goresan lu...