Chap 12. Hujan di Pusat Kota

23 5 0
                                    

"Gue seneng sih jamkos, itu artinya gue bisa bolos. Tapi sekarang kenapa gue malah di kurung di sekolah."

"Tau tuh, pen ngopi nih gue dari tadi."

"Lagian guru-guru prepare banget sih jagain gerbang belakang sekolah."

"Emang ini acara penting banget apa?"

"AAHH GUE PENGEN NGOPII ANJIIRR!!"

Ya, begitulah suara rengekan Aksa dan ketiga temannya. Sesuai yang dikatakan Pak Joko tadi, hari ini mereka jam kosong sampai jam pelajaran terakhir karena akan ada acara perpisahan Pak Joko, dilanjut acara makan-makan bersama mengingat ini terakhir Pak Joko berada di sekolah ini.

Acaranya akan di mulai pukul 11.00 siang, sekarang baru jam 10.25. Masih setengah jam lagi Aksa dan teman-temannya harus menunggu. Jangan mengira Aksa akan mengikuti acara perpisahan Pak Joko, itu tidak mungkin terjadi. Nanti, ketika acaranya sudah di mulai. Aksa dan teman-temannya akan bersembunyi di tempat yang aman. Paling-paling belakang pohon.

Awalnya mereka senang karena kesempatan mereka bolos terbuka lebar. Namun ekspetasi tidak sesuai realita, gerbang belakang sekolah tempat mereka membolos dan memanjat gerbang ketika kesiangan sudah dijaga ketat oleh tiga satpam sekolah mereka. Apalagi di gerbang ada kertas dengan tinta yang bertuliskan, 'DILARANG BOLOS!! INI ACARA SAKRALL! APALAGI AKSARA LANGIT WIRAGUNA DAN TEMAN-TEMANNYA YANG MEMBOLOS!!'

Aksa sempat dibuat melongo dengan tingkah guru-gurunya. Acara sakral apaan, paling juga sambutan kepala sekolah, pengucapan terimakasih dari Osis, dan juga ucapan terakhir Pak Joko. Jika harus berpanas-panasan seperti itu sih Aksa sangat malas, lebih baik ia ngaso di warung belakang sekolah sambil menikmati indomie dan es teh manis.

"Tuh satpam kenapa ga pergi-pergi sih, nurut banget sama guru-guru suruh jagain gerbang belakang!" Kata Aksa judes, tangannya dijadikan bantalan kepalanya, juga kaki kanannya yang bertopang pada kaki kirinya, rebahan santuy di rumput yang InsyaAllah bersih. Ya, sekarang ini Aksa dan keempat temannya sedang berada di taman belakang sekolah bersama keempat temannya. Awalnya mereka akan nongkrong di kantin, tapi dikarenakan takut uang mereka habis karena banyak makanan yang menggugah selera, mereka mencari aman saja.

"Tau tuh anjir, seneng banget ngeliat kita kesusahan ga bisa keluar sekolah!" Ujar Arka seraya mengganti posisinya yang tadi tengkurang menjadi menyamping mengadap ke arah Aksa. Mereka semua memang sedang rebahan santai di rumput yang terlihat bersih. Emang jiwanya rebahan, dimana aja nemu tempat bersih pasti bawaannya ingin rebahan. Tadinya setelah mengurungkan niat untuk tidak ke kantin, mereka berniat akan rebahan di uks sembari wifian. Namun, melihat uks ramai oleh orang-orang yang pura-pura sakit, mereka kembali mengurungkan niat. Sepertinya taman belakang sekolah menjadi pilihan terbaik ketika mereka harus menggagalkan rencana untuk bolos.

"Panas-panas gini enak minum es teh manis nih. Cuman di kantin mahal harganya lima rebu, kalo di wabeko cuman tiga rebu." Adi berkata lesu, sedari tadi mereka terus membayangkan wabeko wabeko dan wabeko. Indomie wabeko lah, es teh manis wabeko lah, atau nasi goreng wabeko. Oh ya, wabeko adalah singkatan dari warung belakang sekolah, warung yang menjadi tempat perkumpulan dengan teman satu gengnya. Mereka tidak punya panggilan khusus untuk warung itu, jadilah mereka menyingkat kata warung belakang sekolah menjadi wabeko.

"Iya anjir, gue daritadi ngebayangin gorengan di wabeko." Kata David sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan daun berguguran yang berukuran cukup besar. Cuaca memang cukup trik, tak heran mereka semua merasa kepanasan apalagi berada di rumput, untungnya rumput yang mereka tempati tertutup oleh pohon yang cukup rindang. Sehingga panas yang menjalar dari sinar matahari tidak begitu terasa langsung ke wajah mereka.

Oh ya, jangan tanyakan Dani ada dimana. Pria yang kemarin baru menang bermain PlayStation itu sedang tidur diatas rumput dengan pulasnya, kepalanya ia tutupi dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya ia jadikan sebagai bantalan. Dani tak menghiraukan ocehan teman-temannya karena tak bisa bolos. Kalaupun ia tidak bisa tertidur di wabeko atau uks, ia masih bisa tidur diatas rumput. Yang penting kan tidur.

KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang