"Gue yakin lo ga sebaik itu, Alisha. Lo pasti pernah buat masalah. Iyakan?" Ucap Aksa lantang ketika mereka sudah keluar dari ruang kepsek. Mereka berada di koridor yang menghubungkan antara kelas IPA dan kelas IPS. Bedanya kelas IPA belok kanan dan kelas IPS belok kiri.Alisha yang sedang berjalan di depan Aksa menghentikan langkahnya ketika mendengar suara nyaring Aksa. Alisha berbalik dan menghampiri Aksa yang tak jauh darinya.
"Kalo emang gue ga sebaik yang lo kira. Kenapa lo malah nanya padahal lo tau jawabannya?" Jawab Alisha dengan smirk yang terkesan dingin. Moodnya kali ini sedang hancur, ia tak ingin orang lain yang menjadi sasaran kehancuran moodnya.
Aksa melihat raut wajah Alisha yang berbeda sejak di ruang kepsek tadi. Entah apa yang terjadi pada perempuan ini, Aksa tidak tau. Dan Aksa ingin tau.
"Tapi kenapa lo keliatan ketakutan pas Pak Deni manggil kita? Bukan harusnya lo biasa aja kalo emang lo pernah buat masalah?"
"Karena gue bukan orang yang biasa buat masalah dengan keributan abis itu gue di hukum, dan gue gasuka ketika ada yang tau apa masalah gue." Alisha diam sebentar, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Gue emang bukan orang baik, gue emang manusia biasa yang pernah buat masalah. Tapi asal lo tau, gue punya alasan." Alisha menghembuskan nafasnya gusar, ia memandang langit-langit koridor sambil menetralkan nafasnya yang sedari tadi memburu. Rasa bersalah tiba-tiba menghantuinya, tidak seharusnya ia mengatakan itu.
Demi apapun, Aksa ingin tahu apa yang dimaksud Alisha. "Alasannya?"
"Udahlah, gausah dibahas lagi. Gue ke kelas dulu, bye." Alisha menepuk pelan bahu Aksa sembari melengkungkan senyumnya. Alisha pergi meninggalkan Aksa menuju kelasnya sementara Aksa masih berdiam di tempatnya tadi.
Aksa memandang punggung Alisha yang mulai menjauh. Aneh, Alisha memang aneh. Gadis itu pintar mengatur wajahnya. Tadi marah-marah, terus tadi mukanya dingin. Dan sekarang? Tersenyum hangat pada Aksa?
"Aghh." Aksa mengacak rambutnya sebentar dan pergi menuju kelasnya. Alisha bukan urusannya, ia tak perlu memikirkan apapun tentang Alisha.
****
Deruman puluhan motor terdengar nyaring di parkiran sekolah. Waktunya semua siswa meninggalkan sekolah dan kembali pada esok hari. Aksa bersama semua geng nya menyalakan motor secara bersamaan dan menjalankannya secara bersamaan.
Aksa memimpin di depan, diikuti beberapa teman-temannya di belakang dan sisanya di paling belakang. Ketika sudah jauh dari area sekolah, Aksa memberhentikan motornya. Ia menoleh kearah teman-temannya, memberi isyarat pada teman-temannya melalui gerakan badannya. Setelah itu Aksa kembali menjalankan motornya.
Di perempatan jalan, Aksa berbelok kearah kiri. Bukan, Bukan jalan menuju rumahnya, melainkan jalan menuju tempat ia menenangkan diri. Tempat ia bersenang-senang dengan teman-temannya. Dan tempat yang memang diharamkan, tapi sering ia kunjungi.
Setelah sampai, Aksa memarkirkan motornya di parkiran yang masih terlihat lengang karena mungkin biasanya orang-orang berkunjung kesini di malam hari.
"Sa, kenapa harus pulang sekolah sih?" Tanya David yang memarkirkan motornya di sebelah Aksa.
"Iya, kenapa ga malem aja?"
"Malem gue gabisa. Kalo mau pulang ya pulang aja." Ucap Aksa seraya turun dari motornya dan meninggalkan teman-temannya.
Aksa memasuki ruangan yang penuh dengan lampu kelap-kelip serta dentuman musik yang terdengar kencang. Ya, sekarang Aksaa berada di sebuah club. Tidak setiap hari ia berkunjung kesini, hanya sewaktu-waktu saja. Dan sekarang, waktunya Aksa berkunjung disini. Suasana club kali ini masih terbilang sepi, hanya ada beberapa orang saja yang ada disini. Dan Aksa bersyukur, karena ini masih sore jadi belum banyak wanita-wanita malam yang ada disini. Setidaknya tak ada yang menganggunya.
Aksa duduk di kursi paling ujung, menunggu salah satu temannya yang sedang memesan satu botol minuman berjenis alkohol tapi dengan kadar alkohol yanh rendah. Arka, David, Dani dan Adi duduk di dekat Aksa dan memulai obrolan bersama teman-temannya yang lain. Terkadang mereka tertawa karena lawakan dari salah satu antara mereka. Aksa yang sedari tadi diam, mulai ikut mengobrol dan sesekali berbuat konyol hingga menimbulkam tawa dari yang lain.
Lalu mereka meminum satu gelas secara bersamaan. Mereka tidak akan minum dengan jumlah yang banyak, mereka paling minum maksimal dua gelas saja. Satu gelas perorang itu sudah sangat cukup bagi mereka.
Perlu diingat, Aksa dan teman-temannya tetap mematuhi ajaran agamanya masing-masing meski terkadang mereka khilaf.
"HAHAHA!!" Mereka tertawa bersama melihat aksi konyol dari Adam salah satu teman mereka, tak memedulikan dimana sekarang mereka berada meski banyak pelayan yang juga ikut tersenyum melihat tingkah mereka. Bersama teman terkadang membuat mereka tak kenal tempat dan waktu. Berbuat gila pun rasanya tak malu.
Aksa bersyukur punya teman-teman seperti temannya yang sekarang ini. Setidaknya mereka bisa membuat Aksa tahu apa yang dinamakan kesolidaritasan.
****
Malam itu komplek di salah satu perumahan elit terbilang sangat sepi. Mungkin, orang-orang yang tinggal disitu lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, atau mungkin ketika sedang ada di rumah lebih banyak di dalam rumah.
Aksara, salah satu penghuni komplek elit tersebut sedang duduk manis di balkon kamarnya seraya menghisap rokok yang ada di tangannya. Aksa memandang jalanan kompleknya yang sepi. Setelah tadi bersenang-senang bersama teman-temannya, kini Aksa sudah berada di rumahnya.
Aksa mengambil ponsel yang ia taruh disampingnya. Ponsel itu terus bergetar menandakan banyak pesan yang masuk.
WhatsApp 270
Line 576
Instagram 134Aksa membuka aplikasi line. Dilihatnya banyak pesan grup dengan teman-temannya. Aksa tertawa pelan ketika membaca isi chat itu. Tak lupa ia juga membalas pesan di grup itu walau hanya singkat saja. Ia heran, banyak perempuan yang mengaguminya dan juga teman-temannya. Katanya mereka adalah cowok cool dan keren seperti di novel-novel, padahal kalau diceritakan isinya bobrok semua.
Aksa kembali menaruh hpnya. Ia melihat arloji yang melingkar di lengan kekarnya. Sudah pukul 21.32, Aksa diam sebentar, lalu bangkit dan ia keluar dari rumahnya.
Di jam yang sama, dan di waktu bersamaan. Alisha tengah berkali-kali mencoba memejamkan matanya yang tak kunjung bisa tidur. Sudah hampir setengah jam ia mencoba untuk tidur, tapi nyatanya sampai sekarang Alisha masih sadar dan belum bisa merasakan tidur nyenyak.
"Kenapa sih," Gerutu Alisha, ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju balkon kamarnya. Jalanan masih terlihat macet oleh lalulalang yang belum sampai di rumahnya. Pusat Ibukota masih ramai oleh orang-orang yang sedang menikmati malamnya.
Alisha melihat jam di ponselnya. Belum terlalu malam, Alisha kembali masuk ke kamarnya dan mengambil hoodie yang tergantung di pinggir lemari. Lalu Alisha keluar dari apartment nya dan berjalan cepat menyusuri lorong kosong apartement yang sudah lama ia tinggali.
Alisha duduk di sebuah taman dekat apartment nya. Taman ini dekat jalan raya, sehingga banyak lalulalang kendaraan yang terlihat. Menghembuskan nafas perlahan, menikmati semilir angin yang menerpa, dan sedikit memeluk diri sendiri karena angin yang terasa menusuk di sekujur tubuh.
Saat Alisha sedang menikmati suasana malam dan sibuk dengan pikirannya. Sebuah suara yang sangat familiar memanggil pelan namanya. Lantas, Alisha langsung mencari sumber suara. Benar, Alisha bisa menebak siapa pemilik suara itu.
"Apa kabar, Alisha?"
______________________________________
Maaf, part ini emang gajelas soalnya aku lagi males
13.12 WIB
18 April 2020❤❤-Nazwazz
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Teen FictionKita, hanyalah remaja yang seharusnya menikmati hari dengan tawa. Kita, diciptakan untuk memulai, bukan mengakhiri. Kita, adalah sebagian dari makhluk bumi yang mengharapkan kedamaian dari apa yang sudah terjadi. Sekuat apapun melawan, goresan lu...